Ini cerita sederhana seorang pemuda di pedesaan. Tentang masalah pertumbuhan dan ketertarikan terlarang. Punya kakak ipar yang cantik dan seksi, itulah yang di alami Rangga. Cowok berusia 17 tahun itu sedang berada di masa puber dan tak bisa menahan diri untuk tak jatuh cinta pada sang kakak ipar. Terlebih mereka tinggal serumah.
Semuanya kacau saat ibunya Rangga meninggal. Karena semenjak itu, dia semakin sering berduaan di rumah dengan Dita. Tak jarang Rangga menyaksikan Dita berpakaian minim dan membuat jiwa kejantanannya goyah. Rangga berusaha menahan diri, sampai suatu hari Dita menghampirinya.
"Aku tahu kau tertarik padaku, Dek. Aku bisa melihatnya dari tatapanmu?" ucapnya sembari tersenyum manis. Membuat jantung Rangga berdentum keras.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 4 - Perasaan Aneh
Rangga baru selesai mandi. Dia merasa lebih hangat dibanding sebelumnya. Namun saat keluar kamar mandi, Dita sudah menyambutnya. Perempuan itu berdiri di depan kompor sambil menggoreng pisang goreng.
"Minum dulu tehnya, Dek. Biar hangat. Ini aku juga gorengkan pisang buatmu," kata Dita.
"I-iya, Kak. Aku ke kamar dulu pakai baju," sahut Rangga. Dia merasa malu karena Dita melihatnya bertelanjang dada. Kebetulan pas mandi tadi Rangga lupa bawa baju ganti.
"Ya sudah," ujar Dita. Membiarkan Rangga beranjak masuk ke kamar.
Di kamar Rangga merasa ragu untuk ke dapur. Dia merasa tidak nyaman saat hanya berduaan dengan Dita. Sebagai lelaki, dirinya merasakan itu adalah hal aneh, hal yang harusnya tidak dibiarkan terjadi. Namun di sisi lain Rangga tak mau menyakiti hati Dita. Kakak iparnya itu bahkan juga sudah menggoreng pisang untuknya.
Rangga lantas ke dapur dan duduk di meja makan. Ia duduk di dekat jendela. Di luar hujan masih turun dengan deras. Rangga kemudian menyesap teh hangatnya.
"Hujan-hujan begini memang enak minum teh sambil makan pisang goreng. Iya kan?" imbuh Dita sembari memberikan sepiring pisang goreng yang sudah masak.
"Makasih, Kak. Jadi nggak enak aku." Rangga menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Nggak enak apaan. Kita ini kan udah jadi keluarga. Aku udah menganggapmu seperti adikku sendiri," ungkap Dita.
Rangga hanya tersenyum. Entah kenapa dia merasa kecewa dengan pernyataan Dita barusan.
"Aku pulang..."
Tiba-tiba terdengar suara Firza dari depan. Lelaki itu baru saja pulang. Dita yang hampir duduk, bergegas menyambut suaminya ke depan dan meninggalkan Rangga.
"Mas, tumben pulangnya cepat," sambut Dita. "Lagian ini hujan deras loh. Kamu basah kuyup tuh! Kakak sama adiknya sama aja," tambahnya.
"Aku pulang cepat karena kangen banget sama biniku," balas Firza. Dia menarik Dita mendekat karena hendak mencium sang istri.
"Jangan, Mas! Ada ade--" Namun ucapan Dita terhenti karena Firza terlanjur menciumnya.
Dari dapur, Rangga bisa mendengar pembicaraan pengantin baru itu. Ia meringis jijik saat mendengarnya. Meskipun begitu, dia tak tahu kalau Firza dan Dita sekarang sedang bermesraan.
Rangga mengambil gelas berisi teh dan satu pisang goreng. Dia berniat ingin menikmatinya di kamar saja. Kehadiran kakak dan kakak iparnya cukup mengganggu. Akan tetapi Rangga membulatkan mata dan langsung kaget saat melihat Firza dan Dita bermesraan di ruang tamu. Rangga spontan ingin kembali ke dapur.
Prang!
Sayangnya Rangga ceroboh dan tak sengaja menjatuhkan gelas. Akibat itu, Dita dan Firza berhenti bermesraan.
"Rangga!" seru Dita.
"Dia udah pulang?" tanya Firza yang heran saat melihat kehadiran Rangga.
"Dari tadi aku sudah berusaha memberitahumu. Tapi kamu langsung nerkam kayak singa kelaparan. Cepat mandi sana gih!" sahut Dita yang merasa malu. Dia segera membantu Rangga membersihkan gelas kaca yang pecah.
Kala itu Rangga juga merasa malu sekali. Dia jadi merasa tambah canggung dengan Dita. Apalagi Rangga juga tidak begitu dekat dengan Firza. Mereka lebih sering bertengkar dibanding akur.
Firza tampak masuk ke kamar dan tak kunjung keluar. Padahal istrinya tadi menyarankannya untuk mandi.
"Maaf, Kak..." ucap Rangga.
"Loh kok minta maaf. Kamu nggak salah kok," tanggap Dita.
"Aw..." Rangga menjerit saat beling yang di ambilnya melukai tangan. Jari telunjuknya jadi berdarah.
Tanpa berkata apapun, Dita meraih tangan Rangga dan memasukkan jari telunjuknya ke mulut.
Rangga lebih mengerti dita sebaliknya juga begitu rasanya mereka cocok
mangats thor sllu ditunggu up nya setiap hari