Perjalanan hidup Gaman julang yang tidak pernah tuntas menyelesaikan pendidikan di sekolah maupun di pesantren.
Ia tidak bisa mengimbangi waktu dengan hobinya bermain musik,sehingga sekolahnya terbengkalai.
meski demikian, dia seorang yang cerdas.
Hingga suatu ketika dia harus bergelut dengan problematika hidup dan beban moral menghadapi gunjingan keluarga dan tetangga.
Semua sepupunya terbilang telah hidup sukses dan sudah punya keluarga sendiri,tinggal ia seorang yang masa depannya tak tentu arah.
Ditengah kehidupannya yang relatif carut marut secara ekonomi ,dia jatuh cinta dengan putri seorang Kyai besar pengasuh pondok pesantren.
Tantangan terberatnya harus bersaing dengan dua orang lain yang juga ingin melamar putri sang Kyai.
Mereka berdua mapan secara ekonomi dan punya gelar akademik S2 lulusan Universitas Al-azhar Kairo,Mesir.
Upaya apa yang akan dilakukan Jul untuk menghadapi tantangan tersebut demi menaklukkan hati sang Kyai agar menerima ia sebagai menantu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bungdadan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
GODAAN SESAAT
Rahma, namamu bermakna kasih sayang. Aku yakin kamu orangnya juga penyayang.
Ku puji dia, perlahan tapi pasti rayuan demi rayuan tipis - tipis mengalir membentuk gelombang alami di setiap kata yang ku rangkai.
Kopi hitam temani penantian pagiku ,bukan hanya itu, tapi plus bonus si manis Rahma.
Misi berlanjut....
"Mbak Rahma ? tadi naik kereta Kahuripan dari Kediri ? "
"Iya mas Jul, kalo mas Jul dari mana ?
"Aku juga dari Kediri mbak."
"Mas jul kok pinter bahasa arab si ? mas Jul kuliah juga di Kediri ?." ; Rahma mulai penasaran.
Batinku meremehkan pujiannya ; " Weleh weleh...cuma kaya gitu doang mah anak - anak bayi bocil - bocil di pondok ku juga bisa. Kesempatan makin terbuka lebar ini...."
"Enggak mbak ,aku ngga kuliah ,aku nyantri di kediri ."
"Aku seneng banget bisa kenal mas Jul di sini."
Rahma mulai terbawa arus....
"Aku mau nanya satu lagi mas ! itu tadi tiga milyar kok bukan tsalaasatu milyaaron , sama tadi yang ribuan kok bukan pake alfan ? itu gimana mas ? "
Rahma sangat antusisas, sepertinya dia mahasiswi rajin dan serius dalam belajar.
Sedikit aku jelaskan padanya tentang kaidah 'adad ma'dud, tentang bilangan ,lalu ku jawab pertanyaannya.
"Bahasa arab itu unik, angka satuan 3 sampai 9 , 3 ribu sampai 9 ribu, 3 juta sampai 9 juta , 3 milyar sampai 9 milyar , 3 trilyun samapai 9 trilyun itu ma'dud nya yakni yang terbilang itu menggunakan jama' ,masalah i'robnya nanti tergantung posisi , mudzakar dan muannas nya nanti juga menyesuaikan tergantung 'adad nya .Kemudian ma'dudnya menggunakan yang berlawanan dengan 'adad diambil dari akar kata mufrodnya."
Aku bergaya seperti dosen yang sedang mengajari mahasiswinya.
"Kalau mbak Rahma sudah menguasai rumusnya, nanti mau nyebut sampai berapa trilyun pun gampang."
"Aduh aku pusing mas jul....,materi mata kuliahku belum nyampe situ kayaknya."
Rahma mulai terpikat pesona pria cerdas sejuta kharisma.
"Masya Allah...,mas jul kok pinter banget sih? sumpah aku beruntung banget bisa kenal mas jul."
Batinku kembali meremehkan ; " halaah....halah... cuma gitu doang dibilang pinter. Emang dasar gue berkharisma kali yee....ahihihi...."
Lanjut biodata broo.....
"Mbak Rahma aslinya dari mana ?."
"Aku deket sini kok mas, paling 30 menit dari sini. Ini lagi nunggu jemputan papaku paling nunggu subuh, soalnya tadi di telfon katanya bensin mobilnya abis...,rumahku agak jauh dari pom, paling beli eceran nunggu yang jual pada bangun."
"Owalah wong Kroya jebule , sama - sama ngapak kita dong ?."
Rahma tersipu malu...
