Iriana merasakan kekecewaan kepada tunangannya yang ketahuan berselingkuh bersama sahabatnya.
membuat ayahnya jadi khawatir, sehingga membuat ayah nya berpikir untuk ia tinggal di tempat ibunya (nenek Iriana) di Perdesaan.
**
"Apa kau sudah melupakan nya?"
Seseorang yang menunggu nya untuk melupakan kan mantan tunangannya.
Mampukah ia kembali jatuh cinta saat pernah di khianati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sky00libra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab14
Menunggu di dalam mobil bersama kedua adik Rai. Membiarkan Rai masuk kedalam toko nya.
"Mba..! Gak kepengen ke kota lagi yah!?"
"Nanti,,,, mba pasti pulang ke kota lagi ko, cuma gak sekarang." Balas Iriana.
"Jangan lupa nanti ke rumah Risa ya mba. Sama mas Rai tu, disini Risa cuma seminggu gak bisa lama.. Nanti di cari in papa." Kekeh Risa.
"Iya,,, nanti mba mampir. Emangnya kamu nanti lanjut kuliah dimana?"
"Lanjut mba,, di universitas jakarta."
Ngobrol bersama adik Rai yang untung nya juga nyambung, Iriana tidak merasa kehabisan topik. Pembicaraan bersama Risa seperti ia mempunyai adik perempuan yang bisa di ajak bergosip, pembicaraan yang random itu yang ia rasakan sekarang.
Sampai akhir nya ia melihat Rai berjalan keluar dari dalam toko nya mendekati mobil.
Pintu mobil, Rai buka. Tapi dia seperti bingung melihat kursi belakang dimana disana ada Iriana dan adik bungsu nya Risa. Sedang kan di depan ada Rey tapi bukan di kursi kemudi.
"Loh gak masuk mas!?" Reyhan nyengir seraya menunjuk kursi tempat setir.
Hembusan nafas dengan wajah pasrah. Ia terpaksa menjalan kan mobil mereka balik ke desa klayangan.
"Kenapa kamu duduk disini Rey?" Gumamnya meski sesekali melihat Iriana di kaca spion. Dan gumaman itu tidak terlalu jelas, Rey hanya mendengar sebutan namanya. Apa lagi yang di belakang pasti tidak akan mendengar, karena sibuk dengan obrolan nya.
"Apa Mas?" Ucap Rey ingin bertanya lebih jelas lagi. Suara Reyhan membuat Iriana dan Risa menghentikan pembicaraan sebentar dan kembali melanjutkan nya.
"Gak papa" Membuat Rey ber oh. Tidak ingin menganggu suasana hati Mas nya ini.
***
Mobil Rai sudah sampai di depan pelataran rumah Paman Budi. Ternyata sudah pukul 8 malam, rumah warga juga banyak yang sudah tertutup,, hanya warung Mbak Nunik yang masih buka. Rey dan Risa sudah keluar dari mobil dan menghilang di balik pintu rumah, hanya tersisa Iriana dan Rai.
"Gak mau kedepan Ana?" Seraya melihat Iriana masih di kursi belakang belum pindah.
"Ngapain Mas? Aku mau balik duluan yah Mas"
"Disini dulu Mas mau ngomong bentar! Sini kedepan" Sahut Rai lebih cepat sebelum Iriana membuka pintu mobil dan keluar.
"Ish mau ngapain sih. Masa mau cium perpisahan dulu sih." Bathin Iriana dengan segala macam pikiran nya.
Sekali lagi tatap Rai ke belakang menatap Iriana yang masih bergeming, masih dengan tangan memegang gagang pintu mobil.
Menarik napas dan mengeluarkan nya pelan Iriana akhir nya merangkak pelan dari belakang, ke depan.
Membuat Rai mengulum senyum nya.
"Pelan-pelan hmmm" Seraya memegang tangan Iriana. Membuat Iriana mendelik melihat Rai.
"Siapa yang suruh aku begini." Bathin nya kesal.
"Mau ngomong apa?" Ucapannya ketus, ia hanya gugup berduaan begini jadi tidak sadar saat bicara ketus. yang di ketus malas terkekeh-kekeh.
"Mas ih kenapa?"
"Kamu cantik Iriana!" Celetukan Rai tiba-tiba, membuat Iriana blushing malu. Dengan cepat menghindar tatapan Rai.
"Ayo Mas antar ke depan rumah nenek!" Cepat-cepat keluar mobil. Dan berlari ke arah sisi pintu kiri, membukanya cepat untuk Iriana.
"Ayo!" Memegang tangan Iriana berjalan pelan ke rumah sebelah.
