NovelToon NovelToon
Kau Rebut Ibuku Ku Rebut Calon Suamimu

Kau Rebut Ibuku Ku Rebut Calon Suamimu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Balas Dendam / Obsesi / Cinta pada Pandangan Pertama / Ibu Tiri / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:130.8k
Nilai: 5
Nama Author: Almaira

Dia adalah darah dagingnya. Tapi sejak kecil, kasih ibu tak pernah benar-benar untuknya. Sang ibu lebih memilih memperjuangkan anak tiri—anak dari suami barunya—dan mengorbankan putrinya sendiri.

Tumbuh dengan luka dan kecewa, wanita muda itu membangun dirinya menjadi sosok yang kuat, cantik, dan penuh percaya diri. Namun luka masa lalu tetap membara. Hingga takdir mempertemukannya dengan pria yang hampir saja menjadi bagian dari keluarga tirinya.

Sebuah permainan cinta dan dendam pun dimulai.
Bukan sekadar balas dendam biasa—ini adalah perjuangan mengembalikan harga diri yang direbut sejak lama.

Karena jika ibunya memilih orang lain sebagai anaknya…
…maka dia pun berhak merebut seseorang yang paling berharga bagi mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Almaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perjodohan

Semua menahan napas geram mendengar perkataan Hana. Malika berdiri sambil meremas gelas di tangannya, Sri memeluk pundaknya, menenangkannya.

Sementara Rosma, memicingkan mata tajam melihat musuh barunya, yang dengan jelas memperoloknya.

Hana tak gentar, tetap berdiri kokoh dengan tenang, entah asal kekuatannya dari mana, gadis yang katanya tak tahu diri itu tak sedikitpun menunjukkan rasa takut.

“Katakan! Apa maksud tujuanmu sebenarnya datang ke rumah kami? Sudah cukup kamu mempermainkan kami, kalau masalah uang, berapa uang yang kamu dan nenekmu inginkan?” tanya Burhan dengan raut wajah kelam.

Hana menyeringai ringan.

“Selain uang, aku juga meminta keadilan.”

“Hana apa maksudmu? Jangan bicara kesana kemari, cepat katakan saja berapa yang kau inginkan?” Kali ini Sri bersuara rupanya sudah tak tahan lagi akan kelakuan sang putri.

Hana menatap Rosma, Sri, dan Burhan dengan tenang.

“Baiklah kalau begitu. Sesuai perjanjian. Beri saya satu miliar, maka saya akan pergi dari rumah ini selamanya.”

Sri terlihat terguncang, Burhan memalingkan wajah, Malika mendelik kesal.

Tapi Rosma, termenung namun tiba-tiba tersenyum.

“Kalau begitu,” katanya manis tapi palsu.

“Kamu tinggal saja di sini, Nak. Rumah ini besar, dan kita keluarga.” Suara Rosma melunak.

Hana menyipitkan mata.

Dia tahu betul senyum manis dari musuh lebih berbahaya daripada pisau.

Beberapa jam setelah itu, suasana rumah tampak kembali tenang.

Namun di kamar tidur utama Rosma duduk melingkar dengan Burhan, Sri, dan Malika.

Wajah mereka serius, seolah sedang membicarakan rencana kudeta sebuah negara.

“Dengarkan aku baik-baik,” ucap Rosma pelan namun dingin.

“Aku tak sudi, anak itu dan neneknya mendapatkan uang sepeserpun dari anakku. Selama ini anakku yang bekerja keras, kenapa dengan seenaknya mereka yang mau menikmati hasilnya?”

“Perihal tanah warisan yang dijual olehmu. Kenapa itu harus jadi hutang. Jangan bodoh kamu Sri! Kamu itu anak Ningsih satu-satunya. Berarti tanah warisan itu memang adalah hakmu!” Rosma menunjuk-nunjuk wajah menantunya.

Burhan seperti mendapatkan angin segar, perkataan sang ibu kenapa tak pernah terpikirkan.

“Salahnya kalian kenapa dulu mau tanda tangan di atas materai. Kebodohan kalian itu yang kini dimanfaatkan oleh gadis licik itu dan neneknya.”

Burhan terdiam mengakui kekeliruannya.

“Gadis itu memang licik. Tapi dia masih anak-anak. Pasti ada celah,” Rosma menjentikkan jarinya.

“Nek, kita jebak saja! Tuduh dia nyolong, atau rusak barang! Biar kita punya alasan usir dia,” seru Malika tiba-tiba.

“Atau kita buat dia merasa tak tahan tinggal di sini, terus pulang sendiri.” Timpal Malika lagi.

Rosma mengangkat tangan.

“Ingat kita lakukan semua itu perlahan. Kita beri dia rasa nyaman, lalu hancurkan kemudian.”

Sementara itu di kamar belakang…

Hana duduk di ranjang, menatap langit-langit sambil tersenyum tipis.

Ia tahu kata-katanya tadi akan memicu reaksi.

