"Tuhan ... Apakah hamba tidak ditakdirkan bahagia kenapa nasib hamba jadi sengsara seperti ini? Disini hamba kerja m4ti-m4tian, untuk istirahat saja bahkan terbilang hanya punya waktu terbatas, tapi kenapa bisa Ibu hamba berkata semudah itu seolah-olah aku adalah anak yang tak berguna! Ini tidak adil Tuhan ... tidak adil."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Fatimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 03 [ Terbunuhnya Orang tua Anaya ]
KEESOKAN PAGINYA
Sesampainya Anaya menginjakkan kaki dikediamannya sendiri, kerumuman orang terlihat memenuhi rumahnya, hati Anaya seketika berdetak cukup kencang, rasa panik, cemas berpadu jadi satu seakan-akan akan meledakkan isi dari pikiran Anaya saat ini.
Langkahnya menghampiri salah satu kerabat, seseorang itu dengan tulus lantas memberikan pelukannya pada Anaya.
"Ini ada apa? Tidak! Ini pasti salah? Ini pasti tidak mungkin."
"Sayang ....
"Kenapa rumahku ada banyak orang? Katakan kalian datang hanya untuk menjenguk aku kan? Katakan dimana Mama dan Papa kenapa mereka tidak keluar menemui kalian? Dimana mereka?"
Anaya terus bertanya, namun seseorang yang ia tanya tak kunjung memberikan respon, kecuali hanya menangis dan terus memeluknya.
"Kamu yang sabar sayang! Kamu yang sabar!"
Ucapan itulah yang akhirnya keluar dari mulut seseorang itu, hati Anaya seketika bertanya-tanya, namun dengan tabah ia mencoba menghilangkan pikiran kacaunya itu.
"Tante katakan ada apa? Aku tanya dimana Mama dan Papa? Kenapa kalian hanya menangis saja dimana mereka? Aku harus masuk aku mau menemui mereka! Anaya sudah sangat rindu."
Berniat akan masuk kedalam rumah, namun banyaknya tangan sudah siaga menghalangi niat dari Wanita cantik itu untuk masuk kedalam kediamannya sendiri.
Anaya yang memberontak membuat tangan orang-orang pun gagal untuk mencegahnya.
Kedua mata terperanjat kaget, lantai pada setiap sudut ruangan yang biasanya bersih kinclong tanpa noda, kini yang ia lihat lantai rumahnya berubah menjadi merah d4r4h yang mengotori setiap ruangan demi ruangan kediamannya tersebut .
Tak sadar darah siapa ini, matanya terus mencari keberadaan barang-barang yang pada terkoyak poranda. Namun sesuatu yang ia lihat tak seharusnya ia ketahui telah berhasil menghentikan langkahnya dengan sekejap mata.
Membungkam mulut, menahan tangisnya yang amat menyakitkan, sesosok dua jenazah yang tergeletak dilantai tertutup kain batik tak mempercayai apa yang Anaya lihat saat ini. Tangannya seketika gemetar, untuk mendekati kedua jenazah tersebut.
Perlahan langkah kaki telah sampai pada sesosok dua jenazah tersebut. Tangannya seketika gemetar, hati Anaya seakan-akan mencegah, namun pikiran wanita itu terus saja mendorongnya untuk membuka kain itu yang terdapat bercak darah tersebut.
Kedua tangan itu mulai membuka satu persatu jenazah yang sudah tertutup kain batik tersebut. Berhasil terbuka, menunjukkan sesuatu yang tidak seharusnya ia lihat sekejap mata melumpuhkan otot-ototnya, kaki Anaya terasa kaku tak memiliki tenaga untuk membangkitkan tubuhnya sendiri.
Hatinya seketika hancur melihat kedua orang tua yang sangat ia sayangi sudah terbujur kaku dengan luka sayatan dileher begitu juga tembakan yang sama-sama mengenai kepala keduanya, sekejap ia menghampirinya dan membopong secara bersamaan.
Tangisannya pecah, membekap tubuh Mama tercinta dalam dekapan pelukan hangatnya, disusul Anaya membekap tubuh Papanya.
Tangisan gadis itu pecah berharap semua yang terjadi hanyalah mimpi, namun yang terjadi sungguh sangatlah nyata.Tubuh Anaya yang seketika ambruk tak mampu menopangnya.
Meratapi tulisan nama yang tertera pada batu nisan dengan nama ❌ dan ❌, hati Anaya seketika hancur berkeping-keping bahkan ia tidak sanggup lagi untuk menopang tubuhnya sendiri.
Air matanya mengalir dengan sangat deras sampai-sampai ia tidak sanggup untuk mengatakan sepatah kata pun lagi.
Mulut yang seketika terkunci ia hanya mampu memegang batu nisan bertuliskan nama kedua orang tuanya dengan diselimuti penyesalan dan kecewakan terdalam.
Menyesali semua tapi sama halnya seperti nasi yang sudah menjadi bubur, berusaha apa ia berusaha untuk mengembalikan semuanya seperti sedia kala itu pun percuma, lantaran takdir buruk sudah menimpa.
"Maafkan Anaya Pa, maafkan Anaya Ma gara-gara Anaya Papa dan Mama harus mengalami ini semua, Anaya janji siapapun orang yang sudah bikin Mama dan Papa menderita, orang itu Anaya pastikan akan menderita di tanganku! Tidak peduli ini perbuatan dosa besar yang nantinya akan Anaya dapatkan, tapi Anaya janji kematian kalian Anaya pastikan orang itu akan mendapatkan balasan yang setimpal! Anaya Janji!"
Mengepalkan kedua tangannya, emosi yang memuncak membuat Anaya hilang kendali, kehilangan sifat asli yang mendapatkan julukan si pendiam dan lugu menjadikan gadis itu berubah sifat menjadi ambisius dan pendendam yang besar.
"Dunia memang sangat kejam!"
"Siapa kamu?"
"Saya Madam Rosa, saya cukup prihatin dengan takdir hidupmu yang sangat menyedihkan, saya bersedia membantumu membalaskan dendam Lelaki itu, tapi dengan syarat ...."
Lirikan Anaya lalu berpaling dari sosok wanita itu, ia langsung membalas jabatan tangan arti ia sendiri menyetujuinya.
BERSAMBUNG
lanjut 🙏