Anara Kejora biasa di sapa Ana, dia adalah gadis yang baik, penyayang, pintar dan ramah pada siapapun. Dia seorang yatim piatu, papa dan mama nya meninggal sejak ia berusia 10 tahun karena kecelakaan.
Suatu hari dia di usir oleh keluarga bibinya, kemudian dia pergi dan di kontrakan. setelah itu dia mencari pekerjaan di William Group dan di terima bekerja di situ.
Pria itu adalah Sean William. Dia adalah CEO William Group, seorang laki-laki berparas tampan, memiliki bentuk tubuh yang sempurna membuat setiap kaum hawa yang melihatnya terkesima. Namun, dia adalah pria yang dingin, kejam, tegas dan tidak tersentuh. la sangat sulit untuk di dekati, apalagi dengan seorang wanita.
Namun siapa sangka, di balik ketampanannya dia adalah pimpinan mafia terkejam yang cukup terkenal di berbagai negara.
Sean dan Anara bertemu lalu menikah
bagaimana kisah cinta Sean dan Anara?
Akankah mereka hidup bahagia?
Selamat membaca
Jangan lupa like, komen, bintang 🌟🌟🌟🌟🌟
Vote sebanyak-banyaknya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr. Jay H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 Rencana Jahat Jesica
"Sudahlah, kalian makan sendiri saja. Aku mau makan." Kesal Ana saat mereka tidak henti-hentinya berdebat.
Ana meletakkan piring dan sendok makan milik Sean, lalu ia mengambil makanan untuk dirinya sendiri. Keduanya hanya bisa melongo, Ana makan tanpa memikirkan keduanya saat ini.
Mau tidak mau Sean makan sendiri tanpa di suapi dengan Ana malam ini.
Diva menjulurkan lidahnya mengejek sang uncle karena Ana tidak menyuapinya lagi. Sean di buat kesal dengan Diva yang mengejeknya.
Mereka pun makan malam dengan suara hening tanpa ada kegaduhan lagi.
"Aunty... nanti setelah sekolah kita jalan-jalan ya." Ucap Diva dengan mulut penuh makanan.
"Mau kemana?" Tanya Sean.
"Diva mau ke mall. Boleh kan?"
"Boleh, tapi nanti harus ada anak buah uncle yang menemani kalian." Ujar Sean pada Diva.
"Oke, uncle." Meraka pun melanjutkan sarapannya masing-masing.
"Sean... ini bekal untuk makan siang nanti. Bawalah ," Ana memberi kotak makan berisikan bekal untuk Sean.
"Untukku?" Ana mengangguk sambil tersenyum. Sean pun menerimanya dengan senang hati.
"Dan ini, pakai ini." Sean memberikan black card pada Ana.
"Apa ini?" Ana membolak-balikkan kartu yang ada
di tangannya.
"Kau bisa gunakan itu sepuasnya. Itu untukmu, gunakan itu untuk keperluanmu."
"Tapi, aku tidak bisa menggunakannya. Apa tidak ada uang cash." Ana bingung bagaimana menggunakan kartu itu.
Selama ini, Ana tidak pernah menggunakan semua jenis kartu. la biasanya memegang uang cash dari hasil jerih payahnya selama ini.
"Aku tidak ada uang cash sekarang. Nanti aku akan suruh James untuk mengambilnya." Ujar Sean.
"Aku pergi dulu." Diva.
"Diva yang rajin, oke." Sean mengelus pucuk kepala
Sean pun melangkahkan kakinya dan masuk menuju mobilnya. Setelah itu, Ana dan Diva menuju mobil satunya. Mereka pergi dengan tujuan masing-masing kali ini.
Mobil yang di kendarai oleh Ana dan Diva pun akhirnya sampai di sekolahan Diva. Ana memilih menunggu di sana bersama ibu-ibu. Awalnya ia sedikit malu, tapi Ana mulai membiasakan hal itu.
Waktu berjalan begitu cepat, jam sekolah Diva pun sudah berakhir.
"Ayo aunty, kita main dan belanja-belanja yang banyak." Ajak Diva dengan antusias. Ia menyeret Ana untuk segera masuk ke dalam mobil
Mobil yang mereka tumpangi pun melaju ke mall sesuai permintaan Diva.
Sesampainya di parkiran, mereka berdua keluar dari mobil. Tidak lupa ada anak buah Sean yang mengawal mereka.
Mereka masuk ke dalam mall tersebut. Mall yang mereka kunjungi saat ini adalah mall milik keluarga Sean. Ana pernah di ajak ke sana sebelumnya, jadi ia tidak bingung untuk sekarang.
Diva pun mengajak Ana untuk playground yang ada di sana. Diva bermain dengan girangnya. Ana mengawasi Diva di tempat duduk yang sudah tersedia tidak jauh dari tempat bermain Diva.
Tanpa disadari, ada pasang mata yang memandang Ana dengan penuh kebencian saat ini.
la pun segera mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.
"Datang ke mall xxx. Target ada di sini. Cepat." Ucap orang itu lalu menutup sambungan telfonnya.
la pun segera bersembunyi dari situ.
Orang itu adalah Jesica, ia datang ke mall untuk membeli barang-barang branded yang dia sukai.
Entah ini keberuntungan baginya atau bagaimana harus bertemu dengan Ana di sini. Dia pun segera melancarkan aksinya untuk menyingkirkan Ana.
Semalam dirinya sudah bekerjasama dengan orang-orang bayaran miliknya, tidak sulit bagi Jesica bisa mendapatkan nomor-nomor orang suruhan seperti itu. Karena sang daddy pun juga sering melakukan hal demikian.
