"Hentikan berbuat konyol untuk menarik perhatianku, segera tanda tangani surat cerai?!" kata pria itu sedikit arogan.
Lisa menatap pria itu, dan tidak mengenalinya sama sekali. Kecelakaan yang dialami membuatnya amnesia.
Lisa tak lagi memandang Jonathan penuh cinta, dan bahkan setuju untuk menandatangani surat cerai. Namun, sikap yang acuh malah membuat Jonathan kalang-kabut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon erma _roviko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Alex memanggil nama Lisa, tapi dia sudah terlalu jauh untuk didekati. Dia hanya bisa melihat sosok Lisa yang menjauh, merasa bersalah karena tidak bisa mencegah kejadian ini.
Rasa frustasi memenuhi dirinya karena hampir berhasil mendapatkan kepercayaan Lisa, tetapi Arneta malah muncul dan mengaku berjodoh, menghancurkan semuanya.
Alex memandang Arneta dengan tatapan yang tidak senang.
"Apa yang kamu lakukan ini, Arneta?" tanya Alex dengan nada yang tegas, menunjukkan kekesalannya.
“Sejak kapan kita di jodohkan?” tambahnya, merasa bahwa Arneta telah salah memilih waktu dan tempat untuk mengungkapkan hubungan mereka.
Arneta memandang Alex dengan mata yang berkaca-kaca, seolah ada rasa sakit dan kesedihan yang mendalam di balik tindakannya.
Lisa tak ingin pulang cepat, dia terus berjalan kemanapun langkah membawanya, membiarkan dirinya tersesat dalam kerumunan kota yang ramai. Hingga tak sengaja dia melihat pertengkaran antara sepasang kekasih di depannya. Mereka berdiri di pinggir jalan, suaranya yang keras dan nada yang kasar memenuhi udara.
Lisa berhenti sejenak, tanpa sengaja mendengar percakapan mereka.
"Kamu tidak pernah mengerti aku," kata wanita itu dengan nada kesal.
"Aku sudah berusaha, tapi kamu selalu meragukan aku," jawab pria itu dengan nada frustasi.
Percakapan mereka terdengar sangat intens, dan Lisa merasa seperti menyaksikan bagian dari dirinya sendiri.
Dia teringat kembali pertengkaran dengan Alex dan Arneta, dan merasa bahwa mungkin semua hubungan memang memiliki tantangan dan kesalahpahaman yang sama.
Dengan hati yang berat, Lisa melanjutkan langkahnya, membiarkan dirinya tenggelam dalam pikiran dan perasaan yang kompleks.
"Sebaiknya aku menghindari Alex."
Lisa mengambil keputusan itu setelah mempertimbangkan situasinya. Dia tidak ingin menjadi pihak yang merusak hubungan Alex dengan Arneta, terutama jika mereka memang memiliki komitmen satu sama lain.
Dengan keputusan itu, Lisa merasa lebih lega dan yakin bahwa dia melakukan hal yang tepat.
Dia tidak ingin terlibat dalam drama yang tidak perlu dan lebih memilih untuk menjaga jarak dengan Alex.
Lisa melanjutkan hidupnya dengan fokus pada dirinya sendiri, berusaha melupakan perasaan yang sempat tumbuh antara dia dan Alex. Dia berharap dengan waktu, semuanya akan kembali normal dan dia bisa melangkah maju tanpa beban.
"Jangan pergi dalam kemarahan!" Alex mencekal tangan Lisa, matanya berbinar berharap mendapatkan kesempatan untuk menjelaskan kesalahpahaman yang terjadi.
"Aku dan Arneta tidak punya hubungan," sambung Alex dengan nada yang serius dan jujur, berusaha meyakinkan Lisa bahwa tidak ada hubungan romantis antara mereka.
Namun, Lisa tidak terpengaruh. Dia menyipitkan kedua mata, menepis tangan Alex dengan gerakan yang tegas.
"Semua laki-laki memang seperti itu, dulu aku korban dan sekarang aku tidak mau menjadi perebut," putus Lisa dengan nada yang dingin dan penuh keyakinan, menunjukkan bahwa dia telah terluka di masa lalu dan tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama.
"Aku dan Arneta sebatas teman masa kecil, aku tetap setia mengejarmu. Apa itu masih berlaku?" terang Alex, kemudian tersenyum menggoda wanita di hadapannya.
Senyum itu membuat Lisa merasa sedikit terpesona, dan untuk sesaat, dia lupa tentang kekhawatiran dan keraguan yang dia miliki.
Lisa tidak menyangka bahwa Alex memiliki sisi yang begitu menarik dan mampu membuatnya terlena. Dia merasa ada sesuatu yang berbeda dalam cara Alex menyampaikannya, sesuatu yang membuatnya merasa dihargai dan diinginkan.
