NovelToon NovelToon
Figuran Dalam Dunia Fiksi

Figuran Dalam Dunia Fiksi

Status: sedang berlangsung
Genre:TimeTravel / Reinkarnasi / Teen Angst / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Transmigrasi ke Dalam Novel / Idola sekolah
Popularitas:33k
Nilai: 5
Nama Author: Lily Dekranasda

Jelita Pramono seorang gadis periang, namun jangan sampai kalian mengusik nya, apalagi keluarga maupun orang yang ia sayang disekitarnya. Karena jika kamu melakukannya, habislah hidupmu.

Hingga suatu hari, ia sedang pergi bersama kakak nya, tapi di dalam perjalanan, mobil mereka tertabrak mobil lain dari arah belakang. Sehingga, Jelita yang berada di mobil penumpang mengeluarkan darah segar di dahi nya dan tak sadarkan diri.

Namun, ia terbangun bukan di tubuh nya, tapi seorang gadis bernama Jelita Yunanda, yang tak lain merupakan nama gadis di sebuah novel yang ia baca terakhir kali.

Bukan sebagai pemeran utama atau si antagonis, melainkan figuran atau teman antagonis yang sikapnya dingin dan jarang bicara sekaligus jarang tersenyum.

Mengapa Jelita tiba-tiba masuk kedalam novel menjadi seorang figuran? Apa yang akan terjadi dengannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Manusia Goa

Di ruang rawat inap rumah sakit, suara mesin monitor dan detak jam dinding yang terdengar. Tirai jendela membiarkan sedikit cahaya matahari sore menyusup, menerpa wajah pucat seorang gadis remaja yang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit.

Jelita Pramono, gadis yang biasanya keras kepala dan penuh energi, kini diam dalam tidur panjangnya yang sunyi.

Sudah tiga hari sejak ia mengalami kecelakaan dan di operasi. Meski dokter bilang kondisinya stabil, namun matanya tak kunjung terbuka.

Jordi Pramono, sedang duduk menemani Jelita, berharap mata sang adik terbuka dan tersenyum kembali.

"Adik kecil kakak, kenapa kamu masih menutup mata, hm?" suara Jordi nyaris serak, pecah di ujung kalimat. Ia menggenggam tangan Jelita yang dingin, lalu menunduk, menyentuhnya dengan kening.

"Apa mimpimu terlalu indah disana, sampai kamu enggan kembali?" lanjutnya, berusaha tersenyum, tapi senyum itu berubah jadi isak.

Air mata jatuh perlahan ke tangan Jelita.

"Maaf karena kakak gak bisa nemenin kamu waktu kamu masuk ruang operasi." lirihnya, suaranya bergetar.

Ia memejamkan mata, mencoba menahan tangis yang sejak tadi hanya tertahan di tenggorokan.

"Kamu tahu nggak, Dek. Rumah jadi sepi banget tanpa kamu. Gak ada yang teriak-teriak rebutan remote, gak ada yang maksa kakak buat beliin boba dan terang bulan coklat, gak ada yang nyelain fashion kakak yang katanya kayak 'om-om'."

"Dan sepatu yang kita beli waktu itu, sudah Kakak bersihkan dek. Sekarang kakak taruh di meja sana. Jika kamu sudah bangun, Kakak ingin melihat kamu memakainya, pasti kamu sangat cantik."

Jordi terkekeh kecil, namun hanya sesaat. Tawa itu tenggelam dalam suara tangis yang tak tertahan.

"Kakak kangen kamu, Lit. Kangen banget. Kangen berantem sama kamu, kangen liat kamu manyun, kangen senyumanmu yang ngeselin itu. Jangan gitu dong, Lit. Bangun ya? Bangun dan marahin kakak karena nangis di depan kamu. Kamu kan paling gak suka lihat kakak kayak gini."

Tangannya menggenggam erat jemari Jelita, seolah berusaha memanggil kembali nyawa yang tertahan dalam kesunyian.

"Kamu janji sama kakak kan, kita bakal nonton konser bulan depan. Kamu udah pesan tiketnya. Jangan batalin ya. Jangan pergi ke tempat yang lebih jauh tanpa pamit."

