wisopati adalah seorang pendekar hebat yang tewas melawan musuh terkuatnya, siapa sangka setelah tewas jiwanya berpindah ke tubuh seorang lelaki pecundang yang bekerja sebagai penyapu jalanan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abdul Rizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
perebutan artefak
Wisopati mengabaikan semua pelayan yang memandanginya dan berjalan menuju tempat albert berada.
Di sana albert juga sudah memakai setelan jas rapih yang sama seperti dengan apa yang di pakai oleh wisopati.
"Maafkan saya yang harus mengenakan topeng, tuan. Apakah anda ingin mengenakan topeng?" Albert menyodorkan sebuah topeng putih polos kepada wisopati.
Wisopati menggelengkan kepalanya secara perlahan.
"Kalau begitu mari kita berangkat, tuan.." ucap albert dengan tenang.
Wisopati menganggukan kepalanya, akhirnya mereka berdua memasuki mobil dan menuju ke kediaman kakek ji yang ada di kepanjen.
Tidak butuh waktu lama mereka akhirnya tiba di jalan masuk kediaman kakek ji.
"Bolehkah kami melihat undangan anda, tuan?" Dengan cepat sang sopir langsung menyerahkan undangan khusus yang hanya di miliki oleh orang-orang penting.
Dengan begitu mobil melaju memasuki halaman.
Rumah kakek ji terlihat memiliki fasad tradisional yang di campurkan dengan nuansa modern.
Dengan langkah tenang kedua orang ini berjalan menuju ke rumah utama.
Saking tebalnya penjagaan di rumah ini wisopati harus melwati banyak sekali penjagaan, tentu saja yang mengurus ini semuanya.
Akhirnya mereka semua tiba di sebuah ruangan khusus.
Di tengah ruangan terlihat meja yang cukup besar, di sana ada 6 buah kursi yang melingkari meja.
Ada seorang pria paruh baya yang duduk di kursi itu.
Dengan tenang albert berjalan menuju kursi yang ada di sampingnya.
"Mohon maaf, untuk penjaga silahkan di sini.." ucap salah satu penjaga kediaman kakek ji.
Wisopati menganggukan kepalanya, dia dengan cepat duduk di sebuah kursi yang cukup jauh dari tempat albert berada.
Aturan di ruangan ini sabgat sederhana, yang boleh duduk di kursi utama adalah para tamu undangan sedangkan para penjaga harus duduk di kursi yang jauh di belakang namun masih satu ruangan.
Hal itu untuk mengatur kondisifitas perundingan, bagaimana pun juga yang akan terjadi nanti bukan rapat umum biasa, melainkan perebutan artefak milik kakek ji.
Tidak lama kemudian 8 orang dari kelompok lain mulai memasuki ruangan ini, yang 4 orang duduk di meja perundingan dan 4 orang lainnya duduk semeja dengan wisopati.
Perwakilan dari kakek ji mengeluarkan sebuah kotak, kemudian para tamu undangan termasuk albert memandangi kotak itu.
"Tuan, mengapa tidak mengambil saja tawaran kami? Bukankah tawaran kami cukup kompetetif?"
"Aih, mengapa kamu memaksa tuan rumah seperti ini? Jelas-jelas tuan rumah ingin mengambil tawaran dari kami!"
Semakin malam meja perundingan itu semakin panas saja.
Hingga akhirnya perwakilan dari kakek ji berucap, "tolong hentikan sejenak, tolong jangan bertarung di tempat ini!" Ucap setyo kepada semua orang.
Tidak hanya para tamu undangan, namun para penjaga mereka juga panas mereka saling memancarkan aura permusuhan, kecuali wisopati yang tampak tenang.
"Bagaimana tuan setyo? Penawaran mana yang anda pilih?"
"Tolong pertimbangkan baik-baik."
Setyo berucap, "kalian semua membawa penjaga kepercayaan kalian, mengapa kita tidak mempertandingkan saja mereka? Penjaga siapa yang paling kuat dialah yang akan aku pilih."
Keempat tamu undangan itu menyeringai, "bagus tuan setyo, justru itu semakin bagus untuk kami!"
"Biarkan kekuatan yang menentukan!"
Hanya albert yang memijat kepalanya dengab ekspresi suram, benar-benar suram.