Dan ia tahu, Rosma tidak akan membayar. Jangankan uang satu milyar, sepersen pun wanita renta serakah itu pasti tak rela termakan olehnya.

“Permainan baru saja dimulai,” gumamnya pelan.

“Kita lihat siapa yang akan bertahan sampai akhir.”

***

Pagi itu di ruang makan, suasana tetap hening seperti biasanya.

Malika menyuap serealnya dengan ekspresi masam, matanya melirik tajam ke arah Hana yang duduk anggun dengan secangkir teh di tangannya.

Sementara itu, Sri menyajikan kue untuk Rosma dan Burhan.

Setelah beberapa hari rumah terasa tenang, walaupun bendera perang masih berkibar karena rupanya masing-masing kubu sedang mengatur strategi.

“Hana. Usiamu sama dengan Malika kan?21 tahun?” Rosma terdengar berbasa-basi.

Hana mengangguk kecil.

“Apa kamu sudah punya pacar?”

Hana menggelengkan kepalanya.

“Tidak mungkin gadis secantik kamu tidak punya pacar.” Rosma terkekeh.

Hanya kembali menggeleng, enggan menimpali.

“Kalau begitu. Nenek punya kenalan, dia sedang mencari jodoh untuk anaknya. Kalau kamu mau, nenek ingin mengenalkanmu dengan mereka, siapa tahu kalian cocok.” Rosma tampak bersemangat.

Hana tak merespon. Sama sekali tak tertarik.

“Mereka keluarga kaya raya. Keluarga terpandang. Jangan sia-siakan kesempatan ini, ini saatnya kamu bisa merubah nasibmu dan nenekmu karena Nenek yakin mereka akan suka sama kamu.”

“Kenapa tidak Malika saja?” tanya Hana datar.

Burhan dan Rosma saling berpandangan.

“Malika masih kuliah, kami belum terpikirkan untuk menikahkannya sekarang. Tunggu dia selesai menyelesaikan kuliahnya dulu,” jawab Rosma gusar.

Hana tersenyum santai.

“Baru kemarin saya jadi pembantu di rumah ini, sekarang sudah jadi calon pengantin?”

Semua orang tertawa canggung.

“Begitulah hidup Nak. Banyak kejutan.”

“Memang. Tapi saya juga suka kasih kejutan.”

**

“Aku punya beberapa kandidat untuk di jodohkan dengan dengan Hana, setelah aku seleksi, mencari yang terburuk diantara yang buruk, aku akhirnya menemukan sosok pemuda yang tepat namanya Rendy.”

“Dia anak salah satu teman baikku. Kebetulan orang tuanya sudah kewalahan menghadapi sikapnya, tidak mau bekerja, tipu sana sini, mabuk-mabukan, karena itu mereka berniat ingin segera menikahkannya, berharap sikapnya bisa berubah.”

“Awalnya temenku ini keluarga berada, namun di Rendy ini sudah membuat banyak ulah, membuat keluarga mereka bangkrut dan akhirnya mereka kini hidup seadanya, membuka toko sembako kecil di dalam gang dan sering berhutang ke toko kita,” lanjut Burhan lagi.

“Wah ini cocok untuk kita jodohkan dengan Hana.” Malika tampak bersemangat. Membayangkan hidup Hana yang akan hancur tak karuan jika bersuamikan Rendi yang hidupnya berantakan.

“Kita atur pertemuan. Kalau cocok, langsung lamaran. Begitu dia menikah, dia pasti ikut suami. Kita lepas tanggung jawab, dan rumah ini aman kembali,” ujar Rosma senang.

Malika tertawa puas

“Biar saja dia menikah dengan orang yang tidak dicintai. Pasti dia akan tersiksa.”

Tak ingin menyia-nyiakan waktu, Burhan bersama ibu dan istrinya segera menyambangi rumah orang tua Rendy, bermaksud untuk mengutarakan keinginan mereka yang ingin menjodohkan Hana dengan putra mereka.

“Mimpi apa aku semalam Pak? Kenapa keluarga Bos Burhan datang ke gubuk kita dan melamar putra kita.” Ibunya Rendy senang tak kepalang.

“Jika perjodohan ini jadi, maka saya akan menghapuskan seluruh hutang kalian di toko saya.”

Alangkah girangnya sepasang suami istri itu, seperti mendapatkan durian runtuh berkali-kali sang putra yang bagi mereka selama ini adalah beban dan masalah, di lamar oleh orang terpandang dan kaya.

“Baiklah. Setelah ini mari kita segera atur pertemuan putra dan putri kita.”

Sementara di rumah, ketika semua orang pergi, Hana berjalan mondar-mandir di dalam kamar Malika, mengamati semua hal dengan cermat hingga kemudian dia menemukan sesuatu yang berguna.

Senyumnya merekah, mengamati selembar foto di tangannya.

Hari berganti. Waktu pertemuan itu akhirnya tiba.

Sri meminta Hana untuk mengenakan baju yang sengaja dibelinya, dres cantik berwarna pink yang sangat cocok dikenakan oleh Hana yang kulitnya putih bercahaya.

