NovelToon NovelToon
Beginning And End Season 3

Beginning And End Season 3

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Dark Romance / Time Travel / Balas Dendam / Sci-Fi / Cintapertama
Popularitas:140
Nilai: 5
Nama Author: raffa zahran dio

Lanjutan Beginning And End Season 2.

Setelah mengalahkan Tenka Mutan, Catalina Rombert berdiri sendirian di reruntuhan Tokyo—saksi terakhir dunia yang hancur, penuh kesedihan dan kelelahan. Saat dia terbenam dalam keputusasaan, bayangan anak kecil yang mirip dirinya muncul dan memberinya kesempatan: kembali ke masa lalu.

Tanpa sadar, Catalina terlempar ke masa dia berusia lima tahun—semua memori masa depan hilang, tapi dia tahu dia ada untuk menyelamatkan keluarga dan umat manusia. Setiap malam, mimpi membawakan potongan-potongan memori dan petunjuk misinya. Tanpa gambaran penuh, dia harus menyusun potongan-potongan itu untuk mencegah tragedi dan membangun dunia yang diimpikan.

Apakah potongan-potongan memori dari mimpi cukup untuk membuat Catalina mengubah takdir yang sudah ditentukan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon raffa zahran dio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24 : Masa Depan Yang Sedikit Berubah Tapi Tetap Sama.

“SWOOOOOSH!!” Suara angin yang membuang mereka keluar dari portal, dan seketika itu juga, hujan deras menyambar wajah mereka—“tic… tac… tic… tac…!” tetesan hujan sebesar kelereng memantul di jaket bulu mereka, membuat tubuh langsung kedinginan. Kurumi melompat mundur, mata nya membesar sampai terasa mau lepas, mulutnya terbuka lebar tapi tidak keluar suara apapun. Dia ternganga, mata kiri diamond hijau dan kanan hijau muda terbelalak melihat pemandangan yang mengerikan di depan mata.

Tokyo hancur total.

Bangunan-bangunan tinggi yang dulu megah sekarang hanya reruntuhan batu bata dan besi yang membengkak—“krek… krek…!” suara puing-puing yang bergeser ketika hujan menimpanya. Jalan raya yang dulu sibuk kini dipenuhi puing dan genangan air yang keruh, cahaya dari petir yang jarang-jarang menyambar—“KRAAAAAK!!”—membuat pemandangan lebih jelas sebentar: bangunan yang runtuh, pohon yang patah, dan kegelapan yang meliputi segala sesuatu. Udara terasa kental dengan bau batu bara dan sesuatu yang hancur, dan angin bertiup kencang—“huuuu… huuuu…!”—membawa bunyi angin yang seolah menangis.

Kurumi tubuhnya menggigil hebat, bukan karena dingin, tapi karena ketakutan yang menyelubungi. Dia menggenggam tangan Catalina dengan erat, jari-jarinya memerah. “Se… semuanya hancur…” Bisiknya dengan suara yang gemetar, air mata mulai bercampur dengan tetesan hujan di wajahnya. “Mama… papa… di mana mereka, Catalina…?” Tanyanya dengan nada yang putus asa, kepalanya menunduk, tapi mata nya masih tidak bisa bergerak dari pemandangan kiamat itu.

Catalina berdiri tegak, meskipun tubuhnya juga sedikit menggigil. Dia melihat sekeliling dengan mata yang penuh kesedihan, tapi juga tekad. Rambut putih gradasi pinknya basah oleh hujan, melayang di wajahnya. “Kurumi… semuanya telah tiada…” Suaranya pelan tapi jelas, menyilang bunyi hujan. Dia menoleh ke arah Kurumi, ekspresi wajahnya berubah menjadi lebih serius, bahkan sedikit sedih. “Bahkan sebenarnya… kamu itu udah mati di umur lima tahun karena Tenka memasukkan paksa kutukan di acara ulang tahun Yoru dan Matsu…”

Kurumi tubuhnya bersentak. Dia mengangkat kepala, mata nya membesar lebih jauh, air mata mengalir deras. “Aku… mati jika kamu ga menyelamatkan ku waktu itu?” Tanyanya dengan suara yang terkejut, tidak mau percaya. Dia menyentuh pipinya sendiri, seolah memastikan dia benar-benar hidup.

