Dalam pusaran dunia mafia yang gelap, Alex, putra mahkota dari klan Moralez, dihadapkan pada ultimatum ayahnya, Marco Moralez, seorang mafia kejam tanpa belas kasihan.
Untuk membuktikan dirinya layak memimpin klan, Alex harus menemukan adiknya yang bertahun-tahun hilang, sebagai syarat.
Namun, di tengah pencarian nya terhadap sang adik, Alex justru bertemu dengan seorang gadis yang menarik perhatiannya, gadis yang mampu menggetarkan hatinya setelah lama mati.
Akankah dia berhasil menemukan adiknya dan memimpin klan ? Dan bagaimanakah kisah cinta akan mengubah arah hidupnya?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aquarius97, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KESALAHPAHAMAN
Malam itu, dengan berat hati Alex beranjak meninggalkan Elzatta yang masih terbaring tak sadarkan diri di kamarnya. Baru saja membuka pintu, ia mendengar suara gaduh dari lantai bawah.
"Alex, dimana kau?! Keluar!" teriak Leon dengan penuh emosi.
Alex menuruni tangga dengan langkah tenang. "Ada apa?" tanyanya berwajah datar seperti biasa, tidak terpengaruh oleh teriakan Leon. Begitu sampai di lantai bawah, Leon langsung mencengkeram kerah bajunya dengan kuat. "Kenapa kau mengusik Elzatta, Lex! Aku memperkenalkannya padamu, bukan berarti memberikan mangsa baru untukmu! Dia sahabatku, Lex!" kata Leon dengan berapi-api.
Alex menaikkan sebelah alisnya, "Sudah?" katanya, lalu menghela napas sejenak, "Aku memintamu kemari untuk merawatnya, bukannya marah-marah tanpa alasan yang jelas, ck!" balasnya dingin, suaranya tetap tenang namun dengan nada yang sedikit tajam.
Leon semakin memperkuat cengkeramannya, "Apa katamu?! Setelah kau menyiksanya, kau memintaku untuk merawatnya ! Bajingan kau....." tangan kanan nya sudah terayun, siap memukul wajah Alex. Namun, tiba-tiba Fedrick datang dan mendekap Leon dari belakang. "Dokter Leon, Anda salah paham. Nona Elzatta terluka bukan karena Tuan," papar Fedrick dengan cepat.
Perlahan, Leon mengendurkan cengkeraman tangannya, tatapan nya beralih pada Fedrick yang menganggukkan kepala. "Saya yang menemukan Nona Elzatta terbaring tak sadarkan diri di sebuah jalanan sepi. Dan saya membawanya kesini, meminta bantuan Tuan Alex, Dok." Ungkap Fedrick.
Setelah mendengar ucapan Fedrick, Leon menghempaskan cengkeramannya, lalu menghembuskan napasnya kasar. "Maaf, sudah menyalah pahami mu. Tapi jika kau benar-benar mengusik temanku, aku tidak akan tinggal diam, Lex!" Jari telunjuknya mengacung di depan wajah Alex.
Alex hanya menatap Leon tanpa ekspresi, lalu mendengus pelan. Kemudian berjalan meninggalkan Leon dan Fedrick tanpa mengeluarkan satu patah kata.
"Dimana Elzatta, Fed? Aku akan membawanya pulang," ujar Leon, membuat Fedrick menggeleng. "Sebaiknya, biarkan Nona Elzatta berada disini dulu, Dok. Dia akan lebih aman disini, karena calon suaminya saat ini pasti sedang mencari keberadaan nya," kata Fedrick dengan serius.
"Memangnya kenapa kalau Juan mencarinya, bukankah itu bagus, setidaknya dia khawatir?"
"Tolong dengarkan saya, Dok. Berhati-hatilah kepada calon suami Nona Elzatta." Perkataan Fedrick lalu membuat Leon mengangguk, ia tahu asisten Alex yang satu ini memang orang yang teliti, Fedrick selalu melakukan penyelidikan sebelum memberikan informasi.
"Nona Elzatta berada di kamar dekat tangga. Saya pamit dulu." Fedrick menundukkan kepalanya samar sebagai tanda hormat, lalu pergi mengejar Alex.
Setelah Fedrick pergi, Leon bergegas menaiki tangga, mencari dimana sahabatnya berada. Begitu membuka pintu kamar, pandangannya langsung tertuju pada Elzatta yang terbaring menutup mata, dengan infus menancap di tangannya. Leon mendekat, tubuhnya seketika luruh melihat sahabatnya. Meskipun sudah sering melihat Elzatta terluka, tapi ini kedua kalinya ia melihat nya terluka parah sampai tidak sadarkan diri. "Apa yang terjadi padamu?" gumamnya lirih penuh keprihatinan.
