NovelToon NovelToon
DIVINE SIN

DIVINE SIN

Status: sedang berlangsung
Genre:Dark Romance
Popularitas:550
Nilai: 5
Nama Author: Ellalee

''Di balik malam yang sunyi, sesuatu yang lama tertidur mulai bergerak. Bisikan tak dikenal menembus dinding-dinding sepi,meninggalkan rasa dingin yang merayap.ada yang menatap di balik matanya, sebuah suara yang bukan sepenuhnya miliknya. Cahaya pun tampak retak,dan bayangan-bayangan menari di sudut yang tak terlihat.Dunia terasa salah, namun siapa yang mengintai dari kegelapan itu,hanya waktu yang mengungkap.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ellalee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

JEJAK DENDAM DALAM GELAP

"Langkah kaki Rael bergema pelan di lorong yang sunyi, suara sepatu hitamnya berpadu dengan desir angin yang masuk melalui jendela tua yang sedikit terbuka. Tatapannya kosong, namun penuh arah,seolah ada sesuatu yang memanggilnya dari kejauhan, sesuatu yang tersembunyi di antara debu dan waktu.

" Sepanjang jalan yang tak tentu arah, Rael menyusuri tiap lorong yang sepi. Semua murid sudah masuk ke dalam kelas masing-masing, dan hanya dia yang berkeliaran di luar. Suara lonceng sudah berbunyi dari tadi, menandakan waktunya belajar, namun tidak dengan Rael. Dengan santainya, ia melangkah di antara bayang-bayang lorong yang panjang, seolah dunia ini miliknya seorang diri.

Tiba-tiba, di ujung lorong, muncul sosok Buk Gayoung yaitu wali kelasnya, wajahnya memerah setengah marah setengah heran. Di belakangnya, ada seorang guru menatap Rael dengan tatapan yang tajam, bibirnya bergerak memarahi, “haeun! Kenapa kau masih di luar? Sudah lama bunyi lonceng tanda masuk kelas, dan kau masih berkeliaran begitu!”

Rael berhenti, menatap guru itu sejenak. Senyum tipis menghiasi wajahnya, tapi matanya menyimpan bara dingin yang tak bisa disembunyikan. “Mengapa aku harus ikut aturan yang tidak membuatku nyaman?” jawabnya, suaranya lembut tapi ada nada menantang yang tak bisa ditutupi.

Guru itu mengerutkan kening, suaranya meninggi, “Kau tidak takut dengan konsekuensinya? Ini bukan tempat untuk bermain-main, haeun! Semua murid lain sudah di kelas!”

Rael mengangkat bahu, langkahnya tetap santai, matanya menatap langsung ke mata guru itu. “Takut? Aku tidak mengenal kata itu. Kau menyebutkan aturan dan konsekuensi, tapi aku melihat sesuatu yang lebih… menarik di luar sana. Lorong ini, sunyi ini, memberi lebih banyak jawaban daripada sekadar duduk di kelas dan menatap papan tulis.”

Buk Gayoung menarik napas panjang, berusaha menahan kemarahannya, “haeun, kau terlalu berani! Bahkan menantang guru pun kau lakukan!”

Rael tersenyum nakal, seakan menyukai rasa takut yang tak sepenuhnya bisa ia lihat di wajah guru itu. “Berani atau tidak, semua orang punya jalan masing-masing, bukan? Kau hanya bisa mengatur mereka yang mau diatur. Aku… memilih jalanku sendiri,” ucapnya, dengan nada lirih namun memikat, seakan lorong itu sendiri menahan napas mendengar kata-katanya.

Guru itu menatap Rael dengan campuran kemarahan dan ketidakpercayaan, sementara Rael sudah melangkah perlahan, meninggalkan mereka. Setiap langkahnya terdengar seperti detak jarum waktu yang tak peduli dengan aturan manusia biasa, menegaskan bahwa di dunia Rael, hanya keinginannya sendiri yang menjadi hukum.

" buk maaf ya, saya akan bicara baik-baik dengan haeun, pasti jiwanya sekarang sedang terguncang karena kepergian eommanya yang mendadak.... " ucap buk gayoung yang mendapat anggukan dari guru yang mendapat julukan killer tersebut.

" 15 menit yang lalu.....

" Bunyi lonceng pagi bergema menembus lorong sekolah, menandakan awal pelajaran dimulai. Jae-hyun duduk di bangkunya, gelisah. Matanya tak lepas dari pintu kelas, berharap Rael muncul, tapi yang ada hanyalah kekosongan yang semakin menekan dada. Guru sudah masuk, suara kerasnya memanggil murid satu per satu, dan ketika nama Haeun dipanggil, tak ada jawaban.

Jae-hyun menelan ludah,berbohong dengan suara pelan, “Haeun… ke toilet, Bu.” Tapi guru itu, yang terkenal killer dan sangat taat peraturan, menatapnya dengan tatapan tajam yang membuat bulu kuduk merinding. “Benar begitu, Jae-hyun?” Suaranya dingin, hampir menusuk. Tanpa menunggu jawaban lebih lanjut, guru itu beranjak dari meja dan melangkah ke arah toilet, memeriksa setiap sudut, tapi Haeun atau tubuh yang kini diambil Rael tidak ditemukan.

