NovelToon NovelToon
Kutukan Cinta Terlarang

Kutukan Cinta Terlarang

Status: sedang berlangsung
Genre:Kutukan / Duniahiburan / Cinta Terlarang / Office Romance / Romansa / Fantasi Wanita
Popularitas:934
Nilai: 5
Nama Author: Cerita Tina

Luna tak pernah bermimpi bekerja di dunia hiburan, ia dipaksa pamannya menjadi manajer di perusahaan entertainment ternama.

Ia berusaha menjalani hidup dengan hati-hati, menaati aturan terpenting dalam kontraknya. Larangan menjalin hubungan dengan artis.

Namun segalanya berubah saat ia bertemu Elio, sang visual boy group yang memesona tapi kesepian.

Perlahan, Luna terjebak dalam perasaan yang justru menghidupkan kembali kutukan keluarganya. Kejadian aneh mulai menimpa Elio, seolah cinta mereka memanggil nasib buruk.

Di saat yang sama, Rey teman grup Elio juga diam-diam mencintai Luna. Ia justru membawa keberuntungan bagi gadis itu.

Antara cinta yang terlarang dan takdir yang mengutuknya, Luna harus memilih melawan kutukan atau
menyelamatkan orang yang ia cintai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cerita Tina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pertunjukan Perdana

Keesokan harinya, mereka semua bangun lebih awal dari biasanya. Wajah para anggota Neonix tampak segar dan bersemangat, kecuali Elio.

Ia duduk diam di meja makan, menatap sarapannya tanpa banyak gerak. Luna memperhatikannya sejenak, lalu menyenggol pelan tangannya.

Tanpa berkata apa-apa, ia menekuk jarinya dan menarik ujung bibirnya sendiri membentuk lengkungan senyum gerakan kecil yang seolah berkata “ayo, tersenyumlah.”

Elio menatapnya, lalu akhirnya bibirnya ikut melengkung juga, tipis dan malu-malu.

“Baik, ini vitamin kalian,” ujar Luna sambil meletakkan beberapa kapsul kecil di meja.

“Tolong diminum. Jangan sampai aku tahu ada yang membuangnya, mengerti?”

Nada suaranya setengah bercanda, tapi tatapan matanya tajam seperti guru yang tak mau dibantah.

Rey terkekeh, “Dia benar-benar mirip penyihir.”

bisiknya. Shine yang duduk di sebelahnya ikut menahan tawa.

Luna hanya memutar mata, pura-pura kesal. “Cepat habiskan sarapan kalian. Kita berangkat sepuluh menit lagi.”

***

Setelah itu mereka menuju kantor agensi lebih dulu untuk berganti kostum, setelan hitam keperakan dengan aksen futuristik. Setelah semua siap, mereka naik minibus menuju studio TV tempat acara Survival Stage akan digelar.

Begitu sampai di depan gedung, suara riuh para penggemar sudah terdengar dari kejauhan.

Poster dan spanduk bertuliskan nama mereka berkibar di udara. Namun belum ada seorang pun di luar sana yang tahu bahwa suara Elio sedang hilang.

Mereka memutuskan untuk mengumumkannya nanti, setelah penampilan usai. Bukan sebagai kelemahan, tapi sebagai kisah perjuangan.

Di ruang rias, para kru mulai sibuk dengan make up dan kostum akhir.

Elio duduk di pojok, menatap pedang yang akan digunakannya dalam koreografi panggung nanti. Tangannya menggenggam gagangnya dengan gugup.

Luna memeriksa bagian stage dan mengecek audio serta musik record yang dikirim terakhir kalinya yang akan di putar untuk pertunjukan Neonix nanti.

Setelah selesai, luna menghampiri Elio perlahan, lalu berbisik lembut di dekat telinganya.

“Aku tak sabar melihat pangeranku mengguncang stage hari ini.”

Elio sontak tersipu. Wajahnya memerah hingga ke telinga, tapi senyum kecil muncul tanpa bisa ia tahan.

Tiba-tiba Rey masuk ke ruangan.

“Tikus putih, kau sudah siap?”

Luna spontan menepuk pundak Rey dengan gemas.

“Jangan biasakan memanggil orang begitu, kak. Apalagi didepan publik." ujarnya tegas.

Rey mengangkat alis. “Baiklah, baiklah. Ayo keluar. Lima menit lagi kita naik panggung.”

Elio yang melihat interaksi itu hanya tersenyum kecil. Ia berdiri, menyesuaikan kostumnya, lalu berlalu di samping Rey dengan ujung bibir yang perlahan naik.

Ia merasa senang karena Luna membelanya didepan Rey dan menandakan keyakinan yang mulai tumbuh lagi dalam dirinya.

Beberapa menit sebelum naik ke panggung, suasana di belakang panggung begitu tegang. Lampu-lampu panggung menyala terang, dentuman musik dari tim sebelumnya masih terdengar menggema.

Marcel dan Luna berdiri di depan barisan Neonix, menatap satu per satu wajah mereka yang kini tertutup make-up dan keringat gugup.

“Semua sudah siap?” tanya Marcel sambil mengecek mic, in-ear, dan posisi setiap anggota.

Luna menatap mereka dengan tatapan penuh wibawa. “Ingat, ini bukan cuma panggung. Ini pembuktian.”

Mereka semua mengangguk mantap. Lalu, serempak Marcel dan Luna mengulurkan tangan ke tengah lingkaran.

Para anggota lain pun mengikuti, hingga tangan mereka bertumpuk menjadi satu.

“Semangat semuanya!” seru Luna lantang.

“NEONIX—FIGHTING!” teriak mereka bersamaan, lalu mengangkat tangan tinggi ke udara.

Begitu musik intro terdengar, mereka berlari naik ke panggung. Sorotan lampu, teriakan fans, dan layar LED besar menyala bersamaan menyambut performa pembuka Neonix yang begitu dinanti.

Luna berdiri di sisi panggung, jantungnya berdebar tak karuan. Melihat mereka membentuk formasi, bergerak dengan penuh semangat, dengan ekspresi yang hidup membuat dadanya sesak oleh rasa bangga.

Namun menjelang detik-detik terakhir pertunjukan, Marcel yang sedari tadi berdiri di dekat kru teknis tiba-tiba memegang lengan Luna.

“Luna… lihat ini,” bisiknya dengan nada aneh.

Ia menyodorkan ponselnya. Di layar terlihat sebuah unggahan di media sosial akun gosip besar.

Senyum yang sedari tadi merekah di wajah Luna seketika hilang. Matanya membulat, napasnya tertahan, seolah tak percaya apa yang dilihatnya.

"Apa-apaan ini!" geram Luna dengan tangannya yang mengepal.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!