Catalina mengangguk perlahan, air mata juga mulai muncul di sudut matanya. “Maaf, Kurumi… jawaban nya iya…” Katanya pelan, menyentuh pipi Kurumi dengan jari-jari yang lembut, menelan ludah. “Tapi syukur lah… aku berhasil menyelamatkan mu… misi pertama ku di masa lalu telah selesai, dan kamu tetap hidup…”

Kurumi terduduk di atas genangan air yang keruh—“plak…!”—suara badannya menyentuh air. Dia melihat ke sekeliling yang hancur, tubuhnya menggigil lebih hebat. “Tapi… di mana kamu? Di masa depan ini… kamu ada di mana?” Tanyanya dengan suara yang putus asa, mencari tanda-tanda Catalina di antara reruntuhan.

Catalina menghela nafas dalam-dalam, mengarahkan pandangan ke balik dinding gedung yang masih berdiri setengah. “Aku… di situ…” Bisiknya, menunjuk ke arah itu.

Kurumi mengangkat kepala, mata nya mengikuti arah jari Catalina. Sebentar kemudian, petir menyambar lagi—“KRAAAAAK!!”—dan dia melihatnya: seorang wanita dewasa berdiri condong di balik dinding, tubuhnya membeku. Rambutnya putih gradasi pink yang panjang, sama seperti Catalina, tapi kering dan kusut. Dia masih memegang scythe berwarna biru kebiruan yang besar—seolah es yang membeku—dengan ukiran bunga yang mirip scythe Catalina, tapi lebih tua dan aus. Di depan kaki wanita itu, ada kepala yang besar dengan rambut hitam kehitaman dan mata merah yang mati—kepala Tenka.

“Kamu… juga mati di masa depan…?” Kurumi bisiknya dengan suara yang hampir tidak terdengar, air mata mengalir seperti sungai. Dia tidak bisa membayangkan Catalina yang kuat dan tangguh itu berakhir seperti itu.

Catalina mengangguk, langkahnya lambat menuju mayat dirinya sendiri. “Iya, Kurumi… karena seluruh misi ku di masa lalu belum terselesaikan sepenuhnya…” Katanya berhenti di depan mayat, menyentuh gagang scythe es itu dengan jari-jari yang lembut. “Tapi… aku bersama pilar Moskow lama yang tersisa mati-matian mengalahkan Tenka… yang hanya tersisa hanya aku… bibi Sora yaitu seorang kunoichi kaca… dan sekarang… hanya kamu yang masih hidup di masa depan ini…”

Tiba-tiba, Kurumi melihat sesuatu di kejauhan. Seorang wanita lain berjalan perlahan melewati reruntuhan, tubuhnya membungkuk, tangan menyentuh wajahnya yang terlihat menyakitkan. Rambutnya abu-abu panjang yang kusut, dan ketika petir menyambar lagi—“KRAAAAAK!!”—Kurumi melihatnya dengan jelas: itu dia sendiri yang dewasa. Mata kanan nya masih hijau muda, tapi mata kiri nya kosong—hanya lubang yang menakutkan. Wanita itu menangis keras—“skkk… skkk… skkk…!”—suaranya menangis yang menyakitkan, bergabung dengan bunyi hujan.

“Ca… Catalina… itu aku…” Kurumi bisiknya dengan suara yang gemetar, tubuhnya bersentak lagi. Dia menyentuh mata kiri nya sendiri, seolah takut mata itu akan hilang. “Mata kiri ku… mata kutukan itu hilang…!”

Catalina mendekati Kurumi, menurunkan badan agar setinggi dia. “Kemungkinan… sebelum dia kehilangan mata Nul itu, dia memindahkan jiwa nya ke kloning nya…” Katanya pelan, menyemangati. “Jadi dia masih hidup, tapi harus kehilangan mata nya untuk itu…”

Kurumi menangis lebih keras, kepalanya menunduk sampai menyentuh dada. “Kenapa… di masa depan semuanya hancur seperti kiamat…?” Tanyanya dengan suara yang putus asa, tubuhnya berguncang karena tangisan. “Kenapa harus begitu, Catalina…?”

Catalina mengelus punggung Kurumi dengan lembut, menyemangati. “Ada satu orang yang menyebabkan ini… yaitu kemenangan Tenka atas rencana nya membunuh satu-satu orang tua kita… para pilar masa lalu…” Suaranya menjadi lebih tegas, mata nya menyala dengan tekad. Dia mengangkat kepala Kurumi, melihat langsung ke mata nya yang penuh air mata. “Kurumi… sebenarnya ini adalah tugas yang sangat berat untuk kamu bahkan aku… tapi… apakah kamu ingin menolong ku untuk mengubah masa depan ini… mengubah takdir kita semua?”