Air mata Jordi tak terbendung lagi. Ia menunduk dalam, memeluk tangan adiknya seperti ingin mentransfer semangat hidup yang tersisa padanya.

Tak berselang lama, suara pintu ruang inap itu terbuka perlahan. Aroma masakan rumahan segera menyusup masuk, menyingkirkan bau antiseptik rumah sakit yang dingin. Mama dan Papa Pramono masuk dengan langkah hati-hati, seolah takut mengusik kesunyian yang menyelimuti ruangan.

Di tangan Mama, ada kotak makan berisi makanan kesukaan Jordi. Sedangkan Papa membawa tas berisi baju ganti dan perlengkapan mandi. Wajah keduanya sama letihnya, sama cemasnya. Namun mereka menahan air mata, berusaha tegar untuk anak laki-laki mereka yang duduk lemas di samping ranjang sang adik.

"Jord." panggil sang mama lembut, suara itu seperti bisikan penuh kasih. "Mama bawa makanan, kamu harus makan ya."

Jordi tidak menjawab. Matanya masih terpaku pada wajah Jelita. Tangannya masih menggenggam tangan adiknya yang pucat. Napasnya dalam dan berat, seolah enggan diganggu walau oleh orang tuanya sendiri.

Sang papa mendekat, menepuk bahu Jordi pelan. "Nak, kamu sudah tiga hari di sini. Setiap jam, setiap menit. Kami tahu kamu sayang banget sama adikmu, tapi kamu juga harus jaga dirimu."

Mama menaruh kotak makan di meja kecil di samping tempat tidur. Kemudian ia menghela napas panjang, memandang Jordi dengan tatapan lembut namun tegas.

"Kamu nggak mau kan, kalau adikmu bangun dan lihat kamu seperti Tarzan begini?" ucap Mama, separuh bercanda, berusaha menyemai sedikit tawa di tengah tangis.

Jordi menoleh pelan, untuk pertama kalinya melepaskan pandangan dari Jelita. Matanya sembab, rambutnya kusut, dan janggut tipis mulai tumbuh di dagu. Pakaian yang ia kenakan memang sudah lecek dan tampak lusuh. Dan saat sadar dengan ucapannya, tawa lirih meluncur keluar dari bibirnya.

"Tarzan, ya?" gumamnya pelan, mencoba tertawa, tapi suaranya bergetar di ujung.

Mama tersenyum lembut. "Iya. Masa adikmu bangun, terus kabur karena lihat kakaknya kayak manusia goa?"

Papa pun menimpali, "Mandi dulu ya, Nak. Setelah itu makan. Biarkan kami jaga Jelita sebentar."

Jordi terdiam sejenak. Ia kembali menatap Jelita dengan lembut. Bibirnya bergerak pelan, seperti mengucap janji tanpa suara. Lalu, dengan enggan, ia melepas genggaman tangannya dari tangan sang adik.

"Lit, kakak pergi sebentar ya. Cuma mau mandi, biar kamu gak ilfeel pas bangun nanti," katanya, setengah berbisik.

Ia bangkit perlahan, langkahnya berat menuju kamar mandi yang terhubung dengan ruang inap.

Jordi baru saja keluar dari kamar mandi, rambutnya masih basah, dan aroma sabun samar tercium dari tubuhnya. Ia mengenakan kaus bersih yang dibawakan Mama, lalu duduk kembali di kursi di samping ranjang Jelita. Kotak makan yang tadi sempat diabaikannya kini terbuka di hadapannya. Suapan pertama baru saja masuk ke mulut saat pintu kamar kembali terbuka.

Seorang pria paruh baya dengan jas putih masuk bersama seorang perawat. Tatapannya segera tertuju pada ranjang pasien. Itu adalah dokter yang sejak awal menangani Jelita.

“Selamat siang,” ucapnya ramah sambil melangkah mendekat. “Boleh saya periksa dulu?”

Papa dan Mama segera berdiri, memberi ruang pada dokter Andika. Jordi juga menurunkan sendoknya, menatap dokter itu dengan harap-harap cemas.

Dokter Andika mulai mengecek alat monitor yang menampilkan detak jantung dan tekanan darah Jelita, lalu mengangkat kelopak mata sang gadis dengan hati-hati, menyenterinya sebentar. Perawat mencatat hasilnya, sementara ruangan itu mendadak sunyi, seperti menahan napas bersama.

