Diburu Pria Posesif
"Si gendut bertingkah lagi."
"Dasar! Dia menyatakan cinta lagi."
"Tidak ada kapok-kapoknya."
Suara orang-orang yang membicarakan dan menertawakannya, hanya membuat tekad Bella semakin kuat. Perlahan dirinya mengintip sosok Reva, pemuda yang selalu berada di peringkat 2 umum. Cendrung terlihat seperti kutu buku pendiam.
Tapi bagi Bella seperti pangeran berkuda poni. Tidak ada kata untuk menjabarkan bagaimana rupanya dapat mengalihkan dunia Bella, remaja dengan berat badan 99 kg.
Bertekad menyatakan cinta pada ayang lagi. Membawa kotak bekal dirinya berjalan cepat.
Tapi tiba-tiba langkahnya terhenti. Seorang pria menghadang jalannya, pria paling rupawan, berprestasi, sekaligus urakan di sekolah ini. Musuh bebuyutannya Ervan.
"Buntalan kentut, mau kemana!?" Tanyanya arogan.
"Ke dalam." Bella tersenyum menunjukkan gigi putih bersih ala iklan pasta gigi.
"Ke dalam?" Ervan membalas senyumannya."Pajaknya mana?"
"Pajak apa? Permisi..." Bella berusaha untuk lewat, tapi dengan cepat pula Ervan menarik bagian belakang kerah pakaiannya. Membuat Bella berjalan di tempat.
"Apa lagi!?" Bentak gadis gemuk itu.
"Pajaknya." Ervan menadahkan tangannya.
Sedangkan Bella menatap sengit."Tampang CEO, tapi dompet gi*golo." Cibirnya, mengeluarkan beberapa lembar uang.
Ervan mengambilnya dengan cepat."Kamu pikir aku butuh uangmu? Aku hanya ingin melihat makhluk gemuk sepertimu menjadi kurus karena kekurangan nutrisi." Pemuda yang tersenyum, menepuk-nepuk perut Bella menggunakan tangannya. Kemudian berjalan berlalu.
Bella menatap sengit ke arah punggung sang pemuda. Dari luar memang begitu tampan, bak malaikat, tapi aslinya bak comberan.
"Ervan! Boleh aku minta nomormu."
"Ervan! Mau ke bioskop nanti malam."
"Kak Ervan boleh kenalan?"
Beberapa siswi menghadang jalan Ervan. Tapi pemuda itu hanya berlalu tanpa terlihat peduli. Melangkah penuh arogansi, benar-benar cocok disebut sebagai pangeran sekolah.
"Dasar lintah penghisap darah." Cibir Bella mengingat dirinya begitu sering diganggu. Pipinya kerap ditarik bagaikan adonan mochi oleh Ervan. Benar-benar pria gila.
Bella hanya menghela napas kembali konsentrasi pada ayang Reva. Melangkah penuh senyuman memasuki ruang kelas.
"Reva, aku buatkan bekal untukmu." Ucap Bella penuh senyuman, menyodorkan kotak bekal. Gadis gemuk yang merupakan putri tunggal konglomerat.
Reva menghela napas kasar. Mengambil makanan yang diberikan Bella."Terimakasih..." Ucapnya berusaha sopan.
Walaupun yang memberikannya badak laut, tapi tetap saja isi dalam kotak bekal sudah pasti makanan kelas sultan.
"I...itu...aku." Bella tertunduk malu-malu, ingin menyatakan cinta lagi.
"Bekalnya sudah aku terima, jadi sana cepat pergi." Reva berusaha keras untuk tersenyum.
"Ta...tapi..." Bella hanya dapat menghela napas kasar melangkah pergi. Tertunduk bagaikan bunga yang layu kekurangan cinta, karena dikau tidak mencintai daku.
***
Ada yang namanya cinta monyet bertepuk sebelah tangan. Mungkin itulah yang dialami olehnya walaupun dirinya sama sekali bukan sosok monyet.
Berat badannya membuatnya menghela napas sembari menikmati bekal spaghetti bolognese, dengan toping daging Wagyu kwalitas premium.
Ini bukan salahnya, ini kesalahan koki di rumahnya yang terlalu pintar memasak. Juga kesalahan orang tuanya, kenapa malah menyewa chef restauran bintang lima untuk menjadi kepala koki.
"Karenamu aku gemuk, karenamu aku tidak punya pacar, ini semua karenamu!" Teriak Bella menghujat ke arah sekotak spaghetti."Terimalah balas dendamku!" Lanjutnya memakan spaghetti yang membuatnya gemuk.
Hingga.
Brak!
Kepalanya mengenai bola basket. Membuat wajah dan rambut Bella terkena spaghetti. Gadis yang melirik menatap penuh dendam ke belakang. Matanya mengamati orang yang berani-beraninya merusak rencana makan siangnya.
"Badan badak! Kenapa cara makanmu seperti b*bi!?" Ervan tersenyum padanya. Diikuti dengan tawa orang-orang.
Bella membulatkan matanya. Menatap pemuda tengil yang selalu menggangu hidupnya. Pangeran sekolah yang selalu membully si gemuk.
