Diburu Pria Posesif

Gadis paling cantik di sekolah menyatakan cinta pada seorang Ervan? Benar-benar pasangan serasi.

"Tapi kenapa aku sedikit kesal ya?" Batin Bella mengunyah bakpaonya. Bagaikan itu adalah tanda hati yang harus dihancurkan.

"Terima!"

"Terima!"

"Terima!"

Itulah kalimat yang diucapkan para siswa, benar-benar kompak mereka untuk menjodohkan Romeo dan Juminten. Zain mengamati segalanya dari lantai 2. Diam-diam wajahnya tersenyum.

Semuanya sudah direncanakan olehnya dan Ruby. Menjadikan Ervan sebagai pacarnya, lalu berusaha membuat Ervan tidak belajar lagi. Hingga peringkat satu umum dapat diraih oleh Zain. Maka ayah Zain tidak akan mengirimnya ke luar negeri.

Pemuda yang menipiskan bibir menahan tawanya. Ruby benar-benar wanita serakah yang begitu mudah dibohongi.

Tapi imajinasi tentang Cinderella dan pangeran cukup bagus juga, untuk mengendalikan imajinasi manusia.

"Ervan, aku tau kamu hanya berpura-pura. Sebenarnya kamu sama sekali tidak menyukai Bella. Semuanya hanya untuk membuatku cemburu. Dan...kamu berhasil. Aku benar-benar cemburu. Tidak butuh 99 pernyataan cinta, kamu sudah memiliki hatiku." Lagi-lagi Ruby mengucapkannya karena Ervan belum menjawab sama sekali.

"A...aku duluan ke kelas ya?"Bella tertawa sendiri, hendak melangkah pergi. Tidak ingin menghalangi Romeo dan Juminten untuk bersama. Tapi lagi-lagi kerah belakang pakaiannya ditarik oleh Ervan. Seolah-olah tidak membiarkan Bella pergi.

"Dasar harimau putih sial!" Batin Bella canggung setengah mati berada di tempat ini.

"Tau kisah cinta Romeo dan Juliet?" Pertanyaan aneh tiba-tiba diucapkan oleh Ervan. Membuat semua orang bersorak, mengira Ervan akan menerima Ruby.

Ervan mengangkat tangannya. Bagaikan meminta mereka untuk berhenti bersorak. Seketika semua siswa yang ada disana kembali diam.

"Romeo memiliki hubungan dengan Rosaline, saudara sepupu Juliet. Sementara Juliet sendiri dijodohkan dengan Count Paris. Kisah Romeo dan Juliet tidak akan berakhir tragis jika mereka menerima takdir mereka masing-masing. Apa menurutmu Romeo mencintai Juliet? Tidak! Itu hanya obsesi masa muda yang menggebu-gebu. Karena itu bukankah lebih baik bersama Rosaline yang menunggu Romeo. Dibandingkan berjuang mati-matian untuk Juliet?" Pertanyaan yang membuat semua orang terdiam membulatkan matanya tidak mengerti.

Ervan tertawa kecil meraih setangkai bunga mawar.

Semua orang bertepuk tangan, menganggap itu artinya perasaan Ruby diterima.

Tapi, bunga mawar yang dilemparkan tepat ke dalam tempat sampah."Jatuh cinta tiba-tiba padaku? Kamu bercanda kan?" Tanyanya tertawa semakin kencang. Tawa sumbang bagaikan iblis.

"Ayo Bella sayang, kita pergi. Nanti aku petik-kan bunga kamboja untukmu." Kalimat penuh senyuman dari Ervan merangkul pundak Bella.

"Kamboja? Kamu mengutukku untuk mati?" Bella membulatkan matanya.

"Cinta kita sehidup semati." Kalimat yang lebih sinting lagi diucapkan oleh Ervan.

Sementara Bella hanya menatap sengit ke arahnya. Tapi ada rasa lega tersendiri, pernyataan cinta Ruby tidak diterima.

Mengapa dirinya lega? Bella menelan ludahnya, dirinya tidak boleh jatuh cinta pada Ervan. Karena ada yang namanya sebuah perasaan palsu. Mungkin karena otaknya masih konslet, memburukkan petugas PLN segera.

"Tunggu!" Suara Ruby terdengar menatap nyalang ke arah kedua orang di hadapannya. Selama ini dirinya tidak pernah merasa lebih terhina dari pada sekarang.

Dadanya bergemuruh bergerak naik turun. Wanita paling cantik di sekolah ini, kini murka.

