Jerat Cinta Dewi Ular

"Siaaaaal, kau ternyata sulit untuk ku taklukkan!" geram Umbra yang melawan serangan Adhisti dengan kukunya yang tajam dan meruncing sedang menggenggam sebuah tombak dwi sula.

Wajahnya berubah menjadi hitam legam dengan dua bola mata yang menghitam disertai taring yang mencuat dari sudut bibirnya. Ia membuat ia terlihat semakin menakutkan.

Ia menyerang Adhisti dengan kasar, lalu berusaha menyentuh sang gadis dan menginginkan madu milik yang seharusnya ia dapatkan.

Traaaang

Suara dentingan dua benda berbahan logam itu saling beradu dan menggema diudara.

Umbra mengubah dirinya menjadi sosok pria bertubuh tinggi dan tegap dengan wajah sangar disertai tatapan penuh hasrat.

Ia mencengkram sang gadis dan berusaha merobek paksa pakaiannya.

Ia mencumbu Adhistii dengan rakus dan ia tidak rela jika gadis itu memberikan tubuhnya kepada pemuda tersebut.

"Brengsek, pergilah kau, Setan!" maki sang gadis dengan sekuat tenaganya mencoba melawan.

Gadis itu tidak ingin menjadikan tubuhnya sebagai penyalur kekuatan yang bersifat kegelapan bagi Umbra.

Dengan cepat ia meraih sebuah ujung tombak yang terselip digenggamnya dan bergegas menancapkannya dipinggang Umbra yang sedang terbuai dalam mencumbunya.

Craaaaaaass....

Ujung tombak miliknya berhasil tertancap disisi pinggang kiri Siluman Ular yang tengah diujung hasrat menggebu.

[Aaaaaarrrgggh....,]

Erangnya kesakitan saat Adhistii mencabutnya kembali, lalu memberikan satu tendangan tanpa bayangan yang membuat Siluman Ular itu terpental.

Tubuhnya membentur pepohonan,, dan ia memegangi pinggangnya yang sakit dan darah hitam mengalir dari lukanya yang menganga.

Ia melirik senjata tombak yang digenggam oleh Adhisti, dan itu adalah senjata yang selama ini ia incar untuk dapat menambah kekuatannya.

Belum sempat ia berfikir cara mencurinya, tiba-tiba saja Adhisti merapalkan sebuah mantra yang membuat tombak itu mengeluarkan cahaya dan ia tujukan kepada Umbra yang saat ini masih dalam kondisi mengobati lukanya.

Wuuuuuusssh....

Kilatan cahaya itu menyambar tubuh Siluman Ular dan membuat Umbra terlempar jauh hingga ke negeri Konoha.

Adhisti menarik nafas lega, ia kembali menyimpan senjatanya dengan cara ghaib, yang mana tidak dapat terlihat oleh pandangan mata biasa.

Setelah Umbra menghilang dari pandangannya. Ia melihat jika pakaiannya telah robek oleh perbuatan makhluk menjijikkan tersebut.

Ia melesat menghilang, menyelinap masuk kedalam kamar Kenzo, lalu menatap cermin yang terdapat diwastafel kamar mandi.

Ia melihat wajahnya dan ternyata sisik dibagian sisi kiri yang menutupi wajahnya telah menghilang. Ia kini berani membuka penutup wajahnya.

Adhisti mengikat rambutnya gaya ekor kuda. Ia berniat mengganti pakaiannya. Ia ingin pergi ke toko pakaian untuk membeli pakaian untuknya.

Namun ia berfikir untuk membatalkannya, bukankah dilemari pakaian pemuda itu ada banyak pakaian yang bisa ia pakai?

Adhisti keluar dari kamar, lalu membuka lemari pakaian milik Kenzo, dan ia memilih kaos berwarna hitam dan berbahan karet yang pastinya mengikut bentuk tubuh pemakainnya.

Tak lupa ia memilih celana panjang model kargo dan meskipun sedikit kedodoran, ia mencoba membuatnya sesuai keinginannya.

Setelah menyesuaikan ukurannya, ia bercermin dan mengamati penampilannya. Ia membutuhkan sepatu, mungkin ia harus membongkar isi lemari pria tersebut.

ia mendapatkan sepatu yang tepat, sebuah snakers dan memperkecil ukurannya sesuai dengan kakinya.

Setelah mendapatkan yang diinginkannya, ia kembali mengamati penampilannya dan merasa jika dirinya sudah lebih baik.