“Semua nya cukup baik,” ucap dokter Aditya.

Jordi segera menatap dokter dengan mata penuh harap. “Kapan adikku bangun dok?”

Dokter Aditya menggelengkan kepalanya, “Secara medis, tubuhnya dalam kondisi membaik. Kita hanya bisa berdoa dan ajak mengobrol, berikan semangat. Beri alasan pasien untuk kembali.”

Kata-kata dokter itu membuat dada Jordi sesak. Ia menunduk, menatap tangan adiknya yang masih terbaring diam.

Dokter menepuk bahu Jordi lembut sebelum pamit. “Lanjutkan makanmu. Kamu butuh tenaga. Jangan sampai nanti kamu yang gantian dirawat kembali.”

Setelah dokter dan perawat keluar, sunyi kembali menyelimuti ruangan. Jordi kembali duduk, menatap Jelita sejenak sebelum mengambil suapan berikutnya. Tapi kali ini, ia makan sambil terus menggenggam tangan adiknya.

“Lit, dengar kan tadi kata dokter?” bisiknya pelan. “Kamu cuma perlu alasan untuk kembali. Kakak janji, kalau kamu bangun, kakak bakal ajak kamu ke mana aja yang kamu mau. Mau es krim, nonton konser K-Pop kesukaanmu, Melihat Nobar drama China favoritmu, liburan ke luar negeri? Kakak turutin semua.”

Tangannya mengusap punggung tangan Jelita yang dingin namun tenang.

“Kamu nggak sendiri, dek. Kami semua di sini, nunggu kamu bangun. Jadi, tolong, secepatnya ya. Kakak udah makan, udah mandi. Udah siap buat sambut kamu kembali. Lihatlah, kakak tak kalah tampan dengan aktor favorit mu.”

1
Nitnot
luar biasa
Ayu Dani
sad
Narti Narti
lagi up ya thor masih kurang banyak semangat 😊😊😊😊😊😊
sahabat pena
bener ya jgn berlebih-lebihan ketawa t
nanti pasti nangis.. duh bawang nya banyak bgt sih kak... huhuhu.. mblebes di pojokkan kasur ini😭😭😭😭
sasa adzka
love you Thor 🥰🥰
next trus up ny ya....
Darmanto Atok
next Thor
semangat ya buat ceritanya Thor 💪😊👍
karina
semangat up nya thor
Erny Kadu
Luar biasa
RJ 💜🐑
plisssa up yang banyak 🙏🏻🙏🏻🙏🏻😭😭
Darmanto Atok
next Thor
semangat terus ya buat ceritanya Thor
sasa adzka
Thor jangan lama Napa up nya.. kadang lupa ey jalan cerita nya Thor.. ngulang awal lagi aku baca nya..

Thor yg baik hati, suka menabung, tidak sombong.. banyak banyak ya up nya Thor 🥰🥰🥰
Narti Narti: akhirnya update juga setelah 4 hari ga update.... makasih thor 🙏🏻🙏🏻
total 1 replies
Mineaa
aaaaaaaa......si ulet Laura...... tunggu karma mu datang.....ayo Lita....cabik cabik topeng muka dua nya.....biar terbongkar semuanya....saat itu tiba....aku akan bilang... HOREEEE EEEE......👏👏👏👏👏
karina
ko up dikit sie thor. padahal lama loh nga up😭😭
karina: di tunggu up nya ka
Lilyana Azzahra Dekranasda: lagi ada tamu dirumah 🙏🏻🙏🏻 nanti di up lagi
total 2 replies
adlyu
Update lagi thor
Winny Anpooh
Luar biasa
Narti Narti
ko belum update thor
sullycungliiie
kurang thor
Mrytl22
Typo kah?? Bukannya harusnya si jelita
Lilyana Azzahra Dekranasda: ah iya.. nanti diganti 🤭
total 1 replies
RJ 💜🐑
aku suka gaya kamu lit 👍🏻👍🏻💪🏻💪🏻😍😍
Viona Syafazea
kurang banyak up nya.. 😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!