pernikahan yang terjadi karena kebaikan seorang laki-laki yang ingin menyelamatkan teman perempuannya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kholifah NH2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Inez
Sambil menahan amarah, Adrian pun kembali ke kamar. Airin yang sedang bermain bersama ikan-ikannya, dibuat terkejut saat mendengar Adrian menutup pintu dengan sangat kencang.
Airin langsung menghampiri lelakinya itu, tangannya mengusap lembut pipi Adrian setelah melihat raut wajahnya.
"Ada apa?."
Adrian tidak menjawab, ia langsung menyambar Airin dengan sebuah ciuman panas. Ciuman yang dipenuhi dengan emosi memuncak, yang membuat Airin tidak bisa mengatur nafasnya.
Berlangsung tidak lama, ciuman mereka terlepas setelah Airin berusaha kuat mendorong Adrian hingga tersungkur di tempat tidur,
"Kamu mau bikin aku mati?!."
Lagi-lagi Adrian tidak menjawab pertanyaannya, laki-laki itu terlihat murung dan tertunduk lesu, berbanding terbalik saat baru tiba dikamar tadi.
"Adrian? Kamu kenapa, sih?." Airin mengguncang bahu Adrian berulang kali
"Adrian?..."
"Jawab dong. Ada apa?..."
"Kamu habis ketemu Tommy, kan?..."
"Kalian ngomongin apa? Kenapa kamu marah?."
"Lo nggak bakal ninggalin gue kan, Rin?." Adrian membuka suara, ia tatap Airin yang sedang berdiri dihadapannya.
"Enggak. Emangnya kenapa, sih?."
"Janji?."
"Iya, janji."
"Thanks."
"Ha? Thanks? Maksudnya?."
Airin merasa ada yang tidak beres dengan suaminya ini. Ia mengikis jaraknya dengan Adrian dan menarik Adrian kedalam pelukannya. Adrian pun memejamkan kedua matanya,
"Maafin gue, Rin. Tadi gue emosi."
"Hm, emangnya Tommy ngomong apa sampe kamu emosi? Mau cerita, nggak?." Airin bertanya dengan hati-hati, jemarinya menyisir lembut helaian rambut Adrian untuk membuatnya semakin tenang.
"Gue nggak bisa cerita, gue nggak mau lo jadi kepikiran juga."
"Hmm, ya udah. Kalo gitu jangan dibahas..."
"Oh iya...aku dapet chat, ada undangan reuni angkatan..."
"Kamu dapet, nggak? Coba cek handphone kamu, deh..."
"Aku ambil dulu."
Airin memberikan handphone Adrian yang telah ia ambil dari atas meja. Ia pun turut duduk disamping lelakinya itu,
"Iya, gue juga dapet..."
"Dan acaranya...besok?."
"Iya, mendadak banget, kan? Kamu dateng nggak?."
"Ya, kalo lo dateng, gue juga."
"Okey, tapi sekarang ikut aku dulu."
"Kemana?."
"Udah, ikut aja. Ayo."
Setelah bersiap, kedua berjalan bersama menuju mobil Adrian yang terparkir didepan garasi, saat Airin hendak membuka pintu, suara Adrian membuatnya terkejut,
"Rin! Tangkap!." Reflek yang sangat bagus. Airin berhasil menangkap kunci mobil yang dilempar oleh Adrian.
"Ngobrol dong. Kalo kena kepala aku gimana?."
"Nggak bakal, itu buktinya?..."
"Udah sini, lo yang nyetir."
"Apa?."
"Buruan. Gue tau lo bisa nyetir, kan?."
"Ya, tapi-"
"Sini."
Airin pun patuh dan menghampiri Adrian, "Kenapa aku yang nyetir, sih?."
"Karena lo yang ajak gue pergi dan gue nggak tau kita mau kemana..."
"Jadi, lo aja yang nyetir..."
