NovelToon NovelToon
Suami Ku Yang Relakan

Suami Ku Yang Relakan

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengantin Pengganti / Nikah Kontrak / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Dijodohkan Orang Tua / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: ScarletWrittes

Leon, pria yang ku cintai selama 7 tahun tega mengkhianati Yola demi sekertaris bernama Erlin, Yola merasa terpukul melihat tingkah laku suamiku, aku merasa betapa jahatnya suamiku padaku, sampai akhirnya ku memilih untuk mengiklaskan pernikahan kita, tetapi suamiku tidak ingin berpisah bagaimana pilihanku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ScarletWrittes, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 24

Leon merasa heran, mengapa dari dulu ia tidak mengenal Erlin, dan justru mengenal Yola yang tidak berguna untuk dirinya.

Seharusnya Leon bisa lebih cermat memilih pasangan, tetapi mengapa ia malah memilih Yola yang sama sekali tidak bermanfaat?

Walau nasi sudah menjadi bubur, apa boleh buat. Karena sekarang Leon juga sudah mencintai Yola, akan sulit baginya untuk bercerai dari perempuan itu.

“Aku mau aja sih bantuin kamu, tapi kalau kamu nggak keberatan.”

“Nggak usah lah, sayang. Aku kasihan sama kamu. Kan kamu lagi ngehamilin anak aku. Aku takutnya kamu jadi stres gara-gara aku nanti.”

“Aku sih nggak bakal stres. Kan aku bantuin papanya si bayi. Lagian, si bayi juga pasti senang kok kalau papanya dibantuin sama mamanya. Ya kan, Nak?”

Erlin sambil mengusap perutnya, dan Leon juga ingin mengusap perut Erlin. Entah kenapa, pergerakan hatinya tiba-tiba tertuju ke sana.

Erlin awalnya kaget melihat tingkah Leon. Ia tidak menyangka Leon akan melakukan hal tersebut.

Menurut Erlin, Leon adalah sosok pria yang sangat dingin, yang tidak akan menyukai anak kecil, bahkan benihnya sendiri.

Ternyata pemikiran Erlin selama ini benar-benar salah. Entah kenapa, ia makin mencintai Leon dan tidak mau Leon mendekati istrinya sendiri, Yola.

Setelah selesai mengusap perut Erlin, Leon mengeluarkan ponselnya dan menatap layar dengan lekat.

“Sayang, kamu lagi nungguin telepon siapa emangnya? Kamu lagi sibuk banget, ya? Kalau kamu sibuk, mending kamu pergi kerja aja. Aku jadi nggak enak udah gangguin kerjaan kamu. Aku juga udah cuti, gara-gara aku cuti, kamunya jadi handle sendiri deh. Maafin aku ya, sayang.”

“Nggak ada kok. Kerjaan aku udah selesai. Aku cuma lagi mikirin istri aku aja. Aku bingung, kenapa ya dia nggak pernah telepon aku duluan? Padahal aku berharap banget kalau dia teleponin aku, sebentar aja. Ternyata aku memang benar-benar tidak ada di hatinya.”

“Kalau kamu merasa dia benar-benar tidak mencintai kamu, kenapa kamu harus mempertahankan hubungan sama dia? Bukannya itu malah membuang-buang waktu?”

“Aku sendiri juga nggak tahu, Lin. Padahal aku sadar itu menyakitkan. Tapi entah kenapa, aku malah senang disakitin sama istri aku sendiri. Mungkin ini hukuman buat aku karena dulu aku tidak mencintainya.”

Erlin merasa ingin mual mendengar perkataan Leon tentang istrinya. Entah kenapa, ia merasa sebal ketika dirinya hanya dijadikan nomor dua.

Walau dijadikan nomor dua, Leon selalu mengutamakan Erlin. Entah kenapa, perasaan Leon seperti menyayangi keduanya, tetapi juga tidak bisa mengakhiri salah satunya.

Mungkin Leon adalah tipe pria yang ingin memiliki segalanya. Begitulah egoisnya sang pria.

“Bentar ya, sayang. Aku coba telepon istri aku dulu. Nanti kalau misalkan dia nggak angkat, paling aku pulang.”

“Kamu nginep di sini aja. Lagian, aku juga kangen sama kamu. Emang kamu nggak kangen sama aku? Kita udah satu minggu loh nggak ketemu.”

“Iya, aku juga kangen sama kamu. Tapi aku juga pengen kasih kepercayaan ke istri aku, biar dia nggak gugat cerai aku. Aku takut kalau digugat cerai.”

“Kenapa kamu harus takut dia gugat cerai? Bukannya harusnya kamu senang kalau digugat cerai?”