Berusaha berdiri bagaikan Hulk. Setiap langkahnya bagaikan pesumo Jepang. Dirinya tidak akan kalah! Menggunakan kekuatan ultraman bergerak.
Bola berada di kolam, tidak dirinya tidak akan mengambil bola yang begitu jauh. Takut tenggelam, tapi spaghetti bolognesenya tersayang terlanjur tumpah.
Matanya melirik menatap salah seorang siswa lewat membawa Globe, tiruan bola dunia. Bentuknya sama-sama bulat bukan.
Percayalah, ketika rasa benci dan kesal menyelimutimu, maka mengangkat karung beras pun akan terasa ringan. Globe diambilnya, melemparkan pada Ervan yang membulatkan matanya tidak sempat menghindar.
Bruk!
Seketika pangeran sekolah roboh, dengan kepala berlumuran darah, akibat ulah sang badak yang melemparkan globe padanya.
"Ervan!" Teriak beberapa siswa mendekat.
"A...aku menjadi pembunuh!" Teriak Bella ketakutan setengah mati. Gila saja, wajah begitu tampan yang terjatuh dengan cindera di kepalanya.
Wanita yang membayangkan dirinya masuk penjara. Ingin menangis rasanya. Tapi dia kan memang sering di-bully. Jadi, untuk pertama kalinya Bella membalas, itu artinya tidak apa-apa. Tapi kalau mati bagaimana?
Tubuh Ervan diangkat, dimasukkan ke dalam ambulance yang dengan cepat dihubungi pihak sekolah. Bella hanya dapat menangis ikut masuk ke dalam ambulance. Mengingat jika mati dirinya lah tersangka utama.
Wanita yang mulai menghubungi kedua orang tuanya. Hingga pada akhirnya panggilannya diangkat.
"Mama...aku membunuh temanku." Teriak sang badak ketakutan. Usai menyeruduk pangeran menggunakan globe.
"Membunuh? Sayang coba kamu katakan dengan tenang. Apa yang sebenarnya terjadi." Ucap sang ibu dari seberang sana.
"Be... begini, kepalaku dilempar menggunakan bola. Lalu aku balas melempar kepalanya menggunakan globe. Globe terbuat dari kayu, jadi pasti mati, kepalanya berdarah. Mama, tolong aku, tadi aku cek masih bernapas, sekarang tidak tau." Wanita berberat badan 99 kilogram itu menangis terisak. Benar-benar memilukan.
"Tenang kalau ada apa-apa mama siapkan pengacara. Sekarang kamu tenang, kirimkan alamat rumah sakit biar mama yang atur semuanya." Kalimat dari sang ibu di seberang sana. Pada akhirnya Bella mematikan panggilannya. Kemudian mengirim alamat rumah sakit yang dituju.
***
Cidera di bagian kepala Ervan telah diobati. Dokter mengatakan tidak ada kerusakan di otak. Jadi kondisinya masih aman terkendali.
Tapi tetap saja, dirinya tidak menyangka hari ini hampir membunuh Ervan.
"Ervan...maaf ya...aku tidak sengaja." Ucapnya dengan mulut dipenuhi roti. Menunggui Ervan, mengingat kedua orang tua pemuda ini tidak dapat dihubungi.
Hingga pada akhirnya pemuda itu mengerjapkan matanya. Jarinya bergerak pelan.
"Kamu sudah bangun!? Maaf! Aku tidak sengaja! Aku tidak sengaja!" Ucap Bella memegang jemari tangan Ervan. Mulutnya masih dipenuhi dengan roti.
Ervan membulatkan matanya, air matanya tiba-tiba mengalir. Bagaikan menyiratkan rasa haru dan tidak percaya.
"Kamu kesakitan hingga menangis? Aku panggilkan tempat kremasi, ah! Salah! Maksudnya dokter." Ucap Bella cepat, terlihat panik.
Tapi ada yang aneh. Ervan tiba-tiba bangkit duduk di tempat tidur kemudian memeluknya erat.
"I...istriku, aku berjanji tidak akan berselingkuh lagi. Mulai sekarang tidak akan ada orang yang dapat memisahkan kita." Kalimat yang membuat Bella membulatkan matanya, tidak mengerti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Muzaata Alenmiyu
lanjut thor,, siapp 👍🏻 genre apapun aku bakalan baca 🤭 walo jarang banget komen tapi aku selalu tinggalin like dan give 🙏🏼😁 semangaattt 💪💪💪
2025-09-22
5
mimief
wkwkwkkw
mang othor ini selalu sesuatu
suamiku kalau macem tak pukul aja kali ya kepalanya...
kali jadi sadar kyk Ervan
ah tadinya ga mau baca dulu
sabar sabar ga buka profil mu
tapi ga ku ku juga😭😭
aku hadiiir thor.absen yaaaa
2025-09-25
0
Jeng Ining
ini mah udh kliatan modus ya, pengen makan yg dibuat Bella, dh kecanduan rasa bekal Bella keknya🤭
2025-09-24
1