Kalau begini ceritanya maka dia sudah di pastikan kalah, kontraknya dengan tuan wisopati hanya memastikan bahwa dia tidak mati.
Seketika itu juga albert mengangkat tangannya, "aku menyerah kalau begitu!"
Tentu saja apa yang di lakukan oleh albert ini benar-benar membuat tuan setyo dan 4 tamu undangan lainnya terkejut, merka heran mengapa albert memilih mundur dengab sangat enteng.
Namun dengan cepat keempat tamu undangan itu menyeringai.
Sebab mereka berempat tidak perduli dengan apapun alasan mundurnya albert.
Yang penting saingan mereka berkurang satu. Sangat oke sekali.
Akhirnya semua orang pindah ke aren belakang yang tampak sudah siap di gunakan.
Karena albert memilih mundur pada saat ini albert di persilahkan duduk bersama dengan keluarga kakek ji, bersama dengan tuan setyo dan yang lainnya.
"Bisakah kalian menyiapkan satu kursi lagi?" tanya albert pada salah satu pelayan.
"Loh, untuk siapa tuan?" Tanya pelayan itu bingung.
"Hehe, untuk tuan ini..." ucap albert sambil melirik ke arah wisopati yang masih berdiri.
Pelayan itu bingung, bukanya sudah biasa penjaga berdiri dan menjaga tuannya. Mengapa pada saat ini tuan albert yang memanggil penjaganya sebagai tuan?
Namun pelayan itu tidak mau pusing, dengan cepat dia mengambil kursi untuk tempat duduk wisopati.
Ketika seudah duduk wisopati berbisik kepada albert, "apapun yang terjadi tetap tenang." Ucapnya.
"Tetap tenang? Memangnya ada apa, tuan?" Tanya albert.
Siapa sangka pada saat ini wisopati tersenyum tipis dengan gaya senyuman misteriusnya, "pertunjukan sesungguhnya belum di mulai."
"Belum di mulai?" Ulang albert dengan wajah bingung.
"Belum.." ucap wisopati dengan tenang.
Albert benar-benar penasaran dengan apa yang akan terjadi, namun sayang sekali tuan wisopati bukanlah anak buahnya. Dia tidak bisa memaksa tuan wisopati mengatakan sebenarnya.
Sementara terkihat 2 penjaga berdiri di atas arena, tentu saja mereka berdua adalah 2 penjaga yang mewakili kubu yang berbeda.
"Aku akan menjadi lawanmu!" Ucap salah satu penjaga di atas arena.
Lawannya menganggukan kepalanya secara perlahan, "aku harap kamu bisa memberikanku pertarungan yang menarik."
"Mulai!" Wasit perwakilan dari kakek ji langsung memberikan aba-aba mulai, keduanya langsung menghentakan kakinya. Melesat dan saling bertarung dengan tinju mereka.
Siapa sangka di tengah-tengah pertarungan ini nampak lampu-lampu rumah termasuk taman tampak berkelip-kelip seperti hendak konslet.
"Apa yang terjadi?" Semua orang yang ada di sini panik, pertarungan yang ada di atas arena juga terhenti.
Aura mengerikan tiba-tiba muncul dari samping, aura yang sangat mengerikan dan menidas semua orang.
"Sial, bagaimana mungkin ada monster menyerang?!"
"Ini adalah aura pengguna seni beladiri kuno!"
Semua orang yang ada di sini langsung berdebar ketika merasakan aura yang sangat menidas seperti ini.
Setyo yang merupakan perwakilan dari kakek ji terlihat sangat panik sekali, "sialan, siapa yang membocorkan aretefak ini ke publik! Aku sudah memastikan perebutan artefak ini sangat rahasia!" Ucapnya panik.
Semua orang langsung mengarahkan pandangan mereka ke meja kecil Yang ada di samping arena, di atas meja itu ada kotak yang berisi artefak yang mereka perebutkan.
Tuan setyo langsung berdiri dan menghentakan kakinya untuk mengambil aretefak itu.
"Hahaha! Siapa yang mengizinkanmu bergerak!" Terdengar suara seorang pemuda dengan aura monster yang sangat mengerikan.
sangat layak untuk di nanti setiap apdetnya