Sri juga membantu putrinya itu untuk berdandan. Hana hanya manut saja dan tak banyak tanya.

“Sudah. Cantik sekali.” Mata Sri berbinar melihat Hana yang tampil mempesona.

“Oh ya? Cantik siapa dengan Malika?” tanya Hana santai.

Sri langsung gelagapan.

“Tentu saja lebih cantik Malika kan? Jawab saja begitu, Bu. Jangan ragu. Aku hanya lahir dari rahimmu saja tak seperti Malika yang lahir dari hatimu.”

“Aku hanya aib bagimu. Anak yang lahir bukan karena cinta, tapi paksaan orang tua. Ayahku dan aku adalah penderitaanmu, karena kami alasan cintamu dan ayahnya Malika tak bisa bersatu.”

“Ambisimu adalah melihatku menderita. Ibu pikir aku layak mendapatkannya untuk membayar semua ketidakbahagiaan yang telah ibu terima selama hidup bersama ayahku. Bukan begitu kan, Bu?”

Sejenak Sri terpaku mendengarkan perkataan Hana, namun sesaat kemudian dia melengos pergi tanpa mengucapkan sepatah kata.

1
Shee
burhan bari sadar sri itu dah buta sama dia malah di sia sia in nah sekarang punya istri muda malah dia di rendahin. karma di bayar kontan burhan
Shee
nah emang enak
Shee
cinta boleh, buta jangan sri.
lo di perbudak tapi g sadar sadar hadeh, kalau lagi beneran sayang sama lo kalau duwit banyak buat apa masih nyuruh bininya ngebersihin rumah sendiri.
Shee
wow sri lo denger kamu punya madu😏
laki laki yang kamu bela dan pertahankan, dan kamu rela meninggalkan anak dan ibu buat laki laki tak layak untuk di perjuangkan. sementara kamu minta duwit aja harus berbohong pada hal laki lo sukses juga berkat minjem dari emak lo.

rasakan lah
Shee
wow hana diem diem kaya ya hana🤣🤣🤣
baguslah biar si burhan sadar diri harya g seberapa tapi sombongnya dah kaya paling kaya aja
Tuti Tyastuti
jelasin ajj sri bu ningsih ceritain semua sm hendra
Shee
sri bisa mikir itu cucu dia, tapi g bisa mikir kalau hana anak kandung dia.
ibu kandung ngeliat anaknya sengsara malah diem aja. pengin q getok aja rasanya tu sri
Shee
emang ya bener, mereka yang tau kalau rendy orang g punya.
masa ya dengen sekejap mata dia bisa kaya mendadak. kalau rendy kaya juga ogah nikah sama kecap😪
Shee
wow hana memang luar biasa, tak perlu berteriak untuk membuktikan dia yang terbaik. tapi cukup dengan senyum, dan sikap elegantnya dia bisa merubah segalanya
😍😍😍😍
Shee
keluarga penuh kebohongan, semoga aja Pradita g marah kalau dia di manfaatkan untuk bales dendam
Shee
sandiwara yang sempurna, gimana nanti kalau ke tahun itu kW apa g jantungan tu. orang² serakah emang pantas di gituin
😖😖😏😏
Shee
🤣🤣🤣🤣
di pikir bisa menindas kali, coba kalau tau harta yang di miliki semua punya hana jantungan g tuh so nenek😁😁

lagi sri mau mau nya aja jadiin istri sebagai topeng memperbudak. pada hal mereka bis seperti itu juga duwit dari keluarga sri
Shee
harusnya si kecap sadar diri ibunya hana dah sayang sama dia sementara hana di buang, harusnya dia yang jadi anak ngingetin kalau org tuanya salah. lah si kecap sama bae
emang c ya pribahasa selalu bilang buah jatohnya g jauh dari pohon.
Shee
mempertahankan yang tak layak di pertahankan, bodohnya Bu sri.
punya laki n anak yang hanya memanfaatkan dia dan jadi babu😤😤😤
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ ☘𝓡𝓳
Dengerin tuh anakmu 😮‍💨
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ ☘𝓡𝓳
bersabarlah Pradipta 🥺
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ ☘𝓡𝓳
menatap balik
Fittar
jelasin aja bu Sri sama pak Hendra bagaimana penderita Hana karna hasutan Burhan biar di amuk tuh si Burhan. gak ada kapoknya. tuh anak istri dan ibumu aja mulai sadar kamu gak sadar sadar burhan.
Sugiharti Rusli
apalagi dia juga seorang calon ibu yang pasti tidak menginginkan mereka semakin terpuruk nanti bila tidak menghentikan dendam sang ayah yang tidak berkesudahan yah,,,
Sugiharti Rusli
ternyata yang pada akhirnya sadar akan kesalahan" mereka selama ini malah si Malika yah, dia menyadari kalo Sri sejatinya ibu yang sangat baik dalam merawatnya dulu sih,,,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!