"Masuk." Adrian membukakan pintu mobil dan mendorong Airin masuk kedalam,
"Adrian ada-ada aja, deh." Airin bergumam sambil memakai seatbeltnya, disusul Adrian yang sudah duduk disebelahnya,
"Gue pengen tau, apa Tommy ngajarin lo nyetir dengan baik?."
"Ha? Kamu tau aku belajar nyetir sama Tommy?."
"Jelas. Belajar nyetirnya di pinggir danau, dekat tempat nongkrong gue."
"Eh, kamu mata-matain aku, ya?."
"Hahaha, kurang kerjaan?..."
"Anak-anak gue yang ngawasin lo dan mantan lo itu."
"Ish. Kamu creepy."
"Crispy lebih enak, Rin."
Setelah menempuh perjalanan hampir tiga puluh menit, mobil Adrian tiba disebuah taman pemakaman. Adrian melirik Airin, istrinya itu terlihat tersenyum setelah menghela nafas yang terdengar panjang. Kini ia mengerti tujuan dari istrinya ini.
"Kita mau ke makam orang tua lo?."
"Iya."
Adrian terlihat celingukan kearah luar dan turun dari mobilnya, ia hampiri salah satu penjual bunga yang ada disekitar taman pemakaman itu. Sementara Airin, ia menunggunya sambil bersandar pada mobil, matanya pun fokus memperhatikan Adrian,
"Aku tau, Adrian emang sayang dan peduli sama aku..."
"Meskipun dia pernah buat salah, tapi aku yakin, dia udah berubah..."
"Dia udah jadi Adrian yang lebih baik."
"Ayo, Sayang."
"Aku mau pegang bunganya."
"Iya, boleh." Airin mengambil dua buket bunga dari tangan Adrian, dan lelakinya itu membawa keranjang yang berisi taburan bunga.
"Kamu harus kenalan sama Ayah, Ibu..."
"Pasti mereka senang ketemu kamu."
"Iya, kah? Mereka nggak marah kalo tau lo nikah sama gue?."
"Kenapa marah? Kamu kan sayang sama aku, hehe." Adrian tersenyum mendengar ucapan Airin, ia acak-acak puncak kepala istrinya,
Akhirnya langkah kaki mereka terhenti, mereka tiba dihadapan dua makam yang terlihat sangat bersih dan rapi. Bunga yang bertaburan diatasnya pun terlihat segar dan harum, seperti ada seseorang yang baru saja mengunjungi makam tersebut dan itu membuat Airin jadi berfikir dan menebak-nebak.
"Siapa yang datang, ya?."
"Mungkin Om Pandu sama Tante Susan?."
"Enggak. Nggak mungkin..."
"Mereka itu paling malas datang kesini."
"Tommy? Ini pasti Tommy..."
"Karena cuma dia yang rajin datang kesini."
"Kalo bukan mereka, terus siapa?".
"Hm, mungkin kerabat dekat ayah atau ibu?."
Selesai berdoa didepan kedua makam orang tuanya, Airin menabur bunga dimakam mendiang sang Ibu. Sementara Adrian dimakam sang Ayah mertua. Adrian terenyuh, sudah lama sekali ia tidak berhadapan dengan sebuah makam.
"Ayah, salam kenal..."
"Ini pertama kalinya Adrian datang kesini..."
"Ayah nggak perlu khawatir, Adrian janji akan menjaga dan membahagiakan puteri Ayah."
Adrian merasa sedih, ia tidak bisa berada dalam situasi seperti ini. Ia merasa lemah, tidak pernah terbayangkan untuknya kehilangan seseorang yang sangat berarti dalam hidupnya. Dan istrinya sudah melalui masa-masa itu. Adrian menunduk, air matanya mulai berjatuhan. Ia seka air matanya sebelum Airin melihatnya,
"Ayo pulang, mau hujan." Airin bangun dan membersihkan pakaiannya yang sedikit kotor terkena tanah,
"Adrian? Kenapa?." Airin merasa cemas, ia mengusap lembut pipi suaminya,
"Nggak apa-apa, ayo pulang." Adrian merangkul Airin dan membawanya pergi, namun Airin sempatkan untuk berhanti dan berbalik. Ia tatap kedua makam orang tuanya sekali lagi,
"Ayah, ibu... Airin pulang dulu, ya."