"Buntalan kentut sepertinya memang pantas dengan anak wanita simpanan sepertimu." Senyuman arogansi penuh penekanan. Sama sekali tidak ingin harga dirinya hancur.

"Kamu bilang apa?" Bella berusaha keras untuk tersenyum.

"Ayah dan ibu kalian tidak pernah hadir di acara besar sekolah. Rapat komite saja tidak pernah hadir. Ayah Ervan adalah pria hidung belang beristri. Sedangkan ibu Ervan adalah wanita simpanan. Kamu sendiri...makanan mahal yang sering kamu berikan pada Reva, bukankah hasil korupsi ayahmu. Atau mungkin ayahmu adalah perampok." Masih tersenyum meremehkan menggiring opini adalah tujuannya.

Betapa memalukannya ditolak oleh anak wanita simpanan yang menjijikkan ini. Sama sekali tidak dapat menerima segalanya. Jika dirinya malu, maka mereka harus lebih malu puluhan ribu kali lipat.

Bella ingin bergerak menamparnya.

Tapi dengan cepat Ervan menarik rambut Ruby."Kamu bilang apa? Aku memang anak dari wanita simpanan. Tapi Bella? Kamu berani menghinanya?"

Ruby menelan ludah. Tapi tidaklah mengapa, dirinya adalah putri tunggal pengusaha. Berbeda dengan mereka yang berasal dari kelas bawah."Kenapa tidak!? Bukankah mencurigakan karena orang tua Bella tidak pernah ke sekolah? Kalian juga berpikir begitu bukan? Bisa saja ayah dan ibunya sedang ada di penjara atau rumah sakit jiwa."

Beberapa orang mulai berbisik mengatakan asumsi mereka.

"Ruby benar! Aku sama sekali tidak pernah bertemu dengan orang tua Bella. Mungkin saja tinggal di penjara."

"Mengikuti sekte sesat."

"Orang tuanya tidak jelas. Pantas saja gajah gemuk ini bebas berkeliaran."

Tawa dan sindiran sedikit terdengar. Kala Bella akan berucap menunjukkan watak aslinya.

Dengan cepat Ervan menyela."Bicara lagi...maka aku akan membuat kalian tidak bisa mengucapkan satu patah katapun."

Benar-benar mengintimidasi, semua orang pada akhirnya hanya terdiam menyaksikan.

"Tolong laporkan pada Guru, Ervan mau menyerangku!" Teriak Ruby.

Ervan hanya tersenyum, menarik Ruby pada kawat yang sedikit menonjol. Kemudian dengan sengaja menancapkan pakaian Ruby kemudian menariknya.

Srak!

Pakaiannya sedikit robek membuat wanita itu menangis terisak. Ketakutan jika ancaman Ervan sebelumnya akan menjadi nyata.

"Ini hanya peringatan. Jika kamu mengganggu Bella lagi, maka lain kali kamu tidak akan menggunakan pakaian." Seringai yang begitu jahat. Melangkah pergi merangkul bahu Bella.

Inilah pangeran sekolah dan pacar gemuknya. Tidak ada yang mempertanyakan status Ervan sebagai putra wanita simpanan. Pemuda yang memiliki begitu banyak orang yang menghormatinya di sekolah ini.

Sedangkan Ruby masih terisak menyadari bagian punggung kemejanya sedikit robek. Tidak! Dirinya tidak akan membiarkan ini.

Sebuah jaket pada akhirnya berada di tubuhnya. Matanya menatap ke arah seseorang yang memberikan jaket padanya. Zain benar-benar baik.

Tapi setelah menonggakkan kepalanya, pak Dirman. Guru botak paling menyebalkan yang memberikan jaket padanya. Pria yang hampir memasuki masa pensiun. Bahkan jaketnya saja bau minyak urut.

"Kamu tidak apa-apa..." Tanya sang guru.

Ruby malah menangis semakin kencang. Tidak dapat menerima segalanya. Kenapa malah kakek tua yang memberikan jaket sial padanya. Harusnya Zain.

***

Bella melangkah, sedikit melirik ke arah Ervan. Benar-benar memandang curiga."Kenapa kamu membelaku?"

"Karena cinta...apa lagi." Kalimat yang benar-benar memuakkan sejatinya. Siapa yang akan percaya dengan mudah.

"Jika karena ini beasiswamu dicabut bagaimana?" Tanya Bella.

"Orang tua yang begitu kamu hormati. Apa kamu rela mereka dihina? Setidaknya orang tuamu yang membuatmu ada di dunia ini. Mereka yang membuat makhluk menggemaskan sepertimu."

"Menyebalkan! Aku berhutang padamu."

"Lunasi dengan cium."