Sesampai nya di pelataran rumah nenek lestari, di bawah pohon jambu dengan cahaya remang-remang cahaya lampu teras tidak sampai.
"Mas! Pembicaraan di taman tadi.." Iriana menjeda obrolan nya sebentar seraya menarik napas pelan. Dengan menatap manik gelap Rai yang tegang menatap nya. Tersenyum melihat kegelisahan Rai.
"Bisa kah mas menunggu saya sebentar dan memberikan waktu."
"Hahh. Kamu membuat Mas cemas,,, Mas akan menunggu tapi bisa kah jawaban kamu menerima Mas hmmm" Rai ingin jawaban nya 'IYA'. Setelah tadi di buat hampir kesulitan bernafas.
"Gak tau Mas." Iriana iseng pasang wajah bersalah. Seraya menunduk.
"Jangan buat Mas malam ini masuk kamar kamu, lewat jendela Ana. Itu bahaya!" Apa pun di lakukan Iriana itu membuat nya hampir hilang kendali. Ia gemas.
Iriana merinding sekujur tubuhnya apa lagi malam dingin seperti ini.
"Udahlah saya masuk dulu Mas!" Terburu-buru Iriana meninggal kan Rai. Ia tidak mau pria itu berbuat hal tidak baik. Apa lagi hanya berdua di bawah pohon jambu, takut ada setannya.
Sedangkan Rai terkekeh melihat tingkah Iriana yang lari cepat.
"Saya masih sanggup bertahan Iriana, kamu spesial dan saya ingin menikah kan kamu. Memiliki mu dengan cara yang baik-baik." Bathinnya. Ia pun meninggal kan pelataran depan rumah lestari setelah melihat wanita nya masuk kedalam rumah.
Di kamar Iriana kembali memikirkan perkataan Rai.
"Saya siapa menunggu Ana!"
"Hahh sial.." Ia selalu terbayang wajah tampan Rai, dan manik gelap indah itu sering kali membuat ia salah tingkah.
"Astaga,, aku bingung Ibu." Gumamnya di sela-sela wajah nya yang tertutup bantal.
Drett... Bunyi getaran ponsel nya di nakas. Mengalihkan sejenak pikirannya. Perlahan mengambil ponselnya, yang ternyata pesan dari Rai.
Mas Rai:
Selamat tidur Ana... Jangan begadang nanti kamu telat bangun,,, apa kamu tidak mau ikut Mas ke kebun esok hari.
"Ihhh salah kamu Mas buat aku tidak bisa tidur!" Balas nya lewat mulut.
Tidak mau pusing-pusing membalas pesan Rai. Ia mencoba untuk tidur,, sekarang semenjak tinggal di tempat nenek nya ia lebih sering bangun hampir kesiangan.
Sedangkan di tempat Rai. Ia membuka pintu jendela nya dan menatap pintu jendela Iriana. Ia ingin tau apakah wanita itu sudah tidur apa kesulitan tidur karena memikirnya. Seperti ia yang selalu memikirkan wanita itu. Karena penasaran ia mencoba mengambil ponsel nya dengan mengirim pesan kepada wanitanya. Ia selalu tersenyum kecil dengan pikiran nya. 'Wanitaku' bukan kah ia sudah terlalu percaya diri.
Sekali lagi melihat pintu jendela itu. Setelah ia mengirim pesan dan hanya di lihat saja, tidak di balaskan.
Apakah ia sedang di cuekin. Membuat ia jadi terkekeh "Wanita ini,, bisa-bisa nya pesan saya cuma dilihat." Tapi itu tidak memicu kemarahan nya malahan ia menjadi rindu wanita itu.
Ketukan di pintu kamar nya menyudahi acara menatap pintu jendela sebelah. Rai pun berjalan kearah pintu dan membukanya, yang ternyata di depan sana adik nya Reyhan. Tersenyum dengan tengil seraya menggaruk kepala, membuat rambut nya jadi acak-acakan.
"Mas... Numpang tiduran dikamar Mas yah." Reyhan memasangkan wajah puppy eyes yang biasa selalu di gunakan Risa untuk merayu nya. Membuat Rai mengernyit jijik.
"Kenapa dengan kamarmu." Seraya mempersilahkan Reyhan memasuki kamarnya.
"Ngeri Mas di kamar arah belakang. Masa iya arah jendela nya hutan. Rimbun banyak kayu besar-besar. Mana ada suara-suara gitu horor lah." Ucapnya cepat seraya menghempas kan badannya di ranjang besar Rai.
"Wahh enak sekali disini." lanjutnya
"Alah malam sebelum-belum nya gimana? Gak takut kan. Alasan mu saja itu." Memutar kedua bola matanya. Reyhan hanya cengengesan mendengar kata Mas nya.