NovelToon NovelToon
Gadis Rasa Janda

Gadis Rasa Janda

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Pengasuh / Ibu susu
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: MahaSilsi24

Hutang pinjol 120 juta menjerat Juwita, padahal ia tak pernah meminjam. Demi selamat dari debt collector, ia nekat jadi pengasuh bayi. Tapi ternyata “bayi” itu hanyalah boneka, dan majikannya pria tampan penuh misteri.

Sebuah kisah absurd yang mengguncang antara tawa, tangis, dan cinta inilah perjalanan seorang gadis yang terpaksa berperan sebagai janda sebelum sempat menikah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MahaSilsi24, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perjanjian Kebahagiaan

Zergan masih duduk bersandar di kursinya. Tatapan matanya serius, menusuk dalam ke arah Juwita yang duduk tepat di depannya. Pagi itu hanya ada suara jam dinding yang berdetak, seakan waktu ikut menahan napas menyaksikan percakapan mereka.

“Aku cuma mau satu hal,” ucap Zergan pelan tapi tegas. “Buat aku bahagia. Buat aku tertawa.”

Nada bicaranya terdengar ringan, tapi ada beban yang jelas dalam suaranya. Setelah kecelakaan yang merenggut orang terkasihnya, hari-hari Zergan memang terasa kosong. Ia masih hidup, tapi tak benar-benar bernyawa. Satu-satunya alasan ia bertahan hanya karena Princess, putrinya yang mungil.

Juwita terdiam, menatap wajah pria itu dengan heran. Ia tidak menduga ucapan semacam itu keluar dari mulut seorang Zergan pria dingin yang selama ini selalu terlihat keras dan penuh gengsi.

“Cuma itu saja?” gumam Juwita pelan.

Zergan mengangguk mantap.

“Kalau bikin Tuan bahagia dan tertawa sih saya bisa.” Juwita tersenyum kecil, berusaha memberi keyakinan.

Namun, bukannya terharu, Zergan justru mendecak seakan meremehkan. “Aku tidak peduli bagaimana caranya. Asalkan kau bisa membuat hatiku senang.”

Ucapan itu membuat Juwita ikut berdiri. Ia menatap Zergan lekat-lekat. Untuk pertama kalinya, ia merasa tidak takut dengan tatapan dingin pria itu. Justru sebaliknya, ia merasa seperti sedang berbicara dengan seorang teman bukan majikan yang menuntut.

Dengan langkah pelan, Juwita membungkuk sedikit, mendekatkan wajahnya ke arah Zergan. Senyum jahil tersungging di bibirnya.

“Tuan,” ucapnya dengan nada menggoda. “Kalau nanti saya berhasil bikin Tuan bahagia, jangan baper ya sama saya.”

Kata-kata itu membuat suasana berubah. Zergan sempat terdiam, menatap mata Juwita dari jarak yang begitu dekat. Jantungnya berdetak tidak karuan. Entah kenapa, celetukan sederhana itu seakan mengusik perasaan yang sudah lama terkubur.

Namun, alih-alih terbawa suasana, Zergan justru mengangkat alis dan berkata dingin, “Urus dulu ingus di hidungmu itu, baru urus baper-baperan.”

Sekejap wajah Juwita memanas. Matanya membulat sempurna. “Ih! Apasih, Tuan! Kok malah liatin begituan.”

Zergan hanya menyeringai tipis, untuk pertama kalinya malam itu bibirnya terangkat dalam sebuah senyum kecil. Ia sendiri tidak sadar kalau dirinya baru saja benar-benar tertawa sesuatu yang sudah lama tidak ia lakukan.

Juwita buru-buru memalingkan wajahnya, menahan malu yang luar biasa. Tanpa menunggu lebih lama, ia langsung melangkah cepat keluar kamar. “Dasar Tuan ngeselin,” gumamnya pelan.

Ia berbelok ke kamar Princess terlebih dahulu, melihat tidak ada bayi mungil itu karena dititip dengan Marlina. Lalu matanya tertuju pada kaca kecil di samping ranjang. Ia mendekat, dan saat melihat pantulan wajahnya sendiri, Juwita nyaris menjerit.

