Pernikahan siri antara Nirmala Wongso dan juga Seno Aji Prakoso membuahkan hasil seorang anak laki-laki yang tidak pernah diakui oleh Seno, karena ia takut keluarga besarnya akan tahu tentang aibnya yang diam-diam menikahi gadis pelayan di club malam.
Setelah dinyatakan hamil oleh dokter Seno mulai berubah dan menyuruh Nirmala untuk menggugurkan kandungannya jika masih tetap ingin menjadi istrinya.
Namun Nirmala memilih jalan untuk mempertahankan buah hati dan meninggalkan kemewahannya bersama dengan Seno.
Penasaran?? ikuti jalan kisah Nirmala yang penuh dengan lika-liku kehidupan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Dua Minggu sudah berlalu. Setelah kejadian itu Alaska mulai hidup seperti biasanya menjalani tugas-tugasnya sebagai perwira muda. Meskipun namanya sempat viral bahkan berbagai pihak ada yang menawari berbagai profesi, namun itu semua di tolak oleh Alaska.
Bukan tanpa alasan ia menolak semuanya itu, meskipun uang yang ditawarkan begitu menggiurkan, namun Alaska mempunyai prinsip tersendiri, menjadi tentara bukan hanya mimpinya semata, namun dibalik mimpi itu ada perjuangan yang cukup besar yang tidak bisa terbalaskan dengan apapun, yaitu perjuangan ibunya.
Hari ini di aula Markas ada geladi bersih karena besok pagi akan ada acara, Alaska dan rekan lainnya mulai berlatih baris berbaris.
Aula markas siang itu terasa riuh, bukan oleh tepuk tangan atau sorak sorai, melainkan derap sepatu lars yang menghentak lantai marmer. Barisan prajurit sudah tersusun rapi, dada mereka tegak, mata lurus ke depan, setiap gerakan serempak seolah tubuh mereka hanya dikendalikan oleh satu komando.
“Siap, grak!” suara lantang instruktur bergema, menggema di dinding aula yang dipenuhi bendera dan lambang kesatuan.
Alaska berdiri di antara para perwira muda lainnya. Nafasnya teratur, matanya fokus. Namun jauh di dalam dirinya, ada perasaan aneh yang tidak bisa ia jelaskan. Seperti ada sesuatu yang akan datang, tapi belum bisa ia mengerti.
Suasana geladi bersih memang penuh tekanan. Setiap langkah harus pas, setiap detik harus tepat. Para perwira senior berdiri di sisi ruangan, memperhatikan dengan mata tajam, mencatat siapa yang lengah, siapa yang disiplin.
Alaska beberapa kali merasakan sorot mata itu jatuh padanya. Ia tidak tahu apakah ia sedang dinilai lebih, atau hanya perasaannya saja. Sesekali, komandan yang memimpin latihan berjalan mendekat, berhenti sebentar, lalu melanjutkan tanpa komentar.
“Jangan ada yang salah besok! Ingat, ini acara resmi. Setiap kalian berdiri di sini, kalian membawa nama TNI!” suara instruktur kembali menggema.
Alaska mengangguk kecil, menegakkan dada. Ia tidak berani menoleh, tidak berani bersuara. Dalam benaknya, ia hanya mengulang satu kalimat: Aku tentara. Tugas utamaku adalah disiplin.
Namun, di sela hentakan sepatu dan suara komando, getaran aneh itu tetap ada. Seperti firasat bahwa besok, di aula yang sama, hidupnya tidak akan lagi sama.
☘️☘️☘️☘️
Di tempat lain. Di sebuah desa kecil seorang wanita tengah duduk sambil menunggu jualannya, tahun demi tahun kehidupan Nirmala mulai banyak perubahan, tubuh ringkih nya sekarang tinggal duduk santai sambil menunggu jualannya.
Sambil menunggu toko kelontongnya wanita paruh baya itu juga menyiapkan peralatannya untuk datang di acara resmi kesatuan Alaska.
"Wah tidak terasa besok aku sudah bertemu dengan anakku lagi," gumam Nirmala.
Wanita itu mulai menatap foto Alaska yang mengenakan seragam loreng, dalam hati ia merasa bangga, anak yang sejak kecil berjuang meraih mimpi sekarang seragam loreng itu sudah bisa di taklukkan oleh anaknya.
"Suatu perjuangan yang sangat luar biasa Nak," ungkap Nirmala dengan bangga.
☘️☘️☘️☘️
Undangan resmi itu bukan hanya untuk Nirmala saja, namun Seno juga mendapatkan. Undangan itu datang beberapa hari yang lalu. Atasan satuan menganggap Seno layak hadir, bukan hanya karena statusnya sebagai pengusaha yang kerap membantu kegiatan sosial bersama TNI, tapi juga karena wibawanya yang disegani. Maka besok Pagi, Seno datang bersama istri dan kedua putrinya. Dan hal itu susah ia sampaikan jauh sebelum hari H.
Entah mengapa kali ini perasaan Seno semakin penasaran dan ingin mencari tahu siapa Alaska sebenarnya, namun terhalang kesibukannya yang super sibuk, dalam mengurusi sebuah proyek.
Di dalam ruang kerjanya pria itu mulai membayangkan wajah Alaska yang begitu mirip dengannya semasa muda. "Alaska Wongso ... apa jangan ... jangan ...," Seno pun mulai menduganya sendiri.
Ah itu tidak mungkin bagaimana bisa ia terlambat menyadari kalau dari namanya saja sudah jelas mengambil nama dari wanita yang dulu ada di dalam masa lalunya, tapi entah mengapa, Seno masih belum berani mengambil keputusan untuk menyelidiki siapa Alaska sebenarnya.
"Aku tidak boleh buru-buru, besok kan ada acara besar di markas, dari situ aku akan melihat siapa orang tua Seno," ucapnya sendiri.
Sejenak Seno mulai teringat pertemuannya beberapa Minggu lalu bersama dengan Nirmala, bukannya pada waktu itu Nirmala menyebutkan kalau anaknya baru saja dilantik, meskipun ia tidak menyebutkan pelantikan apa, namun hal itu mampu membuat dada Seno terguncang.
"Tidak ... jangan sampai Alaska adalah anak yang selama ini tidak aku inginkan ... Aku tidak mau itu terjadi ...," ucapnya dengan nada yang bergetar.
Entah kenapa setelah mengingat ucapan Nirmala beberapa Minggu lalu, Seno semakin tidak siap untuk datang di acara tersebut. "Aku belum siap menghadapi semua ini Tuhan ...," ucapnya dengan tangan yang terkepal.
Bersambung ....
😂😂😂😂