Vania dan Basir terpaksa harus meninggalkan kampung tempat mereka dilahirkan dan dibesarkan. Kampung itu sudah tidak beres, bahkan hal-hal aneh sudah mulai terlihat.
Basir pun mengajak adiknya untuk pindah ke kota dan menjalankan kehidupan baru di kota. Tapi, siapa sangka justru itu awal dari perjalanan mereka. Terlahir dengan keistimewaan masing-masing, Vania dan Basir harus menghadapi berbagai macam arwah gentayangan yang meminta tolong kepada mereka.
Akankah Vania dan Basir bisa menolong para arwah penasaran itu? Lantas, ada keistimewaan apa, sehingga membuat para makhluk astral sangat menyukai Vania?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 24 Bakso Mas Tarno Part 3
Sri masuk ke dalam kamarnya, tapi entah kenapa malam ini dia merasakan takut ya g luar biasa. Baru saja, dia hendak merebahkan tubuhnya tiba-tiba terdengar bunyi benda jatuh dari ruangan itu. "Astaghfirullah, suara apa itu?" batin Sri.
Sri takut, tapi dia merasa penasaran dengan bunyi itu. Akhirnya dia pun kembali keluar dari kamar dan melihat benda apa yang jatuh. Dia takutnya ada benda kesayangan suaminya yang jatuh.
Sri mengedarkan pandangannya, tapi dia sama sekali tidak melihat ada benda yang jatuh. Perlahan, Sri kembali melangkahkan kakinya ke ruangan yang paling disukai Tarno itu. Tatapannya tertuju ke sebuah benda kotak di bawah kursi yang terhalang oleh kain penutup meja.
"Benda apa itu? kok aku baru lihat?" gumam Sri.
Sri pun mencoba mendekati benda itu, ternyata itu sebuah kotak tua. Sri semakin penasaran dengan isinya, maka dari itu dia pun cepat-cepat membukanya. Isi kotak itu ternyata sebuah ponsel dan surat-surat penting.
"Ponsel siapa ini?" batin Sri semakin penasaran.
Sri mencoba membuka ponsel itu tapi sayang, ponsel itu memakai kode. "Aduh, kok pakai kode sih? bagaimana membukanya?" batin Sri.
Dia pun mencoba membukanya pakai tanggal lahir Tarno tapi gagal. Sri benar-benar penasaran dengan isinya apa, karena dia punya firasat jika ada sebuah rahasia besar du dalam ponsel itu. Tidak lama kemudian, terdengar suara mobil berhenti di depan rumah.
"Astaga, itu mobil Mas Tarno," batin Sri panik.
Dia pun dengan cepat menutup kotak itu lalu menyimpannya di tempat semula. Dia pun segera berlari masuk ke dalam kamar dan pura-pura tertidur supaya Tarno tidak curiga. Jantung Sri berdetak tak karuan bahkan napasnya pun masih ngos-ngosan.
Pintu kamar terbuka, Tarno melihat jika Sri sudah tidur. Dia pun kembali menutup pintu kamar lalu berjalan menuju ruang santai dan duduk di kursi sembari menatap lukisan Marni. Tatapan Tarno sangat aneh dan sulit diartikan.
"Maafkan aku, Marni. Aku sangat mencintaimu," gumam Mas Tarno.
***
Keesokan harinya....
Sri beralasan kalau saat ini dia tidak enak badan dan meminta izin untuk tidak ikut ke kedai dulu. "Tapi ingat, kamu jangan ke mana-mana pokoknya kamu jangan keluar jika tidak ada izin dari Mas," ancam Mas Tarno.
"Iya, Mas," sahut Sri sedikit takut.
Tarno pun segera berangkat menuju kedai bakso miliknya. Sri sendirian di rumah, bahkan ruangan tempat pembuatan bakso pun sudah kosong karena karyawannya pergi ke kedai juga. Sri mulai menjelajah rumah Tarno karena selama tiga bulan menikah, Sri belum tahu seluk beluk rumah itu.
Pertama dia pergi ke ruang pembuatan bakso, di sana dia memperhatikan setiap sudut ruangan itu. Tidak ada yang aneh, hanya saja di sudut ruangan ada sebuah mesin pembuatan bakso yang ditutup oleh kain hitam dan itu sama sekali tidak boleh dibuka oleh siapa pun. Sri mendekat, entah kenapa seperti ada daya tarik yang menarik tubuh Sri untuk membuka tutup kain hitam itu.
"Gak, aku gak boleh buka ini takutnya Mas Tarno marah," gumam Sri menggeleng.
Sri pun dengan cepat mundur dan pergi dari ruangan pembuatan bakso itu. Dia hendak masuk ke dalam kamarnya tapi dia teringat akan kotak yang isinya ada ponsel misterius. Dia pun menuju ruang santai dan segera mengambil kotak tua tersebut.