“Oh my God!” bisiknya sambil menepuk jidat. “Astaga ingus beneran! Bikin malu kau, Wit!”

Pipinya memerah, ia menutupi wajah dengan kedua tangan. Rasanya ingin menenggelamkan diri ke bawah bantal. Tapi di sisi lain, ada secercah rasa hangat di hatinya. Malam ini, untuk kedua kalinya, ia berhasil membuat Zergan tersenyum.

Dan itu saja sudah cukup membuatnya bahagia.

Setelah memastikan wajahnya segar kembali dan membersihkan ingus yang tadi membuatnya malu setengah mati, Juwita menarik napas panjang. Ia tidak mau terlihat kacau di depan Marlina apalagi Princess. Dengan langkah pelan, ia turun ke ruang tamu.

“Nyonya, maaf ya merepotkan,” ujar Juwita sambil menunduk sopan ketika melihat Marlina sedang memangku Princess yang tertawa kecil digelitiki.

Marlina menoleh dan tersenyum hangat. “Jangan panggil nyonya lagi, panggil Mami aja nggak apa-apa.”

Juwita sempat kaget. “Eh iya, Mami.” Suaranya agak canggung. Ia masih segan, tapi mau bagaimana lagi kalau itu kehendak orang yang dituakan dalam rumah ini.

“Duduk sini, Wit. Biar kita ngobrol bareng,” ujar Marlina sambil menepuk sofa di sampingnya.

Dengan hati-hati Juwita duduk. Tangannya otomatis meraih Princess yang langsung meraih jari-jarinya, membuat senyum tipis terlukis di wajahnya. Bayi itu seakan jadi sumber kekuatan bagi Juwita.

“Jangan dipikirkan lagi masalahmu ya. Hari ini kita mulai dengan semangat baru,” kata Marlina lembut, tatapannya penuh kasih seperti seorang ibu kepada anaknya.

Juwita menunduk malu, matanya berkaca-kaca. “Iya, Mami. Bersyukur banget Juwita bisa kerja di sini. Rasanya kayak dapat majikan yang super baik, bahkan lebih dari keluarga sendiri.”

Belum sempat Marlina menjawab, suara langkah tegas terdengar dari arah tangga. Zergan turun dengan setelan jas rapi, wangi parfumnya samar tercium hingga ke ruang tamu. Tatapan matanya langsung menuju ke Princess yang sedang digendong Juwita. Ada kelembutan tersendiri setiap kali ia melihat putrinya.

“Mi, aku mau kerja dulu,” ujarnya sambil merapikan jam tangan. “Wit, jagain Princess baik-baik ya. Kalau ada apa-apa, langsung kabari aku.”

“Iya, Tuan,” jawab Juwita cepat, berusaha tegas meski jantungnya berdetak tidak karuan.

Marlina menyahut, “Nak, ini hari Sabtu, masih ke kantor juga?”

Zergan mengangguk. “Iya, Mi. Ada rapat mendadak untuk proyek di Bali. Nggak lama kok, sore juga selesai. Pulang cepat.” Ia mencium tangan Marlina sebentar, lalu melirik lagi ke Princess dengan senyum tipis. “Aku pergi dulu ya.”

Saat ia hendak melangkah keluar, Juwita tiba-tiba memberanikan diri. Hatinya deg-degan setengah mati. “Tuan,” panggilnya pelan.

Zergan berhenti, menoleh dengan kening sedikit berkerut. “Ya?”

Juwita menggenggam erat jari mungil Princess seolah mencari kekuatan. “Nanti malam jalan-jalan yuk. Ajak Princess sekalian. Malam mingguan gitu.”

Mendengar itu, Zergan terdiam sejenak. Matanya menatap Juwita, mencoba membaca maksud di balik ucapannya. Juwita menunduk cepat-cepat, wajahnya memerah. Ia takut salah bicara, takut Marlina salah paham.