" jae-hyun, sebenarnya apa yang terjadi dengan haeun, apa dia sangat marah karena hyeri kemarin membully nya, apa dia merasa frustasi? " tanya seok-min yang juga ikut khawatir dengan tingkah Haeun pagi ini.

" gwenchana, haeun baik-baik aja kok, " jawab jae-hyun singkat.

Jae-hyun menunduk, hatinya berdebar. Ia tahu, ketidakhadiran Rael di kelas bukan sekadar masalah biasa, " rael tolong jangan buat haeun dalam masalah, jangan buat Haeun di benci oleh para Guru,.... " gumam jae-hyun yang tetap hanya memikirkan haeun saja.

"Guru killer itu, tak puas hanya dengan pengecekan sendiri, dia memanggil wali kelas haeun, Buk Gayoung, untuk ikut mencari keberadaan Haeun. Buk Gayoung masuk ke kelas dengan langkah cepat, matanya menyapu seluruh murid, kemudian menatap Jae-hyun.

“Jae-hyun, kau yakin Haeun ke toilet?” tanyanya dengan nada waspada.

“Ya… Bu, saya…” Jae-hyun ragu, suara hatinya bergejolak, takut kebohongannya segera tercium.

Buk Gayoung menghela napas, wajahnya tegang, lalu berlari ke arah toilet bersama guru killer itu, memeriksa lorong demi lorong, menyadari bahwa murid yang seharusnya duduk di kelas pagi ini benar-benar menghilang tanpa jejak.

Di bangku Jae-hyun, tangan menekuk di atas meja, ia menundukkan wajahnya, bisik hatinya...."Rael, jangan buatku panik seperti ini lagi, aishh jinja....." kesal jae-hyun.

-----------_-----------------_-----

"haeun..... Haeun… Jamkkan…

Suara itu menggema di kepala Rael, seakan perintah halus dari alam bawah sadarnya sendiri. Tapi Rael hanya menatap lurus ke depan, langkahnya tetap tenang, dingin, dan seakan tak terpengaruh oleh apapun.

Buk Gayoung menatapnya dengan campuran kekhawatiran dan ketegasan. “Hentikan langkahmu sebentar, Haeun,” ucapnya pelan tapi tegas, tak menyadari bahwa sosok di depannya kini bukan lagi Haeun, melainkan Rael yang menempati tubuh itu.

Rael tetap berjalan, acuh. Tatapannya dingin, matanya seolah menembus setiap upaya untuk menghentikannya. Buk Gayoung mendesah, lalu dengan tegas, meraih lengan Rael dan menariknya kasar.

“Kita perlu bicara sebentar,” katanya, menegaskan wibawanya sebagai wali kelas sekaligus seseorang yang peduli. Rael menatapnya sebentar, seolah mempertimbangkan apakah ia perlu marah atau hanya membiarkan saja, namun akhirnya ia mengikuti Buk Gayoung menuju bangku taman yang sepi di belakang sekolah.

"Buk Gayoung menarik lengan Rael dengan lembut tapi kuat. “Hei, duduk sebentar, kita perlu bicara.”

Rael menatapnya dengan mata yang sejuk tapi menantang. “tidak ada yang perlu kita bicarakan. " ucapnya seperti berandalan.

"Buk Gayoung menatap wajah Rael yang dingin itu, dan berkata dengan nada lembut tapi tegas, “Aku tahu… ini sulit untuk mu haeun, tapi jika ada sesuatu katakan pada ibu ya, apa kamu marah karena perlakuan hyeri padamu, kamu jangan khawatir ya, ibu sudah menghukum hyeri dan teman-temannya, dan ibu minta maaf atas kejadian yang menimpa mu ya... " ucap buk gayoung dengan lembut.

" ibu tahu keadaan semakin sulit bagimu, apalagi dengan kepergian eomma mu yg mendadak itu pasti membuat mu terkejut dan sekaligus bingung, tapi kami ada di sini, Teman-teman mu dan juga ibu, kami akan mendukungmu haeun-ah.... sambungnya lagi membuat rael semakin murka.

"Rael menatapnya, matanya menyala merah sedikit, napasnya terasa berat. “Kau pikir aku butuh nasihatmu? Kau tidak tahu apa-apa tentangku… ,” ucapnya dingin, suaranya seperti pisau yang menusuk. “Aku bukan Haeun, dan berhenti memanggil nama itu di depan ku, aku sudah sangat muak..... " marahnya langsung pergi meninggalkan buk gayoung yang bingung dengan kelakuan haeun yang sudah sangat berubah.

" ada apa dengan gadis itu, apa itu yang di sebut pasca trauma, ahhh.... apa karena perbuatan hyeri membuat gadis yang dulu lugu itu menjadi berandalan kayak gini.... " gumam buk gayoung terkejut dengan pemikiran nya sendiri.

"Dulu aku pergi, mungkin karena dunia ini terlalu kejam untukku. Sekarang aku kembali, tapi setiap napas mengingatkan luka yang tak pernah sembuh. Hati yang pernah hancur ini tetap berdetak, menantang, dan menolak untuk tunduk pada kesedihan yang pernah menenggelamkanku.

DEWA KEBANGKITAN

KIM RAEL

1
Ngực lép
Bikin klepek-klepek!
Zhunia Angel
Gemes deh!
Kakashi Hatake
Bagus banget thor, jangan lupa update terus ya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!