Kali ini dia melihat sebuah buku harian, dan sepertinya itu milik Marni. Dengan tangan gemetar, Sri membuka buku harian Marni dan mulai membacanya. Sri tidak sadar jika di belakangnya itu sosok Marni berdiri menatap Sri dengan deraian air matanya.
"Astaghfirullah, tidak mungkin," gumam Marni sembari menutup mulutnya.
Di sana terdapat tanggal lahir Marni, dengan tangan masih bergetar dia mencoba membuka ponsel itu dengan memasukan tanggal lahir Marni. Benar saja, kodenya terbuka. Dengan jantung berdetak kencang, Sri membuka satu persatu pesan yang masuk di ponsel yang ternyata itu milik Marni.
"Ada transferan uang kepada orang tua Mbak Marni, dan ini tanggalnya dua hari yang lalu," batin Sri bingung.
Sri tidak bisa habis pikir, yang dia tahu Marni sudah meninggal 1 tahun yang lalu. Tapi kenapa ini ada transferan kepada orang tuanya dan pesannya pun seolah-olah itu Marni. "Ini maksudnya apa? apa selama ini Mas Tarno menyembunyikan kematian Mbak Marni?" batin Sri kaget.
"Sriiiiii!" Suara teriakan Tarno seketika membuat Sri diam membeku.
Tubuh Sri bergetar hebat dan matanya melotot saking terkejutnya dia ketahuan oleh Tarno. "Apa yang kamu lakukan, Sri?" bentak Mas Tarno.
"A--aku------"
Belum juga Sri menyelesaikan ucapannya, Tarno langsung menyeret Sri masuk ke dalam kamar mereka. Tarno berubah menjadi pria yang mengerikan, padahal selama ini Sri mengira jika Tarno pria yang lemah lembut bahkan nada bicaranya pun tidak pernah setinggi itu. Tarno melempar tubuh Sri ke atas tempat tidur.
"Kenapa kamu lancang Sri? saya sudah bilang sama kamu jangan pernah menyentuh barang-barang yang sudah saya larang!" bentak Mas Tarno.
"Ma--af Mas," sahut Sri dengan deraian air matanya.
"Sekali lagi kamu lancang, saya tidak akan memaafkan kamu!" geram Mas Tarno.
Dengan emosi yang memuncak, Tarno pun keluar dari kamar tapi Tarno mengunci Sri dari luar membuat Sri berontak dan menggedor-gedor pintu. "Mas, kenapa pintunya dikunci? buka Mas!" teriak Sri.
"Diam kamu, itu sebagai hukuman karena kamu sudah lancang," sahut Mas Tarno.
Tarno pun seger menyimpan kotak itu ke tempat yang lebih aman lagi. Setelah itu, dia segera pergi menuju kedai kembali. Sri hanya bisa menangis, dia tidak menyangka jika pria yang selama ini dia anggap baik ternyata menyimpan sebuah rahasia dan Sri harus tahu rahasia apa itu.
Saking lamanya menangis, Sri pun akhirnya ketiduran di lantai. Sri bermimpi didatangi Marni. "Sri, pergilah dari rumah itu. Mas Tarno terlalu bahaya untukmu, kamu tidak akan kuat hidup dengannya."
Seketika Sri terbangun dengan keringat yang memenuhi wajahnya. "Astaghfirullah, mimpi apa aku barusan?" gumam Sri panik.
Sri semakin ketakutan, dia benar-benar sudah mulai curiga sama Tarno. Dia yakin kalau kematian Marni tidak wajar, dan Tarno adalah penyebab kematian Marni. "Aku harus cari tahu semuanya tapi Mas Tarno jangan sampai tahu," batin Sri.
Sementara itu di kantor Vania, mereka sedang makan siang bersama di kantin kantor. "Guys, kalian merasa ada yang aneh tidak dengan kematian Bu Marni?" tanya Dasep.
"Aneh bagaimana?" seru Vanessa.
"Kata Mas Tarno, Bu Marni meninggal 1 tahun yang lalu karena sakit tapi kok perasaan kita gak tahu ya? seandainya Bu Marni meninggal, pasti kita tahu lah, rumah mereka gak jauh dari kantor dan pasti ada tanda bendera kuning biasanya, tapi ini kok gak ada sama sekali," sahut Dasep.
"Mungkin Bu Marni meninggal di kampung halamannya," ucap Gala.
"Nah, bisa jadi itu," sahut Vanessa.
"Iya juga ya," sambung Dasep.
Vania tidak ikut berbicara, ada sesuatu yang ganjal di dalam hatinya. Sosok wanita yang selalu mengintip, membuatnya penasaran. "Siapa sebenarnya sosok itu?" batin Vania.