"Menikahlah lagi mas! Aku ikhlas!"
Kalimat yang pada akhirnya menjadi boomerang bagi pernikahan Sekar Indraswari
Keluarga besar Adrian Baskara sang suami, menuntut hadirnya penerus bagi keluarga, membuat Sekar mengambil keputusan yang begitu menyakitinya
hadirnya wanita lain sebagai madu perlahan memaksa Sekar meninggalkan indahnya mahligai cinta bersama Adrian
Kemana takdir akan membawanya? akankah pertemuan dengan seorang duda beranak satu bernama Alvaro menjadi awal kebahagiaannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon e_Saftri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hadiah
"Kamu nuduh aku sengaja nyelakain diriku sendiri gitu?"
"Kamu pasti iri kan sama Widia karena dia bisa hamil padahal baru nikah beberapa bulan aja, sedangkan kamu!"
"Cukup Bu! Sekar sama sekali gak iri sama Widia. Dan lagi, Sekar gak punya sedikitpun niat untuk mencelakai Widia seperti yang dia tuduhkan"
Sekar geram, ia berusaha membela diri dari tuduhan yang diberikan Nina serta Widia
"Ada apa ini?" Adrian yang baru saja kembali terkejut dengan perdebatan tiga orang wanita itu
"Ini Adrian, Sekar berusaha mencelakai Widia. Dia pasti iri sama Widia" Adu Nina pada putranya
"Aku gak ngelakuin itu mas, percaya sama aku" Sekar menatap sendu pada suaminya
"Iya sayang, mas percaya sama kamu" Adrian melangkah dengan hati-hati terlebih pecahan gelas yang berhamburan di lantai
"Kamu jangan mudah ketipu sama wajah sok polos istrimu ini Adrian" geram Nina
"Sekar gak mungkin ngelakuin itu Bu, Adrian mengenal Sekar dengan baik" Adrian beralih menatap sang istri, mengabaikan Nina yang terus saja mengomel
"Kaki kamu luka sayang" Sekar membawa pandangannya pada punggung kakinya yang mengeluarkan cairan merah "Kita ke kamar! Biar mas obati lukamu"
"Kamu lihat Widia, Adrian! Dia syok, kamu juga harus perhatian sama dia"
"Widia gak terluka Bu, ibu bisa lihat sendiri kalau kaki Sekar itu berdarah" Tanpa menunggu lagi, Adrian meletakkan tas kerjanya di sofa lalu menggendong tubuh sang istri menuju kamar
Sesampainya dikamar, Adrian meletakkan sang istri diatas ranjang dengan sangat perlahan, lalu ia bersimpuh didepan dan meletakkan kaki Sekar yang terluka diatas pahanya
"Tahan ya sayang?" Adrian mulai mengoleskan obat pada punggung kaki Sekar yang terkena pecahan gelas lalu memasangkan plaster agar lukanya tertutup "Sakit banget ya?"
Sekar menggeleng, cairan bening perlahan turun dari mata indahnya membasahi pipinya yang semakin hari semakin terlihat chubby
"Ada apa sayang? Kok kamu nangis?" Tanya Adrian dengan lembut, pria itu lalu duduk di sisi ranjang bersama sang istri
"Aku gak salah mas, Widia sengaja lepas gelasnya"
"Iya sayang, mas percaya sama kamu. Sekarang kamu jangan nangis lagi ya" Adrian mengusap pipi sang istri "Oh iya, mas punya kejutan"
"Kejutan? Apa?"
"Mas mau bilang, kalau mas naik jabatan dikantor!" Ujar Adrian penuh semangat
Sekar terkejut sekaligus bahagia mendengar apa yang disampaikan oleh Adrian suaminya, reflek ia memeluk leher suaminya dengan begitu erat
"Selamat ya mas, aku ikut seneng dengernya!"
"Terima kasih sayang, semua ini juga berkat doa dari kamu"
Keduanya berpelukan cukup lama, seolah ikut meleburkan kerinduan yang selama dua Minggu ini membelenggu keduanya
"Kamu mau minta apa? Pokoknya apapun yang kamu minta akan mas kabulkan!" Adrian mengurai pelukannya
"Beneran? Apapun?" Sekar memastikan
Adrian mengangguk "Apapun, tapi mas juga harus dapet hadiah karena kenaikan jabatan ini"
"Isshh kok pamrih sih" Sekar memasang wajah kesal yang terlihat menggemaskan
"Ya gak pa-pa, biar sama-sama untung"
"Dasar" Sekar memukul pelan lengan suaminya membuat Adrian tertawa "Ya udah, mas mau apa?"