Leon mengamati luka di tubuh Elzatta dengan tangan mengepal. Ada beberapa lebam di wajahnya, dan lengan kiri yang terbungkus perban, Leon tahu itu luka tembakan. Kemudian ia beralih mengamati telapak tangan Elzatta. Dengan rasa penasaran, Leon meraih tangan kecil itu dan membuka perban tersebut dengan hati-hati. Terlihat luka dalam dengan darah kering yang menghitam, menunjukkan bekas tekanan keras dari benda tajam. Kulit di sekitar luka masih merah dan bengkak, membuat Leon menghela napas berat. "Aku tidak suka kebiasaanmu, yang pergi tanpa membawa ponsel!" Gerutunya, sambil memperbaiki perban Elzatta lagi.
Tadi, karena begitu resah menunggu Elzatta yang tak kunjung datang, Leon akhirnya memutuskan untuk mencarinya. Sebelumnya, ia sudah mencoba menelponnya bahkan berkali-kali, tapi tidak ada jawaban dari gadis itu. Begitu sampai dirumah Elzatta, bertepatan dengan Juan yang juga datang kesana. Tanpa mempedulikan tatapan sinis Juan, Leon masuk rumah dan menanyakan keberadaan Elzatta pada ibu Rosie.
Ibu Rosie heran, mengapa tiba-tiba kedua lelaki tampan itu kompak mencari Elzatta dengan ekspresi yang sulit di artikan. "Elzatta tidak ada, kata bibi sedari sore ia pamit keluar tapi entah kemana,"tutur Ibu Rosie dengan lembut.
Leon kembali kerumahnya dengan perasaan khawatir yang semakin bertambah mengenai Elzatta. Hingga Fedrick menelepon, memberitahunya bahwa Elzatta terluka. Tanpa berpikir panjang, Leon pergi ke alamat yang sudah dikirimkan Fedrick dengan kesalahpahaman. Ia berpikir, Alex telah menargetkan Elzatta, menjadi gadis pelampiasan berikutnya.
***
Di alam bawah sadarnya, Elzatta bermimpi. Ia yang begitu haus setelah berlarian, mencoba meraih gelas yang begitu besar. Namun ia tidak bisa menjangkau nya, "Aiiirr....." ucapnya lirih hingga terbawa ke alam nyata. 🤣
Leon segera menuangkan air putih ke dalam gelas, lalu membantu sahabatnya untuk minum. Satu gelas penuh tandas membasahi tenggorokannya. "Syukurlah, kau sudah sadar. Apa yang kau rasakan sekarang?"tanya Leon, namun yang di tanya hanya diam menatap wajahnya.
"Hey, kau tidak geger otak kan, Za?"
Masih diam.
Akhirnya Leon meniup wajah Elzatta, dan berhasil membuat kesadaran nya kembali. "Hah, aku tidak papa. Hanya saja, aku penasaran, kenapa aku bisa disini. Bersamamu? Kita berada di mana, Le? Bukankah ini bukan rumah sakit?" Rentetan pertanyaan itu membuat Leon menggeleng.
"Kau terlalu cerewet!"
"CK,, kau ini, aku serius.....seingatku tadi......" Elzatta mengernyitkan dahinya, ia ingat betul tadi ia di keroyok tiga pria berbadan besar. Dan terakhir di tembak oleh kekasih Juan. "Ah, untungnya aku masih hidup, terimakasih Tuhan," ucapnya memejamkan mata sambil menangkupkan kedua tangannya.
"Kan aku sudah bilang, bawalah ponselmu jika kau pergi. Bila terjadi apa-apa aku akan tahu, karena aku sudah memasang GPS di ponselmu. Tapi, kau terlalu keras kepala!" Omel Leon sudah seperti ibu-ibu komplek.
"Iya, aku mengaku salah," ucap Elzatta sambil menunduk.
"Jelaskan apa yang terjadi padamu, aku curiga kau punya musuh. Tapi sebelum itu, aku ingin bertanya padamu," ujar Leon.
"Tanya apa?" Elzatta mengerutkan dahinya.
"Apakah Alex pernah mengganggumu, maksudku sampai menyiksamu?" Tanya Leon menatap wajah Elzatta untuk menilai kejujuran gadis itu lewat ekspresi nya.
Tanpa ragu Elzatta menatap balik mata Leon, kemudian menggeleng. "Tidak, tapi dia sudah mengambil ciuman pertamaku, Le" kalimat terakhir hanya mampu ia utarakan dalam hati. "Kenapa kau bertanya seperti itu, jika dia berani mengangguku, akan ku ketok kepalanya."
"Jangan dekat-dekat dengannya, beritahu aku jika dia mengganggumu!" Ucapan Leon membuat Elzatta mengangguk.
...----------------...