21+🔥🔥🔥
Ben Alberto Adiwangsa, seorang laki-laki dewasa berumur 29 tahun, yang memiliki wajah tampan dengan hidung runcing, alis tebal, rahang yang kokoh, serta memiliki tubuh tinggi tegap, sosok sempurna yang mampu membuat gadis manapun tak akan mampu menolak pesonanya.
Namun siapa sangka, seorang Ben memiliki kisah yang begitu rumit, sebuah kisah cinta pahitnya di masa lalu, yang membuat Ben sampai kini enggan untuk memulai kembali hubungan serius dengan gadis manapun.
4tahun yang lalu tepatnya 2 hari menjelang pertunangannya dengan Sandra kekasihnya, ia tak sengaja memeregoki gadis yang dicintainya itu tengah berduaan dengan seorang laki-laki dalam keadaan yang begitu intim, di dalam Apartemen milik kekasihnya.
Hingga suatu hari ia harus menerima kenyataan, bahwa dirinya dipaksa menikahi gadis cacat yang telah ia tabrak, akibat dari keteledorannya saat berkendara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mawarjingga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana Ben 3
Suara deru mesin dari sebuah mobil yang memasuki halaman rumahnya, membuat Ben beranjak dari duduknya setelah menutup dan meletakan laptop diatas meja, yang sejak tadi berada dipangkuannya.
Menyibak sedikit gorden yang menutupi kaca diruang depan itu, tanpa sadar sudut bibirnya terangkat keatas menampilkan sebuah bentuk senyuman, ketika melihat istrinya tengah tertawa dengan bibir ranumnya, yang sempat ia rasakan itu.
Hingga tanpa ia sadari pintu kupu-kupu itu terbuka, menampilkan sosok sang mama yang sedang kesusahan membawa beberapa paper bag ditangannya, begitupun dengan Putri.
"Ck anak durhaka, bukannya bantuin malah ngintip kaya gitu!" gerutu Maura, sembari meletakan beberapa paper bag yang dibawanya.
Ben menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, dengan wajah melengos, merasa malu karena seperti tengah tertangkap basah telah melakukan kejahatan di rumahnya sendiri.
"Buruan ih, ambil sisanya di mobil!" Maura mendorong putranya itu dengan perasaan gemas.
"Iya iya ma." dengan langkah gontai dan penuh keterpaksaan Ben pun mulai melangkah menuju halaman rumahnya, dimana mobil sang mama terparkir cantik disana.
"Lain kali kamu yang harus ngajakin Putri pergi-pergi kaya gini, kamu kan suaminya Ben, sekali-kali bahagiakan istri kamu." ujar Maura, ketika Ben selesai memindahkan beberapa barang dari dalam mobil mamanya.
Ben melirik sekilas kearah Putri yang tengah tertunduk, kemudian mengangguk tanda mengerti.
"Iya ma, nanti kapan-kapan Ben ajak dia jalan-jalan."
"Jangan cuma iya-iya aja, pastikan kamu itu benar-benar serius sama ucapan kamu, lagian nih ya uang kamu itu kan banyak, buat siapa lagi coba kalau bukan buat istri kamu."
"Iya mama."
************
Sepulang sang mama dari rumahnya, Ben membantu istrinya untuk menyimpan beberapa barang yang dibelikan mamanya itu kedalam lemari milik Putri, semua itu ia lakukan semata-mata karena ingin agar Putri semakin kagum akan dirinya.
"Kamu pernah berpacaran sebelumnya?" tanya Ben ketika selesai membereskan semuanya.
"Euhmz_" terlihat Putri yang gelagapan saat menanggapi ucapan Ben.
"Tidak perlu menjawab, kalau kamu memang tidak bisa menjawabnya, aku tidak akan memaksamu." lanjut Ben, sembari membawa tubuh gadis itu kepinggiran kasur.
"Umz_"
"Sudah lupakan, tapi aku memiliki pertanyaan yang lain, Dan kali ini kamu harus menjawabnya, menurutmu apakah tidak masalah memiliki suami dengan umur yang terpaut 11 tahun lebih tua diatasmu?"
Putri terdiam sesaat, bahkan ia tidak sanggup menatap sepasang mata abu kecoklatan yang sedang berada dihadapannya kini.
"S-saya," Putri semakin tertunduk, sembari meremas jemarinya gugup, membuat Ben merasa kesal dan dengan sengaja mengulurkan tangan mengangkat dagu gadis itu agar mau menatapnya.
"Aku peringatkan sekali lagi, tatap lawan bicaramu, apalagi jika dia sedang membahas sesuatu yang penting!" ujar Ben dengan nada suara yang terdengar santai, dan tidak terkesan emosi.
"M-maaf kak, umz bagi saya umur itu bukanlah masalah besar, yang penting kita bisa saling menerima satu sama lain, baik dari kelebihan maupun kekurangannya."
Deg!