Leon bingung dengan perkataan Erlin. Entah kenapa, kata-kata itu sangat menyinggung perasaannya. Tapi, yang namanya bumil, pasti kata-katanya sensitif.

Maka dari itu, Leon mencoba memahami Erlin. Mungkin Erlin sedang butuh kasih sayang lebih, dibandingkan Yola.

Seharusnya Leon sadar, sebentar lagi ia akan menjadi ayah. Tetapi tetap saja, pandangannya selalu tertuju kepada Yola, bukan Erlin.

Walaupun istri sahnya tidak mencintainya, Leon tetap mencintai Yola. Baginya, mencintai istri sah lebih baik daripada selingkuhannya.

Namun Leon tidak berpikir begitu. Kalau bisa memiliki semuanya, mengapa harus mengakhiri salah satunya?

Ia mencoba menelepon Yola.

Namun, Yola tidak mengangkat. Entah kenapa, pikiran Leon menjadi negatif. Ia merasa Yola sedang bersama pria yang sangat dibencinya.

Akhirnya Leon memutuskan pulang, meninggalkan Erlin sendirian. Walau seorang bumil tidak seharusnya ditinggal sendiri, Leon tetap melakukannya. Baginya, usia kandungan Erlin masih kecil, jadi tidak apa-apa bila ia tinggalkan.

Sebenarnya Erlin sadar bahwa hubungannya dengan Leon adalah hal yang salah. Namun entah kenapa, Leon tidak bisa melepaskannya begitu saja.

Erlin pun merasa terbebani dengan perasaan Leon. Ia ingin hidup normal, tapi selalu mendapat fasilitas yang tidak terduga dari pria itu.

Haruskah Erlin menggugurkan bayi tersebut agar ia bisa memutus hubungannya dengan Leon? Ia ingin sekali meninggalkan Leon. Tapi, akankah Leon mengejarnya?

Setelah sampai di rumah, Leon langsung masuk ke kamar Yola tanpa mengetuk pintu.

Yola ternyata tidak ada. Leon merasa darahnya mendidih karena marah. Menurut pikirannya, perbuatan Yola semakin hari semakin tidak benar.

Padahal Leon sudah mencoba bersikap baik dan lunak, tapi entah kenapa Yola selalu membuatnya murka. Mungkin ini salah Leon juga, karena dulu ia tidak pernah peduli pada Yola.

Semenjak masa lalu Yola hadir kembali, sikapnya berubah. Awalnya Leon yakin Yola tidak akan berubah, karena dirinya adalah suami sah. Tapi ternyata, semua bisa berubah dengan hadirnya orang yang tidak diundang.

Tak lama, setelah Leon menelepon Yola sebanyak 30 kali, akhirnya perempuan itu pulang dengan mobil asing yang belum pernah Leon lihat.

Leon langsung menghampiri, tanpa berkata apa-apa, lalu menunjuk Yoto. Yola kaget melihat tingkah Leon yang begitu tiba-tiba.

Ingin rasanya Yola menampar Leon, tapi ia tidak punya keberanian. Menurutnya, tindakan Leon sudah sangat keterlaluan.

“Kamu itu kenapa sih? Gila ya? Aku baru pulang, dan kamu ngapain tonjok temen aku? Kamu itu gila ya!”

“Kamu bilang dia teman. Kalau memang teman, seharusnya kamu nggak sama dia terus setiap hari! Kamu tahu nggak gimana perasaan aku di rumah nungguin kamu? Kamu biasa aja sama aku. Bahkan, aku telepon aja kamu nggak jawab! Lihat tuh, udah berapa kali aku telepon!”

“Orang HP aku mati. Nggak aku cas. Emang salah aku juga kalau nggak cas? Lagian kamu juga nggak bisa nyalahin aku terus. Aku sibuk di luar. Kamu juga nggak bisa mikir aku tuh selalu berduaan sama Yoto!”

“Terserah kamu mau bicara apa. Tapi aku tahu kamu lagi bohong. Nggak apa-apa kamu bohong. Yang penting, kamu tahu aku sayang sama kamu.”

Yoto yang mendengar itu merasa jijik. Apa yang dikatakan Leon tidak sesuai dengan apa yang diperbuat Yola. Walau Yola belum sadar sekarang, mungkin suatu hari nanti ia akan tahu.

Yola tidak mau berdebat lagi. Ia mendorong Leon menjauh, lalu masuk ke rumah.

Sedangkan Yoto mendekati Leon.

“Gue kasih tahu lu ya. Jangan pernah lu kasar sama wanita gue, dan jangan sok-sokan bilang sayang sama dia. Gue tahu lu nggak pernah sayang sama dia. Dan asal lu tahu, lu itu pura-pura sayang. Jangan pikir gue nggak bisa baca semua itu.”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!