Saat ia masih sibuk dengan cerminnya, tiba-tiba saja ia mendengar suara langkah kaki dan itu terdengar menuju pintu, dan terdengar suara handle terbuka.

Kreeek

Pintu terbuka, dan pemuda itu masuk ke dalam kamar dengan wajah yang tidak bersemangat. Ia masih terus memikirkan sang gadis yang sangat sulit ia temukan.

Pemuda itu melangkah dengan gontai menuju ranjangnya, hingga ia dikejutkan oleh penampakan lemarinya yang sudah acak-acakkan

Ia bergegas berjalan menghampiri lemarinya. Ia melihat lipatan yang berantakan dan tempat penyimpanan sepatunya juga tampak terbuka.

"Siapa yang mengacak barang-barangku? Apakah ada pencuri yang menyelinap?" Kenzo menatap jendela kacanya. Dan alangkah kagetnya ia saat melihat kaca tersebut sudah kembali seperti semula.

"Hah! Siapa yang memasangnya?" pemuda itu menghampiri jendela dan ia merasa bingung dengan semua kejadian hari ini.

*****

Malam menjelma. Kegelapan menggantikan sinar mentari. Kenzo masih gelisah dengan apa yang menimpanya.

Ia kehilangan kaos dan celana panjang serta sepasang sepatu. Untuk melaporkan kehilangan tentu saja ia tak mungkin karena itu memalukan.

Tetapi siapa yang sudah lancang memasuki kamarnya dan mencuri barang-barangnya?

Drreeet...drreeeet...

"Bos, pengiriman barang telah sampai, dan mobil container telah menuju gudang pasokan," ucap seseorang dari seberang telefon.

"Baiklah, awasi jangan sampai ada kendala, saya akan kesana sebentar lagi," titah pemuda itu, lalu bersiap hendak pergi, dan ia menelepon bodyguardnya untuk segera tiba dan menemani perjalanannya memeriksa pesanannya.

Ia menuruni anak tangga dan saat ini berhadapan dengan Endah Yulia sang mama.

"Mau kemana malam-malam begini?" tanya wanita itu sembari melipat kedua tangannya didepan dada.

Kenzo meraih tangan mamanya dan mengecup punggung tangan wanita yang telah melahirkannya.

"Kenzo ada urusan pekerjaan, Ma," jawabnya dan berlalu pergi sebelum mendengar omelan wanita tersebut.

Saat berada didepan halaman rumahnya, dua pria bertubuh tinggi tegap telah menunggunya dan siap mengawalnya hingga ke manapun sang Big Bos pergi.

"Silahkan masuk, Bos" ucap salah seorang diantaranya sembari membukakan pintu kaca mobil.

Kenzo berjalan dengan gagah dan memasuki mobil dengan segera.

Mobil melaju membelah jalanan. Ia sudah lama tidak turun ke lapangan dan mengawasi sendiri pasokan barang yang merupakan berbagai bahan elektronik serta berbagai impor ponsel dan sebagainya, sebagai usaha legal yang dilakoninya.

Saat mobil melintasi sebuah persimpangan, tanpa sengaja Kenzo melihat seorang gadis sedang berjalan diatas trotoar sembari memakan sesuatu, mungkin sejenis telur gulung ataupun batagor.

Saat mobil melewati sang gadis, Pemuda itu memutar tubuhnya untuk melihat  sosok cantik dengan bulu mata lentik dan hidung bangir serta senyum yang menawan dan membuatnya begitu sangat penasaran. Ia merasakan dejavu, seolah pernah melihatnya, namun entah dimana.

Hingga dia tersadar jika pakaian yang dikenakan sang gadis sangat mirip dengan barang-barang yang memghilang dari lemarinya.

"Namun ukurannya tidak mungkin bisa tepat, sebab tubuhnya sekurus itu, paling juga beray badannya cuma empat puluh delapan samapai lima puluh kilo saja," gumam Kenzo.

Namun ia dikejutkan saat melihat sepatu sang gadis yang mana sama persisi sama dengan sepasang sepatunya yang hilang saat bersamaan.

"Hah! Apa mungkin dia pencurinya? Tapi bagaimana ia dapat masuk ke dalam kamarku? Dan jika aku salah menuduh, ini akan sangat memalukan sekali," Kenzo berperang dengan hatinya, dan ia meminta sang sopir untuk berhenti sejenak, sebab ia ingin menyamperin sang gadis.