NovelToon NovelToon
Adik Iparku, Mantan Kekasihku

Adik Iparku, Mantan Kekasihku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Selingkuh / Cinta Terlarang / Saudara palsu
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Amy Zahru

Karma? Apa benar itu yang terjadi padaku? Disaat aku benar-benar tidak berdaya seperti ini.

Bagaimana mungkin aku meghadapi sebuah pernikahan tanpa cinta? Pernikahan yang tidak pernah ku impikan. Tapi sekali lagi aku tak berdaya. Tidak mampu menentang takdir yang ditentukan oleh keluarga. Pria yang akan menikahiku...aku tidak tahu siapa dia? Seperti apa sifatnya? Bagaimana karakternya? Aku hanya bisa pasrah atas apa yang terjadi dalam hidupku.

Aku sebenarnya masih menunggu seseorang dari masa laluku. Seorang pria yang sangat ku cintai sekaligus pria yang telah ku lukai hatinya. Nando Saputra, mantan kekasihku yang telah memutuskan pergi dariku setelah aku dengan tega mengusirnya begitu saja.

Sekarang rasa menyesal kembali menghatuiku saat ku tahu sebuah fakta yang lebih mengerikan...dia Nando, pria yang selama ini ku rindukan adalah adik dari pria yang menikahiku. Rasanya aku ingin bunuh diri saat ini juga....!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amy Zahru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

24. Jejak di Sekolah Lama

Hari itu langit cerah, dan untuk pertama kalinya aku memberanikan diri mengajak Nando ke tempat yang paling penuh kenangan.

Sekolah SMA kami dulu.

Tempat kami menghabiskan masa 3 tahun berpacaran. Dulu, kisah kami begitu manis hingga banyak yang iri.

Awalnya dia sempat menolak.

“Ngapain, Kak? Aku nggak punya urusan di sana…” katanya dengan nada ragu.

Tapi aku tersenyum lembut.

“Cuma sebentar. Aku janji, mungkin kamu bisa merasakan sesuatu.”

Setelah beberapa menit berpikir, akhirnya Nando mengangguk.

---

Gerbang sekolah itu masih sama. Cat putihnya sudah agak kusam, tapi aroma nostalgia langsung menyeruak begitu aku melangkah masuk.

Nando berjalan di sampingku, menatap sekeliling dengan pandangan bingung.

“Aneh… rasanya aku pernah lewat sini,” bisiknya.

Kami melewati lapangan basket, lalu koridor panjang dengan loker-loker tua. Jantungku berdegup saat aku berhenti di depan sebuah kelas.

“Ini,” kataku pelan. “Kelas kita dulu.”

Nando menatap pintu kayu yang catnya sudah mengelupas. Perlahan dia melangkah masuk, duduk di salah satu bangku. Tangannya menyentuh permukaan meja yang penuh coretan nama.

“Mungkin kedengarannya aneh,” ucapnya lirih, “tapi aku seperti pernah duduk di sini… di barisan kedua, dekat jendela. Benar kan?”

Dadaku bergetar. Itu tempat duduknya dulu, tempat aku sering melirik diam-diam.

Sebelum aku sempat menjawab, suara seorang perempuan paruh baya terdengar.

“Eh… Aura?”

Aku menoleh. Sosok itu membuatku tersenyum haru.

“Bu Salma…”

Guru wali kelas kami dulu, yang masih sama hangatnya. Ia menatapku penuh kejutan, lalu matanya beralih ke Nando.

“Ya Allah… ini Nando? Nando beneran?”

Nando terdiam, bingung.

“Ibu… kenal saya?”

Bu Salma menutup mulutnya, hampir menangis.

“Tentu saja, Nak. Kamu dulu anak pintar sekali, Matematikanya jago, selalu nyanyi di acara sekolah. Semua guru masih ingat padamu.”

Aku melihat wajah Nando berubah pucat. Matanya bergetar.

“Nyanyi…? Aku… aku pernah nyanyi di sini?”

Bu Salma mengangguk penuh semangat.

“Iya, Nak. Suaramu selalu jadi kebanggaan sekolah. Dan…” ia menoleh padaku, lalu tersenyum samar, “kamu dan Aura itu… susah dipisahkan. Semua orang tahu kalian dekat sekali.”

Kata-kata itu menghantam dadaku keras. Aku bisa melihat Nando menggenggam kepalanya.

“Aku… aku—”

Aku segera memegang tangannya.

“Nando, tenang… jangan dipaksa.”

Bu Salma cemas.

“Kenapa dengan dia, Aura?”

Aku menggeleng cepat.

“Dia… pernah kecelakaan, Bu. Ingatannya banyak yang hilang.”

Wajah Bu Salma berubah haru. Ia mendekat, menepuk bahu Nando.

“Nak, jangan takut. Semua akan kembali pada waktunya. Yang penting, hatimu tidak pernah lupa siapa dirimu.”

Nando menatap dalam pada Bu Salma. Ada gurat rindu juga letih di wajahnya.

Apa aku terlalu memaksa Nando untuk mengingat? Aku mulai takut dengan kondisinya.

---

Setelah pamit pada Bu Salma, kami berjalan keluar sekolah dalam diam. Di parkiran, Nando akhirnya bersuara.

“Aku nggak ngerti, Kak… kenapa semua orang ngomong aku ini pernah begini, pernah begitu… tapi aku nggak bisa ingat semuanya.”

Aku menatapnya.

“Karena sebagian kenanganmu terkunci. Tapi kuncinya… masih ada di dalam dirimu. Dan aku akan terus menemanimu sampai kamu menemukannya.”

Nando menoleh, matanya berkaca-kaca. Untuk pertama kali, dia tidak menghindar.

“Apa aku… benar-benar pernah sebahagia itu dulu, Kak?”

Aku menahan napas, lalu tersenyum tipis.

“Iya, Nando. Bahkan… mungkin lebih dari yang kamu bayangkan.”

Aku tersenyum padanya dan dia hanya terpaku dalam beberapa detik.

"Ada apa?"

Pandangan Nando kemudian tertunduk.

"Aku hanya takut, bahwa aku dan kak Aura...ah tidak! Aku bahkan tak bisa membayangkannya"

Aku tahu maksud Nando. Tapi sayangnya, kami bahkan lebih dari sekedar sepasang kekasih. Mengingat malam yang pernah kami habiskan bersama saat ulang tahunnya yang ke 18.

1
Desi Oktafiani
Aku berharap kisah ini tidak berakhir terlalu cepat, cepat update ya!
Dzakwan Dzakwan
Cerita ini keren banget, susah move on!
Ami Zahru: Terima kasih /Smile/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!