Sebelum lanjut membaca, boleh mampir di season 1 nya "Membawa Lari Benih Sang Mafia"
***
Malika, gadis polos berusia 19 tahun, tidak pernah membayangkan hidupnya akan berubah hanya dalam satu malam. Dijual oleh pamannya demi sejumlah uang, ia terpaksa memasuki kamar hotel milik mafia paling menakutkan di kota itu.
“Temukan gadis gila yang sudah berani menendang asetku!” perintah Alexander pada tangan kanannya.
Sejak malam itu, Alexander yang sudah memiliki tunangan justru terobsesi. Ia bersumpah akan mendapatkan Malika, meski harus menentang keluarganya dan bahkan seluruh dunia.
Akankah Alexander berhasil menemukan gadis itu ataukah justru gadis itu adalah kelemahan yang akan menghancurkan dirinya sendiri?
Dan sanggupkah Malika bertahan ketika ia menjadi incaran pria paling berbahaya di Milan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 24
Mobil hitam Jimmy meluncur memasuki halaman mansion utama dengan sorot lampu yang memantul pada dinding putih bangunan itu.
Malam sudah larut, tetapi ketegangan baru saja dimulai. Belum sempat mesin benar-benar mati, seseorang di kursi depan sudah menoleh sambil menyodorkan sebuah map tebal.
“Bagaimana? Sudah menyelidiki soal Tuan Muda?” tanya Jimmy dengan nada kekhawatiran yang sejak kemarin ia sembunyikan.
“Sudah, Jim.” Anak buahnya menyerahkan map itu juga foto-foto dan satu flashdisk kecil. “Ini berkas penyelidikan soal asal usul gadis itu dan CCTV tangga menuju kamar tuan muda Alexander. Sore tadi, beliau meminta salah satu pelayan untuk memanggil gadis dari rumah belakang.”
Jimmy menyipitkan mata. “Memanggil seorang gadis? Apa jangan-jangan dia adalah gadis yang tadi kami temui sebelum ke kantor? Yang membuat kekacauan kecil di halaman rumah belakang karena seekor kucing?”
Pria itu mengangguk. “Benar. Namanya Malika, keponakan Albert. Atau lebih tepatnya, keponakan yang Albert ambil begitu saja dari halte. Dua hari lalu.”
“Dari halte? Apa Albert sudah gila? Berani sekali dia memungut gadis asing dan membawanya ke mandion ini?” Jimmy
mengerutkan dahi.
“Gadis itu pernah dijual oleh pamannya sendiri. Di klub malam. Klub milikmu Jim,” lanjut sang anak buah.
Hening. Jimmy pun menegang. Kejutan ini lebih buruk dari yang ia bayangkan.
“Pamannya seorang pemabuk yang sudah berulang kali keluar masuk sel. Kami juga menemukan bukti catatan transaksi ilegal itu. Kau bisa menilai sendiri. Apakah gadis itu gadis baik-baik, atau memang sengaja masuk ke mansion untuk merayu Tuan Muda.”
Jimmy mengangguk. Semuanya mulai masuk akal. Kekacauan di kantor tadi, mood Alex yang berubah aneh, dan laporan bahwa Tuan Muda tidak tidur semalaman.
Jelas ada sesuatu dengan gadis bernama Malika itu, dan ini berbau masalah.
“Terus selidiki,” titah Jimmy sambil keluar dari mobil. Jemarinya menggenggam kuat foto dan flashdisk itu. “Kalau perlu, cari tahu kenapa Tuan Muda tiba-tiba tertarik pada seorang gadis asing.”
Jimmy berjalan cepat menuju mansion sambil menggeram, “Ini tidak bisa dibiarkan.”
Jika bukan mandat dari Diego dan Elise untuk menjaga putra-putri mereka, Jimmy tak akan pernah mau berurusan dengan masalah pribadi Alexander yang serumit ini.
*
*
*
Jimmy membuka pintu kamar Alex dan langsung mendapati pria itu berdiri di balkon. Satu tangan dimasukkan ke saku, sedangkan matanya menatap lurus ke arah rumah pelayan di kejauhan.
Pemandangan yang membuat Jimmy mendidih.
“Mau sampai kapan kau memandangi rumah pelayan, Alex?!” serunya sembari melempar bukti-bukti ke atas meja.