"Mas akan bilang nanti, sekarang kamu bilang mau hadiah apa?"
"Emm.. aku butuh waktu buat pikirin itu, mas Adrian harus siap aku porotin"
"Apapun untuk istriku yang cantik ini" Adrian mendekat, mencuri satu ciuman pada bibir ranum wanitanya
"Mas mandi dulu, setelah itu kita makan malam"
***
Semua orang tengah menikmati makan malam, wajah Widia sejak tadi sudah ditekuk. Wanita itu kesal saat melihat bagaimana Adrian begitu membela Sekar
"Oh iya, aku mau nyampein sesuatu?" Ujar Adrian disela-sela kegiatan makan malam itu
"Apa itu Adrian?" Tanya Nina
"Jabatan aku dikantor naik" semua orang terkejut, kecuali Sekar yang memang sudah mengetahuinya
"Waah, selamat ya nak"
"Makasih Bu"
"Selamat ya mas"
"Terima kasih Widia" Adrian tersenyum "Dan kalian boleh minta hadiah apapun"
Dua wanita beda usia itu bersorak, Adrian melirik kearah Sekar yang terlihat diam. Sekar memang berbeda, dia lebih tenang
"Aku mau tas baru" Widia dengan semangat mengatakan keinginannya
"Iya"
"Ibu juga mau, semua temen arisan ibu udah punya tas itu. Jadi ibu juga mau tas"
"Iya, kalian pesen aja tasnya!" Nina dan Widia bersorak gembira mendengar ucapan Adrian
"Kamu mau apa sayang?" Adrian beralih menatap Sekar yang memang belum menyampaikan keinginannya
Widia menatap kakak madunya dengan tatapan sinis "Gak bisa nih, aku gak mau kalau hadiah mbak Sekar lebih mahal dari aku" Batin Widia
"Mas, aku juga mau kalung berlian. Hitung-hitung buat anak kamu"
Adrian mengangguk, tanpa menjawab Widia, pria tampan itu kembali menatap istrinya yang duduk disampingnya
"Gimana sayang?"
"Aku mau, kita bikin acara selametan sama anak-anak di panti! Gimana mas?"
Widia memutar matanya malas, baginya Sekar hanya mencoba menarik perhatian Adrian dengan kebaikan hatinya
"Kamu memang istri terbaik" puji Adrian
Mendengar itu semakin membuat Widia kesal, Sekar memang pandai mengambil hati suaminya
"Mas setuju?"
"Iyalah, memangnya ada alasan buat nolak. Kita kesananya weekend aja gimana?"
Sekar mengangguk antusias "Aku akan mulai persiapannya, aku juga mau ngabarin bunda kalau kita mau dateng kesana"
"Mas ikut kamu aja" Adrian menggenggam tangan istrinya "Kalian mau ikut?"
"Emm.. aku lagi hamil mas, gak boleh ngelakuin perjalanan jauh" tolak Widia, wanita itu menjadikan kehamilannya sebagai alasan agar tidak ikut ketempat yang menurutnya tidak berkelas
"Ya udah, ibu gimana? Mau ikut?"
"Ibu ada arisan weekend, jadi ibu juga gak bisa" Tolak Nina
"Ya udah kalau gitu biar aku sama Sekar aja perginya"
***
Weekend..
Adrian melajukan mobilnya menuju panti asuhan yang merupakan tempat tinggal Sekar sebelum menjadi istrinya
Setelah satu setengah jam perjalanan, mobil mereka berhenti di halaman panti. Dari dalam mobil terlihat beberapa anak tengah bermain sambil berlarian disekitar panti
Sekar keluar, rasanya sudah sangat lama tidak ketempat ini. Tempat yang menyimpan banyak kenangan masa kecilnya
Dirinya tidak tahu siapa keluarganya, tidak tahu juga apa dirinya memiliki keluarga atau tidak. Dan lagi, ia tidak peduli akan hal itu
"Aku kangen banget mas"
"Kita masuk sekarang!"
Keduanya berjalan, namun tiba-tiba saja bahu Sekar bertemu dengan bahu seorang wanita cantik
Sekar menoleh, keduanya mengucapkan kata maaf bersamaan. Sekar dapat melihat jika wanita dihadapannya berasal dari keluarga kaya. wanita ini mungkin seusia Nina, namun karena kecantikannya membuatnya terlihat jauh lebih muda dari usianya, terlebih penampilannya yang terlihat berkelas
"Ah maafkan saya"
"Tidak masalah nyonya, saya juga salah. Tadi jalannya gak lihat-lihat" Sekar menunduk hormat
Entah kenapa tangan wanita itu terulur membelai lembut pipi Sekar membuat Sekar bingung