NovelToon NovelToon
Bukan Yang Pertama Untuk Cinta Pertama

Bukan Yang Pertama Untuk Cinta Pertama

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Selingkuh / Dijodohkan Orang Tua / Nikah Kontrak / Cintapertama
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Pertiwi1208

"Jadi kamu melangsungkan pernikahan di belakangku? Saat aku masih berada di kota lain karena urusan pekerjaan?"

"Teganya kamu mengambil keputusan sepihak!" ucap seorang wanita yang saat ini berada di depan aula, sembari melihat kekasih hatinya yang telah melangsungkan pernikahan dengan wanita lain. Bahkan dia berbicara sembari menggertakkan gigi, karena menahan amarah yang menyelimuti pikirannya saat ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pertiwi1208, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25

"Hmmbb, pagi-pagi pun sudah ada kue coklat," ucap Arya yang pagi itu sudah ada di meja makan lebih dulu.

"Apa kamu mau?" tanya Mama Erika sembari berjalan ke meja makan, dengan membawa lauk dari dapur yang baru saja matang.

"Iya Ma, aku mau," jawab Arya. Mama Erika mengulas senyum, beliau mengambil piring kecil dan segera mengambilkan menantunya kue coklat satu potong.

"Bagaimana rasanya?" tanya Mama Erika, beberapa saat kemudian, setelah Arya memakan kue tersebut satu suap.

"Enak sekali Ma, pandai benar Mama ini memasak dan membuat kue," puji Arya.

"Mama tidak membuatnya," ucap Mama Erika sembari duduk di kursi yang berhadapan dengan Arya.

"Ini tadi dapat dari Andra," ucap Mama Erika dengan segera, setelah mendapati ekspresi wajah menantunya membeku, seakan meminta penjelasan.

"Dari Andra?" tanya Arya yang rasanya sangat ingin memuntahkan kue tersebut saat ini.

"Iya, dia tahu kalau Mery sangat menyukai kue ini. Makanya dia kirim pagi-pagi, sebelum Mery berangkat bekerja," jelas Mama Erika lagi.

"Ada apa Ma?" tanya Mery yang baru saja menuruni tangga, kebetulan sekali dia tiba di meja makan berbarengan dengan Ayah Haris.

"Ini, Andra mengirimkan kue," jawab Mama Erika.

"Terus kemana Andranya?" tanya Mery yang segera duduk di sebelah Arya, begitu juga dengan Ayah Haris.

"Sudah pergi," jawab Mama Erika singkat.

"Kenapa tidak diajak sarapan bersama Ma?" tanya Ayah Haris.

"Sudah Mama ajak, tapi katanya sedang buru-buru," jawab Mama Erika.

"Apa Ayah dan Mery mau? Kata Arya tadi kuenya enak," ucap Mama Erika.

"Oh, kamu sudah memakannya lebih dulu ya?" tanya Mery sembari menghadap ke arah Arya, Arya pun hanya bisa mengulas senyum saja. Karena memang kue tersebut rasanya enak, hanya saja dia tidak menyukai orang yang mengirimnya.

"Aku mau dong Ma," ucap Mery.

"Aku juga," ucap Ayah Haris. Mama Erika segera mengambilkan mereka berdua kue masing-masing satu potong. 

Semua orang pun juga mengatakan bahwa kue tersebut rasanya sangat enak, tanpa menghiraukan perasaan Arya yang saat ini tengah bergejolak.

Beberapa saat kemudian.

"Eh, sayang," panggil Arya sembari menghadap ke arah Mery. Mery pun terkesiap, karena baru pertama kali ini dia memanggilnya dengan sebutan sayang.

"Hmb, iya ada apa?" tanya Mery.

"Kamu hari ini tinggal di rumah dulu aja, aku sudah memintakan izin pada Gavin," ucap Arya.

"Kenapa begitu? Apa kamu juga akan cuti lagi?" tanya balik Mery.

"Tidak, aku sudah tidak bisa cuti. Pekerjaanku akan semakin menumpuk jika terus cuti," jelas Arya. Mery pun memandang Arya dengan tatapan menyelidik.

"Aku pikir kita harus tinggal di sini untuk beberapa hari, karena setelah menikah kita juga belum pernah berkunjung," ucap Arya.

"Hmmbb... kamu pengertian sekali Arya," puji Mama Erika, Ayah Haris pun juga turut mengulas senyum.

"Terima kasih ya Arya, karena kamu sudah mau mengerti kami. Kami memang sangat merindukan Putri semata wayang kami," ucap Ayah Haris dengan terharu. Begitu juga dengan Mery.

"Jadi nanti kamu setelah bekerja akan langsung pulang kemari?" tanya Mery.

"Aku akan pulang dulu untuk mengambil beberapa baju ganti, agar tidak bolak balik," jawab Arya.

"Oke," jawab Mery dengan riang.

"Tapi Ayah juga harus tetap bekerja, karena ini tidak direncanakan. Banyak sekali pekerjaan Ayah di kantor, jadi Ayah tidak bisa menemani kamu seharian," ucap Ayah Haris sembari menatap lembut Mery.

"Tidak apa Ayah, kita nanti bertemu setelah Ayah pulang kerja," ucap Mery.

"Ya kalian para lelaki memang seharusnya tetap bekerja untuk mencarikan nafkah kami para wanita," ucap Mama Erika yang seketika mengundang gelak tawa semua orang.

