Gadis, sejak kecil hidup dalam bayang-bayang kesengsaraan di rumah keluarga angkatnya yang kaya. Dia dianggap sebagai anak pembawa sial dan diperlakukan tak lebih dari seorang pembantu. Puncaknya, ia dijebak dan difitnah atas pencurian uang yang tidak pernah ia lakukan oleh Elena dan ibu angkatnya, Nyonya Isabella. Gadis tak hanya kehilangan nama baiknya, tetapi juga dicampakkan ke penjara dalam keadaan hancur, menyaksikan masa depannya direnggut paksa.
Bertahun-tahun berlalu, Gadis menghilang dari Jakarta, ditempa oleh kerasnya kehidupan dan didukung oleh sosok misterius yang melihat potensi di dalam dirinya. Ia kembali dengan identitas baru—Alena.. Sosok yang pintar dan sukses.. Alena kembali untuk membalas perbuatan keluarga angkatnya yang pernah menyakitinya. Tapi siapa sangka misinya itu mulai goyah ketika seseorang yang mencintainya ternyata...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sagitarius-74, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KEBOHONGAN
Hampir setahun sudah Ferdo pergi ke luar negeri. Di kamar sempit dan gelap itu, Gadis menghabiskan hari-harinya dengan menangis dan merindukan Ferdo.
"Ferdo, aku kangen kamu. Aku menderita di sini." keluh Gadis. Air mata makin deras mengalir di pipinya.
Da tidak tahu apa yang terjadi pada kekasihnya, apakah Ferdo masih memikirkan dia, atau apakah dia sudah melupakan semua janji mereka?
"Apa kamu masih ingat aku?.. Atau sudah lupa aku?.." kata Gadis di sela-selai Isak tangisnya.
Setiap hari, dia berharap pintu kamar akan terbuka dan Ferdo akan muncul, memeluknya dan membawanya keluar dari kegelapan itu. .
Tapi harapan itu selalu hancur ketika yang muncul adalah Nyonya Isabella dengan wajah yang kejam, membawakan makanan yang minim dan menyindirnya dengan kata-kata yang menyakitkan.
" Haha.. Kasihan deh kamu! Merindukan sesuatu yang tak mungkin terjadi! Denger ya! Kamu makin jelek! kurus kaya nenek lampir. Mana cocok bersanding dengan anakku yang ganteng dan sarjana jebolan luar negri? Ngaca!!" Ejek Nyonya Isabella, mencibir.
Gadis yang duduk diatas lantai pojok ruangan kamar, hanya tertunduk dengan kedua tangannya memeluk lutut.
Tiap hari makanan diantar Nyonya Isabella atau Renata, kadang Rafael. Yang pastinya Makanannya bagai makanan untuk binatang peliharaan, Sisa-sisa makan keluarga Antonio.
Sementara itu, di Amerika, Ferdo semakin kesepian. Dia telah mencoba menghubungi Gadis berkali-kali, tapi ponselnya selalu tidak terhubung.
"Gadis.. Kamu kenapa?.. Apa yang terjadi denganmu?"
Ferdo mulai merasa cemas, tapi dia masih percaya pada janji Gadis yang akan menunggunya.
Hingga satu hari, sebuah pesan masuk ke ponselnya dari nomor yang tidak dikenal.
Di dalamnya ada sebuah foto: Gadis sedang menggendong bayi baru lahir dengan wajah yang penuh kasih, dan di belakangnya berdiri seorang pria muda yang tersenyum memandangnya dengan tatapan mesra.
Di samping foto itu, ada pesan tulisan:
“Ferdo, ini Gadis sekarang. Dia hamil anak teman sekelasnya dan sudah hidup bersama. Dia telah melupakanmu sepenuhnya.”
Mata Ferdo membesar, jantungnya berdebar kencang. Dia menatap foto itu berulang-ulang, tidak mau percaya apa yang dilihatnya.
Jelas hati Ferdo terbakar api cemburu,
"Gadis.. aku benar-benar tak menyangka, kamu tega menyakiti pertunangan kita," pikir Ferdo dengan dada yang terasa sesak.
"Pantas saja selama hampir setahun ponsel Gadis tak aktif, ternyata Gadis sudah berselingkuh hingga punya anak. Dasar!" Ferdo melempar semua buku-buku kuliahnya keatas lantai kamar hingga kamar jadi berantakan.
Dia menjatuhkan ponselnya ke meja, tubuhnya terasa lemah dan tanpa kekuatan. Semua harapan yang dia miliki hancur lenyap dalam sekejap.
Ferdo merasa ditipu, disakiti, dan sangat kesepian. Sejak itu, Ferdo menjadi orang yang berbeda.
Dia depresi, sakit hati, dan tak mau menyelesaikan kuliahnya. Dia jadi pendiam, tak mau bergaul dan hanya mengurung diri di kamar dan menghabiskan hari-harinya tidur atau menatap dinding kosong, memikirkan Gadis dan kebencian yang tumbuh di hatinya.