Untuk sesaat Ben tertegun mendengar ucapan dari istrinya yang selalu ia anggap sebagai gadis kecil itu, namun detik kemudian ia menggeleng, hatinya mengingatkan bahwa ia harus berada pada rencana awalnya, yaitu untuk membuat gadis itu jatuh cinta padanya, lalu mencampakannya.
"Saya dulu sempat memiliki pacar, dia jauh lebih dewasa dibandingkan saya, hingga pada akhirnya dia memutuskan untuk menikah dengan wanita dewasa pilihan orang tuanya."
"Sedewasa apa?" tanya Ben sedikit penasaran.
"Mungkin umurnya 2 tahun diatas kak Ben." balasnya lirih, sementara Ben ia tersenyum sinis tanpa Putri sadari.
"Apa yang kamu harapkan dari sebuah pernikahan?"
"Harapan saya hanya satu, hidup bahagia dengan pasangan saya, lalu sama-sama membesarkan anak-anak hingga mereka dewasa." balasnya tanpa sadar.
"Jadi kamu serius dengan pernikahan ini, mau hidup denganku selamanya?" tanya Ben yang kini telah menangkup wajah Putri dengan kedua tangannya, membuat gadis itu bertambah gugup dan kembali merasakan gelenyar asing dalam hatinya.
"Umz,"
Kembali Ben mendaratkan bibirnya diatas bibir Putri, memanjakannya dengan penuh kelembutan, hingga tanpa sadar gadis itu melenguh, membuat Ben tersenyum penuh kemenangan.
"Kau menyukainya?" tanyanya dengan tatapan yang membuat hati Putri bergejolak.
"Kak_"
Ben kembali mendekatkan wajah, sedikit memiringkannya dan membisiki sesuatu tepat ditelinga Putri.
"Aku mencintaimu."
Deg!
"Kak_"
"Bisakah kau membalas perasaanku, menjadi satu-satunya gadis yang mengisi kekosongan disini." menarik tangan Putri yang kemudian ia letakkan di dadanya.
Putri menggeleng, dengan mata mengerjap beberapa kali, ia sama sekali tidak bisa mempercayai ucapan Ben, yang dengan tiba-tiba mengatakan bahwa ia mencintainya, meski tak dapat ia pungkiri hatinya merasakan kehangatan saat mendengar pengakuan cinta dari Ben.
"Kamu tidak perlu terburu-buru, kamu bisa melakukan nya pelan-pelan sayang." mengelus wajah cantik Putri dengan punggung tangannya, hal sederhana yang justru membuat perut Putri bergejolak dan tergelitik, bagai diterbangi ribuan kupu-kupu, serta dipenuhi dengan bunga-bunga yang bermekaran.
**********
Setelah mengungkapkan perasaannya pada Putri 4 bulan yang lalu, kini Ben semakin begitu perhatian padanya, bahkan ia selalu pulang bekerja lebih awal hanya untuk menemani istri kecilnya dirumah, memastikan bahwa ia baik-baik saja, bukan hanya itu, Ben pun memasukkan Putri untuk kuliah disalah satu universitas ternama di Jakarta.
Dan hal itu membuat Putri yakin akan memberikan seluruh hatinya untuk Ben.
"Sayang, bagaimana dengan kakimu, apa masih terasa ngilu?" tanya Ben, meski sudah satu bulan ini Putri sudah kembali berjalan dengan normal.
"Nggak kak, kak Ben kan tahu sendiri aku sudah berjalan dengan normal lagi."
"Iya sayang, aku hanya ingin memastikan saja, bahwa istriku selalu baik-baik saja." ujar Ben yang membuat Putri mengulum senyum dengan wajah tersipu.
"Umz kak_" Putri terlihat menggigit bibir bawahnya, seperti ingin mengatakan sesuatu namun merasa sangat ragu untuk mengatakan nya.
"Apa sayang, apa kau sedang menginginkan sesuatu dariku." tanya Ben dengan penuh kelembutan.
Tanpa berkata apa-apa lagi, Putri beringsut mendekati Ben Dan memeluknya erat, menyembunyikan wajah meronanya di dada lebar Ben, membuat Ben tertegun beberapa saat, namun detik kemudian senyum penuh kemenangan tercetak jelas diwajah tampannya.
Hatinya bersorak ria, karena rencana yang ia buat berjalan dengan mulus, dan kini ia tinggal menunggu waktu yang tepat untuk membuat istri kecilnya, menyesal karena telah mencintainya.
Di tempat lain seorang pria tampan yang usianya menginjak 31 tahun, tengah bersiap-siap mengemasi beberapa barang yang akan ia bawa pulang sore ini.
Ia tersenyum lebar membayangkan ekpresi sang mama yang berbinar bahagia, ketika menyambut kepulangannya, yang tanpa pemberitahuan ini.
Terlebih ia sudah hampir dua tahun tidak menginjakan kaki di tanah kelahirannya itu.
.
.
cakep putri triple kills wkwkwkwkwk