Namun, bukannya menolak, bibir Zergan justru melengkung tipis. “Baiklah,” jawabnya singkat, lalu benar-benar melangkah pergi. Bahkan sebelum menutup pintu, samar-samar terlihat senyum kecil di wajahnya.

Juwita menunduk semakin dalam, wajahnya panas. Ia melirik Marlina dengan rasa malu bercampur takut. “Maaf, Mi bukan saya ingin merebut Tuan Zergan. Tapi, kami ada perjanjian,” ujarnya lirih, nyaris berbisik.

Marlina terdiam beberapa detik, lalu tersenyum kecil. Dalam hatinya, ia justru lega mendengar itu. Jika ada seseorang yang bisa membuat anaknya kembali tersenyum, maka ia tidak akan menentangnya. Bahkan jika itu berarti hati Zergan harus disentuh oleh Juwita.

“Perjanjian apa, Wit?” tanya Marlina dengan nada penasaran tapi lembut.

Juwita mengangkat wajahnya pelan, menatap Marlina penuh rasa segan. “Itu, Mi. Perjanjian ... membuat Tuan Zergan bahagia. Membuat dia tertawa lagi.”

Mata Marlina langsung berkaca-kaca. Ia memalingkan wajah sejenak, menyembunyikan perasaan yang tiba-tiba mengalir deras. Selama ini, ia sudah terlalu lama melihat anaknya terjebak dalam kesedihan sejak kecelakaan itu.

“Oh, bagus itu Wit,” katanya dengan suara bergetar. “Pokoknya, Mami pasti dukung. Jangan takut. Selama kamu bisa bikin dia bahagia, Mami ada di pihakmu.”

Juwita terdiam, hatinya seperti disiram air hangat. Ia tak menyangka Marlina akan semudah itu mendukungnya. “Makasih, Mi. Saya, saya nggak janji bisa selalu sempurna. Tapi saya akan coba sebaik mungkin.”

Marlina menepuk bahu Juwita pelan, lalu menatap cucunya yang tertawa di gendongan. “Lihat boneka Princess. Dia butuh ayahnya kembali tersenyum. Kalau kamu bisa jadi alasan senyumnya, berarti kamu bagian dari keluarga ini, Wit.”

Kalimat itu membuat dada Juwita bergetar hebat. Ia hanya mampu mengangguk, sementara matanya kembali basah oleh air mata haru.

Di luar sana, Zergan sudah melangkah ke mobil dengan pikiran yang penuh. Namun ada sesuatu yang berbeda di wajahnya. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, ia pergi kerja dengan membawa sebuah senyum kecil yang tulus.

1
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍😍
Zainab Ddi
🤣🤣🤣🤣emang enak Juwita ketahuan ngomongi xergan
Hesty
ka bikin desi diusir.. jgnada pelakorrrr...
Zainab Ddi
wah Juwita kelabakan nih mau dipecat 🤣🤣🤣
Zainab Ddi
sama author aku suka ceritanya lucu kadang bikin ketawa sendiri 💪🏻💪🏻💪🏻
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍🙏🏻
Zainab Ddi
wah xergan terima lg deh
Zainab Ddi
author makasih Uda update banyak ditunggu updatenya selalu untuk kelanjutannya 💪🏻😍🙏🏻
Zainab Ddi
🤣🤣🤣dasar Juwita
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍🙏🏻
Zainab Ddi
mami Malinau dan papinya bahagia melihat zergan
Zainab Ddi
author seneng banget update nya banyak🙏🏻🙏🏻😍😍😍💪🏻
Zainab Ddi
🤣🤣🤣dasar Juwita pake acara nyanyi lg gimana zergan ngak kerawa
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍🙏🏻
Zainab Ddi
wah Juwita lansung bertindak demi utang Uda dikubasin bikin Desi tambah iri nih
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍🙏🏻
Zainab Ddi
wah jangan Juwita disuruh jdi istrinya nih semoga ya
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍😍
callyouMaijoi: makasih ya udah setia menunggu ceritanya 🥰
total 1 replies
Zainab Ddi
kaysky Desi nih ngasih tahu def kolektor biar Juwita di usir Dedi kan iri
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍🙏🏻
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!