Hal itu segera disampaikan ke Tuan dan Nyonya Isabella oleh teman sekelas Ferdo yang khawatir.
“Pak Antonio, Bu Isabella, Ferdo sudah tidak seperti dulu. Dia tidak mau kuliah, tidak mau berbicara dengan siapa pun. Dia hanya mengurung diri di kamar,” ujar teman itu melalui panggilan telepon.
Tuan Antonio tersenyum, “Terima kasih telah memberitahu kami. Kami akan berbicara dengan dia segera,” katanya, lalu mematikan telepon.
Tuan Antonio memandang Nyonya Isabella dengan tatapan yang puas. “Rencana kita berhasil. Ferdo sudah benci Gadis, dan mereka pasti akan putus,” ujarnya.
Tapi Nyonya Isabella tak bisa bersenang-senang. Dia melihat foto yang dia kirimkan ke Ferdo, dan tiba-tiba rasa bersalah muncul di hatinya.
“Pah, aku… aku ragu,” ujar Nyonya Isabella dengan suara ku takut Ferdo akan terlalu sakit hati. Atau gimana kalau dia tahu kebenarannya nanti? Dia pasti akan benci kita. Dia sangat mencintai Gadis."
Tuan Antonio mendekatinya, “Jangan bodoh, Mah.. Ini adalah satu-satunya cara agar Ferdo bisa melupakan Gadis dan kembali ke jalan yang benar. Kita tidak bisa biarkan dia menikahi anak angkat yang hina itu,” katanya dengan nada mengejek.
Nyonya Isabella mengangguk, tapi hatinya masih penuh rasa bersalah. Dia tahu kenyataan yang sebenarnya, sesuatu yang tidak diketahui oleh Tuan Antonio, Renata, dan Rafael.
Kenyataan foto yang sebenarnya adalah,,
Saat itu Gadis mengunjungi Siti, temannya yang baru melahirkan di bidan. Berhubung Siti masih lemah, ia meminta Gadis untuk menggendong anaknya, dan ketika itu ayah dari bayi tersebut berjalan di belakang Gadis.
Kejadian itu langsung di ambil poto saat itu juga oleh Siti.. Dengan dalih sebagai kenang-kenangan.
Kilas balik..
Beberapa bulan sebelumnya, ketika Nyonya Isabella masih membiarkan Gadis keluar kamar sesekali untuk membeli barang ke pasar, Gadis sempat bertemu Siti yang sedang hamil.
Siti mengajaknya mengunjungi dirinya setelah melahirkan, dan Gadis yang senang punya teman yang cocok dengannya.
Pada hari itu, Gadis pergi ke tempat bidan di pinggiran kota, membawa beberapa makanan yang dia curi dari dapur rumah. Dia melihat Siti yang lemah di tempat tidur, dengan bayi yang imut di sampingnya.
“Gadis, tolong dong, bantu gendong anakku. Aku masih lemah tidak bisa berdiri lama,” pinta Siti dengan suara lembut.
Gadis senang membantu. Dia mengambil bayi itu dengan hati-hati, merasakan kehangatan tubuh kecil itu di pelukannya. “Anakmu sangat cantik, Siti,” kata dia dengan senyum..
“Makasi ya, Gadis. Eh, Gadis, entar kalau pulang, aku potoin kamu ya? Kamu harus mau pokoknya! untuk kenang-kenangan.
Foto tersebut Nyonya Isabella unduh dari ponsel Renata. Renata merupakan sahabat dari Gadis.
Nyonya Isabella mengunduh foto tersebut sebagai alat agar Ferdo benci Gadis, hingga perpisahan yang diharapkan Tuan Antonio dan Nyonya Isabella akan segera terwujud.
Nyonya Isabella duduk di ruang tamu, memandang foto itu yang masih ada di ponselnya. Dia merasa semakin bersalah..
Yang membuat rasa bersalah Nyonya Isabella bukan sama Gadis, tapi sama Ferdo.
"Maafkan mama, Ferdo.. mama tak mau lihat kamu depresi! Kamu mengurung diri terus di kamar... Kamu gak mau kuliah. Itu semua salahku! Aku harus pergi ke luar negeri melihat keadaanmu, tanpa sepengatahuan suamiku," tekad Nyonya Isabella.
"Gadis! Aku ingin membuatmu makin menderita. Semua ini gara-gara kamu, Gadis! Kamu sudah bersalah dengan mencintai anakku, Ferdo!" Nyonya Isabella memukuli meja dengan keras. Membuat Mang Diman yang sedang berjalan mencuci mobil di depan ruang itu tersentak kaget.
"Astaghfirullah.. Suara apa itu?.. Kayak ada bom di ruangan ini." Mang Diman mengintip ke dalam ruang paviliun dimana Nyonya Isabella sedang menahan amarahnya..