Kurumi melihat Catalina dengan mata yang penuh kesedihan, tapi juga sedikit keberanian. Dia mengangkat tangan, menyentuh pipi Catalina yang juga basah oleh hujan dan air mata. Dia menunduk sebentar, menelan ludah, lalu mengangkat kepala dengan tatapan yang semakin tegas. “Aku… akan menolong mu… skkk… skkk…!” Tangisannya masih tercium, tapi suaranya sudah lebih tegas. “Tidak akan ku biarkan takdir yang sama di masa kita… aku… tidak akan membiarkan mama dan papa mati… semuanya… aku… akan terus di sisi mu… Catalina…” Dia mengangguk perlahan, mata nya menyala dengan tekad yang sama seperti Catalina. “Mari kita selamatkan dunia… seperti yang di lakukan orang tua kita semua di masa lalu saat mengalahkan Khaou…!”

Catalina tersenyum lembut, air mata mengalir di wajahnya tapi dia tidak peduli. Dia mengusap kepala Kurumi dengan lembut, merangkulnya sebentar. “Kurumi… mari kita selesai semuanya… aku yakin… kita akan berhasil…”

Kurumi mengangguk, menahan tangisannya. Dia berdiri dengan perlahan, menggenggam tangan Catalina lagi. Kemudian, dia mengangkat pistol Nul yang secara otomatis muncul di tangan nya—“SWOOSH!!”—suara angin yang dipotong, aura kegelapan hijau kehitaman menyelimuti pistol itu. Dia mengarahkannya ke atas, matanya menyala dengan tekad. “Iya… Catalina… kita akan berhasil…!”

Sementara itu, Catalina berjalan ke arah mayat dirinya sendiri yang memegang scythe es. Dia membungkuk, menyentuh gagang scythe itu dengan erat. Scythe es itu terasa dingin sekali, bahkan lebih dingin dari hujan malam. “Aku membutuhkan kekuatan es ini… mami…” Bisiknya pelan, menyebut nama Andras. Dia merasakan energi es yang kuat mengalir dari scythe itu ke tubuhnya, menyatu dengan api pink iblish yang ada di dalamnya. Cahaya biru kebiruan dan pink muncul di sekitar tangannya—“flick… flick… flick…!”—suara cahaya yang menyala.

“XIEN!!”

Kurumi teriak dengan suara yang lantang, menarik pelatuk pistol Nul—“KLING!!”—sebutir peluru hijau ungu kehitaman terbang ke atas, membuka portal yang besar di langit. “Catalina!! Ayo kita pulang!!” Teriaknya, menarik tangan Catalina yang baru saja mengambil kekuatan scythe es.

Catalina mengangguk, menyentuh scythe es yang sekarang sudah menjadi bagian dari energinya. Dia mengikuti Kurumi ke dalam portal—“SWOOOOOSH!!”—suara angin yang membuang mereka keluar dari masa depan kiamat itu.

Dalam sekejap, mereka kembali ke kamar Kurumi yang tenang dan terang. Lampu tidur berbentuk kucing masih menyala—“flick… flick… flick…!”—cahaya kuning muda menyelimuti ruangan yang penuh warna. Kipas angin masih berputar—“krek… krek…!”—dan bau bunga mawar dari taman luar terasa segar dan menyenangkan.

Kurumi langsung melemparkan diri ke atas kasur, menangis keras—“skkk… skkk… skkk…!”—suaranya menangis yang menyakitkan, memeluk boneka kucing putih yang tergeletak di sana. Catalina mendekati, membungkuk, dan memeluk Kurumi dengan erat. Dia memeluknya erat, menyemangati, sambil air mata juga mengalir di wajahnya.

“Sudah… sudah… Kurumi… kita ada di sini… kita akan mengubah segalanya…” Bisiknya pelan di telinga Kurumi, mengelus punggungnya dengan lembut. “Kita tidak akan biarkan masa depan itu terjadi… aku janji…”

Kurumi memeluk Catalina lebih erat, tangisannya perlahan mereda, tapi dia masih menangis lembut. Dia melihat ke arah Catalina, mata nya penuh kepercayaan. “Iya… Catalina… aku percaya padamu…!”

 

Di sudut kamar, cahaya pink dan biru kebiruan menyala sebentar—“flick…!”—seperti tanda bahwa kekuatan baru Catalina sudah siap. Dan di luar jendela, bulan menyinari taman yang indah, seolah memberitahu mereka bahwa hari esok akan datang, dan mereka memiliki kesempatan untuk mengubah segalanya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!