Namun, Lisa berusaha untuk tidak terlalu terpengaruh. Dia mengingat kembali alasan mengapa dia ingin menjaga jarak dengan Alex dan berusaha untuk tetap waspada.
"Aku belum tahu," jawab Lisa yang netral, mencoba untuk tidak menunjukkan perasaannya yang sebenarnya.
Alex tersenyum lagi, seolah tahu bahwa dia masih memiliki kesempatan untuk memenangkan hati Lisa.
"Ayo!"
Alex memegang tangan Lisa tanpa ragu, menariknya untuk berjalan bersama. Lisa merasa sedikit terkejut, tapi tidak menarik tangannya kembali. Mereka berjalan beriringan, menikmati suasana sekitar.
Namun, Arneta yang melihatnya dari kejauhan tidak bisa menahan emosinya.
"Tidak akan aku biarkan wanita itu merebut Alex dariku?!" geram Arneta, wajahnya merah padam karena marah.
"Aku juga tidak menyukainya!" tutur wanita itu, seolah mendukung pernyataan Arneta.
"Dia memang tidak pantas untuk Alex," tambahnya, membuat Arneta semakin yakin bahwa dia harus melakukan sesuatu untuk mempertahankan hubungan dengan Alex.
“Eh, kamu mengenal wanita itu?”
“Aku sangat mengenalnya, dia yang merusak wajahku. Dia juga sudah memiliki suami, jangan biarkan wanita sepertinya lolos.” Meira terus mengobarkan api kebencian kepada Arneta.
"Apa? Tidak akan aku biarkan dia bersama Alex," kata Arneta dengan tekad yang kuat, mata berkaca-kaca memancarkan emosi yang mendalam.
"Kapan kamu menceraikan Jonathan?" tanya Alex serius, menunjukkan ketertarikannya pada Lisa.
"Di rumah sakit membuatku sadar, jika Jonathan tidak menginginkanku. Secepatnya aku ingin bercerai," jelas Lisa yakin, menunjukkan tekadnya untuk mengakhiri pernikahannya yang tidak bahagia.
Alex memandang Lisa dengan simpati. "Aku paham, mungkin ini saat yang tepat untukmu memulai lembaran baru," kata Alex lembut.
Lisa menatap Alex, merasa ada harapan baru dalam hidupnya, dan mungkin saja Alex bisa menjadi bagian dari lembaran baru itu.
Lisa tersenyum, dia yakin dengan memberikan kesempatan kepada Alex.
Senyum itu menunjukkan bahwa Lisa telah membuka hatinya dan memberikan kesempatan kepada Alex untuk membuktikan perasaannya.
Dengan senyum itu, Lisa menunjukkan bahwa dia siap untuk melangkah maju dan mengeksplorasi kemungkinan hubungan dengan Alex.
Alex membalas senyum Lisa, merasa bahagia dan berharap bahwa dia bisa membuat Lisa bahagia. Moment itu terasa spesial, dan keduanya merasa ada chemistry yang kuat di antara mereka.
Sesampainya di rumah, Lisa membuat mertua dan ibunya shock mengenai keputusannya.
"Ma ... Bu, aku sudah siap menceraikan Jonathan!" kata Lisa dengan tegas, menunjukkan tekadnya untuk mengakhiri pernikahannya.
Mertua dan ibunya saling menatap, kaget dan tidak percaya.
“Kami sudah mempertimbangkan keputusanmu?” tanya Diana coba meyakinkan menantunya.
Lisa mengambil napas dalam-dalam sebelum menjelaskan.
"Aku sudah tidak bahagia, Jonathan tidak peduli padaku. Aku ingin hidupku lebih baik."
Mertua dan ibunya saling menatap, kemudian memandang Lisa dengan penuh kasih sayang.
"Kami mendukungmu, Lisa. Yang penting kamu bahagia," kata mertuanya dengan lembut.
"Tapi aku tidak setuju!" sela Jonathan yang melangkah masuk menghampiri semua orang, diam-diam mengikuti Lisa dan menjadi sangat cemburu. Wajahnya merah padam karena marah dan merasa dikhianati.
"Aku tidak akan membiarkanmu bercerai dengan mudah, Lisa. Aku masih ingin kita bersama," kata Jonathan dengan nada tinggi, menunjukkan bahwa dia tidak akan melepaskan Lisa tanpa perlawanan.
Lisa berdiri tegak, menatap Jonathan dengan mata dingin.
"Keputusan sudah diambil, Jonathan. Aku tidak bahagia bersamamu," jawabnya tegas.
Mertua dan ibunya berdiri di belakang Lisa, menunjukkan dukungan mereka terhadap keputusan Lisa.
“Apa karena pria itu, kamu ingin kita bercerai?” Jonathan mulai menyalahkan Lisa, bagaimanapun tetap tidak mau berpisah.
cinta nanti dulu biarakam si Alex membuktikan jangan cuma ngomong doang