Mereka pun segera melanjutkan sarapan. Lalu Arya dan Ayah pergi bekerja, sementara Mama dan Mery tetap berada di rumah.

***

Siang hari. 

Saat Andra melihat ponsel dan melihat story yang dibuat Mery, dia pun tahu bahwa Mery ada di rumah saat ini. Andra segera berkunjung ke rumah Mery. 

"Apa kamu sudah tidak bersemangat untuk bekerja? Tidak biasanya kamu sering mengambil cuti?" tanya Andra yang saat ini sudah duduk di teras rumah Mery.

"Suamiku yang mengambilkan cuti, dia bilang aku harus sering berkumpul dengan keluargaku," jawab Mery.

"Andra... beruntung sekali kamu datang kesini siang ini," ucap Mama Erika sembari membawa nampan berisi dua cangkir minuman. 

"Ada apa Ma?" tanya Mery.

"Sebenarnya, Mama dan Ayah siang ini ada janji makan siang dengan seseorang, tapi Mama tadi segan mau mengatakan, karena Arya sangat berantusias," jelas Mama Erika.

"Biasa aja Ma, aku juga gak apa-apa di rumah sendirian, ada Bi Nanik juga," jawab Mery.

"Tenang saja Ma, aku akan menjaga Mery dengan baik, seperti dulu," ucap Andra sembari mengulas senyum.

"Ya sudah, kalau begitu Mama siap-siap dulu ya, sudah hampir terlambat," pamit Mama Erika.

"Iya Ma, silahkan," ucap Andra dengan sopan.

"Hmb, memang sepertinya kita ditakdirkan hanya untuk berduaan saat ini," ucap Andra dengan suara lirih. Mery pun hanya bisa mencebikkan bibirnya.

***

Beberapa saat kemudian, setelah Mama Erika berangkat.

"Mery, kenapa kamu bisa menerima perjodohan itu begitu saja? Aku perhatikan dia tidak lebih kaya dari kamu. Apa kamu mencintainya?" cecar Andra.

"Kamu sedang ingin menggali informasi atau menginterogasi sebenarnya?" tanya Mery yang mulai kesal. 

"Sama saja itu, udah jawab aja," ucap Andra dengan nada dingin.

"Katakan dulu padaku, kamu akan menetap di Indonesia atau balik ke luar negeri?" tanya Mery.

"Semua tergantung dari jawaban kamu," ucap Andra.

"Cih," dengus Mery.

"Memangnya kalau dilihat dari saat makan malam kemarin? Apa kami terlihat saling mencintai?" tanya Mery.

"Tentu saja sikap kalian akan berubah saat di rumah hanya berdua dan saat di hadapan orang tua, maka dari itu aku bertanya langsung padamu," jelas Andra, Mery memainkan bibirnya sembari menarik nafas dalam.

"Untuk saling mencintai tentu saja aku masih belum tahu, karena kan sebelumnya kami tidak saling mengenal. Ya... kami jalan pelan-pelan aja sih Ndra," jelas Mery.

"Apa dia baik padamu?" tanya Andra.

"Lihatlah." Mery segera menunjukkan lengan, leher, wajah, dan juga kaki.

"Apa ada bekas memar atau luka?" tanya Mery.

"Tidak," jawab Andra singkat.

"Karena memang dia tidak pernah memukulku," ucap Mery.

"Apa kamu bahagia?" tanya Andra.

"Apa aku terlihat menangis? Atau mataku sembab?" tanya balik Mery.

"Tentu saja semua itu tidak terlihat saat ini, karena kamu saat ini sedang di rumah orang tuamu, tapi entahlah saat kamu sedang di rumah berdua saja," ucap Andra yang terus berpikiran buruk.

"Kalau begitu, kamu menetap lah di sini, agar bisa mengetahui langsung," ucap Mery yang sudah mulai kesal.

"Hmb, iya boleh juga. Dengan begitu ada yang aku kerjakan," gumam Andra.

"Jangan macam-macam ya kamu Andra," ucap Mery.

"Kamu sendiri yang sudah memberiku ide," ucap Andra.

"Sebentar, aku akan ambilkan kue, agar tenggorokan kita tidak sepi," ucap Mery sembari beranjak dan segera masuk ke dalam rumah.

***

Beberapa saat kemudian, Mery keluar dengan membawa nampan yang berisi kue coklat, piring kecil dan juga pisau. Namun ternyata Andra sudah tidak ada di teras. Mery mengedarkan pandangannya, ternyata mobil Andra juga sudah tidak ada. "Hmb… apa dia belum bisa menghapus rasa cintanya padaku?" gumam Mery. 

Namun ada hal yang membuat Mery berbinar, di atas meja teras, ada satu ikat bunga mawar pink. Mery tersenyum saat melihat bunga tersebut, dia segera meletakkan nampan di kursi dan mengambil bunga mawar pink tersebut, serta mencium aromanya beberapa kali sembari mengulas senyum. "Dia masih ingat segala macam yang aku suka," gumam Mery yang segera masuk kembali ke rumah dengan membawa seikat bunga mawar pink itu.

Dak.

"SIAL! Kenapa aku tidak bisa melupakan senyum itu!" kesal Andra sembari menggebrak setir mobilnya. Rupanya setelah meninggalkan bunga tersebut di atas meja teras, dia masih memantau Mery dari kejauhan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!