Berkas, foto Malika dan flashdisk itu berhamburan.
“Kau lancang sekali, Paman,” ucap Alex tidak bergeming sedikit pun.
“Lancang?” Jimmy melangkah mendekat. “Aku sedang melindungimu! Dari gadis asing itu! Katakan, apa yang dia lakukan seharian di kamar ini?”
Alex menghela napas seolah bosan. “Kau ingin tahu?”
“Tentu saja!”
“Kami berciuman.” jawabnya enteng.
Jimmy membeku di tempat, napasnya tertahan di tenggorokan.
“What? Ciuman?! Apa kau sudah gila?! Kau yang anti wanita, bahkan tunanganmu sendiri tak pernah kau sentuh! Sekarang kau malah mencium gadis asing yang bahkan kau tak kenal?!”
Alex akhirnya menoleh dengan wajah datar seperti biasanya. Namun sorot matanya, ada sesuatu di sana. Kilatan kepuasan dan keengganan untuk dibantah.
“Ada yang salah dengan itu? Aku pria normal, Paman. Tidak seperti kau, yang sampai sekarang bahkan tidak tertarik pada wanita. Kadang aku ragu, kau ini—”
“Cukup Alex!” Jimmy hampir melempar vas ke arahnya. “Jangan mengalihkan pembicaraan! Ini serius! Yang kau lakukan pada gadis bernama Malika itu tidak benar! Itu sentuhan terlarang! Apa kau paham?!”
Alex mendengus pelan. “Paman, satu lagi kata ‘
terlarang keluar dari mulutmu, aku akan benar-benar mengusirmu dengan kasar dari kamar ini.”
Jimmy menatapnya tak percaya. “Kau berbahaya jika sudah begini. Apa gadis itu menghipnotismu?! Dia main guna-guna atau pelet?” tuduhnya tak beralasan. “Dia bukan gadis baik-baik, Alex! Dia pernah bekerja di klub malam!”
Alex tersenyum tipis, senyum yang membuat Jimmy ingin menamparnya.
“Dia bahkan tidak bisa melihatku tanpa gemetar. Gadis itu terlalu polos untuk merencanakan apa pun. Bagaimana bisa kau menuduhnya semena-mena begini?” sanggah Alex, entah mengapa terdengar sedang membela Malika.
Jimmy terdiam.
Ia tahu Alex sarkastik. Tapi yang satu ini lain. Jimmy harus mencegahnya.
“Alex, tolong mengerti. Aku menjaga seseorang. Kau tahu itu. Dan kalau berita soal ini sampai bocor—”
“Aku tidak peduli soal seseorang itu,” potong Alex kembali menghadap balkon. “Dan aku tidak peduli apa yang kau jaga. Aku akan melakukan apapun yang aku mau.”
Jimmy hampir tak bisa bernapas. “Alex, ini bukan kau!”
“Sudah selesai, Paman?” Alex menguap kecil seolah pembicaraan ini membosankan. “Kalau sudah, kau boleh keluar. Aku ingin tidur.”
“Kau benar-benar!” Jimmy sampai mundur selangkah saking shocknya dengan tanggapan Alex.
“Benar-benar apa? Hilang akal? Gila? Sinting? Terserah kau, Paman!”
Jimmy berusaha berkata sesuatu, namun mulutnya tidak mampu membentuk kalimat. Ia hanya bisa menggerutu, “Sial!”
“Paman, sebelum kau keluar, ambil sampah yang kau lempar di mejaku tadi,” ucap Alex dengan nada pedas.
Jimmy mencelos. “Itu bukan sampah!”
“Ambil!”
Diam-diam Jimmy mengambil foto serta flashdisk itu, pipinya memanas karena kesal. Ia membuka pintu kamar sambil menahan emosi, tetapi sebelum keluar, ia mendengar suara Alex lagi.
Begitu menusuk dan menyebalkan.
“Dan Paman, kalau kau ingin melindungiku, jangan pernah sentuh gadis itu. Karena kalau kau berani menyentuhnya, meski seujung kuku. Akulah yang akan membunuhmu dengan tanganku sendiri.” Alex duduk sembari menyeringai sinis.
malika dan Leon cm korban😄🤣