Jesica menggunakan kesempatan emasnya kali ini. Tidak perlu bersusah payah dia untuk mencari-cari Ana.
Tak lama kemudian, orang-orang suruhan Jesica tiba.
"Mana orangnya, nona?" Tanya salah satu dari mereka.
"Dia duduk di sana, tunggu di waktu yang tepat." Titah Jesica pada mereka.
Orang-orang suruhan Jesica pun mengerti apa yang di ucapkan olehnya. Jesica tidak menyuruh orang-orangnya untuk segera beraksi. Karena ia tahu, saat ini Ana sedang bersama Diva dan di dampingi beberapa anak buah Sean.
la menduga jika Sean dan Ana ada sesuatu, karena tidak sembarang orang bisa mendapat pengawalan dari anak buah Sean. Jadi semakin bencilah Jesica pada Ana saat ini.
Begitulah Jesica, memang cantik dan anggun. Bahkan ia terlihat sangat ramah di hadapan banyak orang, namun siaka sangka jika dia juga mempunyai sisi jelek seperti itu.
"Diva... jangan lari-lari." Teriak Ana melihat Diva yang sedang berlari.
"Aunty... ayo sini main." Teriak Diva mengajak Ana untuk bermain mandi bola di sana.
"Sudah Diva... ayo sini." Panggil Ana. Diva pun menurut dan segera datang menghampiri Ana.
"Ayo kita makan, aunty laper." Ajak Anna. Diva menyetujui dengan ajakan sang aunty, karena ia juga merasakan lapar.
Ana mengajak Diva kearah food court yang berada di sebelah tempat bermain Diva tadi.
Mereka memesan makanan dan minuman yang mereka sukai masing-masing. Keduanya melahap habis makanan yang di beli tadi.
"Diva tunggu disini dulu ya. Aunty mau ke kamar mandi dulu." Ujar Ana.
"Apa perlu kami temani, nyonya?" tawar salah satu anak buah Aiden yang di tugaskan menjaga Diva dan Ana saat ini.
"Tidak perlu, aku hanya ke toilet. Kalian temani saja Diva di sini." Tolak Ana.
Ana melangkahkan kakinya menuju toilet. Jesica yang melihat ada peluang itu pun segera menyuruh orang suruhannya itu beraksi.
Mereka mendekat ke toilet yang di gunakan oleh Ana sekarang. Untung saja toilet itu sepi saat ini. jadi mereka bisa segera melancarkan aksinya.
Ana yang sudah selesai itupun segera keluar dan memutuskan kembali bersama Diva. Ana melihat dua orang berbadan kekar itu pun kaget. Pasalnya orang-orang itu terlihat berbeda. Tidak seperti anak buah Sean tadi.
"Siapa kalian?" Tanya Ana.
"Kami rekan dari pengawal anda nyonya, mari ikuti kami. Karena nona kecil dan pengawal yang tadi sudah menunggu di mobil." Bohongnya.
"Ohh... baiklah." Ucap Ana menyetujui. Entah kenapa ia langsung saja menyetujui ajakan dari orang-orang itu.
Mereka membawa Ana kearah yang berbeda kali ini.
"Kenapa lewat sini?" Tanya Ana saat mereka membawa Ana kearah yang berlainan. Yang mereka lewati saat ini seperti jalan rahasia, karena sangat sepi tidak ada yang berlalu lalang melewatinya.
Bugh...
Salah satu dari mereka pun memukul tengkuk leher Ana begitu kuat hingga Ana tidak sadarkan diri.
Mereka segera membawa Ana pergi dari sana sesuai dengan perintah Jesica.
Sedangkan di sisi Diva...
"Kenapa aunty belum kembali?" Tanya diva Karena Ana tak kunjung kembali.
Anak buah Sean merasa firasat yang tidak baik kali ini. "Kau cek ke sana." Perintahnya pada salah satu temannya.
Salah satu dari mereka pun mengecek keberadaan Ana ke toilet.
Toilet di sana terlihat sepi tanpa ada satu orang pun. Dia mulai panik, bagaimana nanti jika tuan mereka marah. Anak buah Sean terus saja mencari Ana di setiap sudut, namun nihil. Ana tidak di temukan sama sekali.
la memutuskan kembali dan mengatakan ini pada temannya tadi.
la membisikkan apa pada temannya agar Diva tidak merasa cemas dengan kabar ini.
"Apa..?" Pekiknya kaget dengan laporan dari temannya. Wajah mereka menjadi gusar karena bisa-bisanya kehilangan Ana.
"Lalu, apa yang akan kita katakan nanti pada tuan Sean?"
"Kenapa uncle? Dimana aunty?" Tanya Diva pada mereka.
"Nona kecil... sepertinya, kita ada masalah. Kita kembali dulu ya." Ajak anak buah Sean.
"Lalu... bagaimana dengan aunty uncle?" Ujar Diva dengan mata yang sudah mulai berkaca-kaca karena Ana tidak kunjung kembali.
"Kami kehilangan jejak nyonya. Kita kembali dulu ya nona kecil. Biar teman uncle yang mencari nyonya." Bujuk anak buah Sean.
Diva pun menangis setelah mendengar ucapan dari mereka. Bujuk rayu anak buah Sean pada Diva, akhirnya Diva ikut perkataan dari anak buah Sean.
"Kau minta cctv pada petugas disini. Aku akan melaporkan hal ini pada tuan Sean." Perintahnya pada temannya.
Mereka pun segera membagi tugas masing-masing.