"Masuk, Sayang. Gue yang nyetir." Adrian membukakan pintu dan meminta Airin masuk, namun gadis itu malah terdiam,
"Kamu habis nangis?."
"Ya, sedikit, hehe. Gue sedih tadi." Adrian tersenyum getir, tangannya mengusap kepala Airin penuh sayang,
"Lo hebat, Rin. Lo perempuan, anak satu-satunya. Dan lo bisa lewatin hal sesulit ini."
"Kalo gue belum tentu bisa sekuat lo dan bertahan sampe sekarang."
"Adrian? Mikirin apa?."
"Nggak ada. Ayo."
Setelah keduanya pergi meninggalkan taman pemakaman, akhirnya Tommy muncul dari tempat persembunyiannya. Ia terlihat menghela nafas panjang, matanya melirik kearah kedua makam orang tua Airin.
"Ayah udah ketemu Adrian, kan?..."
"Iya, dia orang yang pernah Tommy ceritain ke Ayah..."
"Dia yang hancurin hubungan Tommy sama Airin..."
"Dan sekarang Ayah lihat, tanpa rasa malu dia berani datang kesini."
•••
Hari sudah mulai sore, sudah beberapa jam berlalu setelah mereka pulang dari taman pemakaman, Adrian meminta izin untuk pergi ke bengkel. Airin hanya menunggunya dirumah, karena ada beberapa tugas kuliah yang harus ia selesaikan dan ia juga sedang menunggu kedatangan sang Tante, Susan.
Saat sedang memberi makan ikan kesayangannya, Airin kedatangan Inez didalam kamarnya. Mama mertuanya itu duduk dan ikut memperhatikan kegiatannya saat itu,
"Itu ikan pemberian Adrian?."
"Iya, Tante."
"Hmm." Inez mengangguk paham, ia terdiam sejenak seperti sedang memikirkan sesuatu,
"Tante butuh sesuatu?."
"Enggak. Sebenarnya saya mau tanya sesuatu ke kamu."
"Ada apa, Tante?."
"Apa kamu udah pasang alat kontrasepsi?."
"Alat kontrasepsi? Itu, buat mencegah kehamilan kan, Tante?."
"Ya."
Mendengar pertanyaan Inez membuat Airin berfikir keras, mengapa Mama mertuanya ini bertanya hal tentang itu? Haruskah Inez mengetahuinya? Airin masih terdiam, ia mengingat satu kalimat yang pernah Inez katakan kepada Adrian.
"Tante, nggak mau ya, Airin hamil anaknya Adrian?."
"Oh, bagus kalau kamu masih ingat..."
"Jadi, saran saya. Kalo kamu belum pasang alat kontrasepsi, lebih baik segera di pasang."
"Tante tenang aja, Airin akan lakuin itu..."
"Karena Airin masih kuliah, Airin belum siap hamil dan punya anak."
"Hey? Alasan saya meminta kamu memasang alat kontrasepsi bukan untuk menunda kehamilan sementara waktu..."
"Tapi..." Mendadak Inez menghentikan ucapannya dan itu membuat rasa penasaranya muncul,
"Tapi apa, Tante?."
"Sudah lah. Saya nggak bisa kasih tau kamu." Inez melenggang pergi begitu saja, meninggalkan Airin yang semakin penasaran,
"Tante Inez kenapa, sih?."
...•••...
Bersambung dulu guyyzzz
Hayo Kira-kira siapa yang tau alasan ibuk mertua yang sebenarnya?
Buat yg penasaran, klik klik klikkk biar gak ketinggalan chapter selanjutnya, kamsahamnida 💖💝🖤
🧑 gak
👧aku cium y
🧑 ok
sumpah ini mereka knpa siihh 😭😭 mood bgt bacanya