"He he...iya nyong wong Kroya mas...njenengan tiyang pundi?."
"Aku wong Purbalingga, aku juga lagi nunggu pagi ,nanti naik bis turun di Sokaraja, di sana aku dijemput saudaraku."
Perbincangan kami mulai renyah serenyah rempeyek gorengan mbok Yem.
Di tengah obrolan, tiba - tiba....
"Tilululu lilululilit "; terdengar bunyi ringtone khas Nokia 3315.
Rupanya Hp Rahma yang berbunyi di dalam tas. Dengan cepat dia bergegas mengangkat telfon.
"Ngapain jam segini telfon ? Udah ya ! kan aku udah bilang, kamu jangan hubungi aku lagi ! hubungan kita udah selesai ! capek tau ! Jangan ganggu aku ! aku lagi sama pacarku ! jangan sampai dia marah ! ."
Mau tidak mau, aku jadi mendengar Rahma berbicara di telephone. Sepertinya suara cowok.
Feeling ku mengatakan dia sedang berantem sama pacarnya.
Yang membuatku heran, kenapa Rahma bilang sedang sama pacarnya ? Sedangkan di sini cuma ada aku. Berarti aku dianggap pacarnya dong ?.
Dinamika apa gerangan ini ? yang tengah mewarnai perjalananku. Kenapa Rahma tidak matikan saja telfonnya ? Katanya suruh jangan diganggu kok malah berantem lama di telfon.
Terjadi dengan spontan....
Rahma memberikan HP nya kepadaku, seraya berisyarat agar aku membantunya.
Aku diminta berbicara dengan orang yang ada di telfon itu.
Tentu saja aku bingung, ini mesti ngomong apaan ? orang nggak tau menau ,siapa dia ? masalahnya apa ? ada - ada saja kelakuan ukhty kampus.
Aku ngomong sekonyong - konyong saja, bodo amat ,tiba - tiba disuruh ngomong dengan orang nggak jelas.
Serangan psikis langsung ku lancarkan untuk menggempur mental cowok yang ada di telfon itu.
"Rahma lagi sama gue sekarang ! Heh Lu jangan macem - macem lu ya !!! sekali lagi lu gangguin cewe gue ,habis lu !!! Lu dimana sekarang ??? Gue samperin lu !!! Gue habisi lu."
Cowok yang di telfon itu ciut seketika mendengar suaraku yang menggelegar bak malaikat Munkar Nakir yang sedang mengintrogasi arwah durhaka.
"Enggak mas, saya minta maaf ,saya cuma mau jelasin kejadian kemarin ,bahwa itu cuma salah paham. Kalau emang Rahma udah jadi pacar mas ya udah ,saya pamit mas ."
Cowok itu mematikan telfon. Aku berikan kembali Hp Rahma.
"Kamu apa paan si ! main ngasih telfon aja ! jadi aku dianggep pacar nih ?."
Pipinya memerah plus senyum - senyum memandangku.
"Hi hi...makasih mas Jul, untung ada kamu, kamu udah dua kali nolongin aku. Tadi udah ngajarin aku, sekarang udah nge bebasin aku dari buaya darat hi hi...sekali lagi makasih lho..."
Aku langsung membetulkan kerah baju dan dehem - dehem karena tersanjung atas pujian si manis Rahma.
"Itu jawab dulu tadi...! jadi, aku dianggep pacar nih ?."
Pipinya makin memerah saja...
"Yaaaa...ya...hi hi...ya nggak tau..." ; senyum manisnya tak mau berhenti.
Intermezzo sejenak ,aku hendak menyalakan rokok. Pas ku lihat bungkusnya ,seketika terlihat bayang wajah Pak Hanan , mas Ahmad dan guru - guruku.
Lalu aku....
Teringat akan nasihat dari mas Ahmad tentang ilmu yang bermanfaat waktu pertama kali datang ke pondok.
"Ilmu yang bermanfaat bukan untuk terlihat pintar , ilmu yang bermanfaat itu membuat pemiliknya takut terhadap Tuhannya."
Teringat akan nasihat pak Hanan tentang godaan dan cobaan yang akan ku alami, yakni godaan perempuan, pergaulan, harta, tahta yang mendorongku untuk menggenggam hasrat duniawi.
Air mata tak bisa ku bendung memgingatnya. hingga tetesannya mengenai bungkus rokok yang ku pegang.
Air mataku mengalir, namun bibirku tak bersuara.
Beginilah diriku, masih saja belum bisa mengendalikan sifat brekele ku. Selalu saja tak tahan melihat peluang empuk, namun hakikatnya peluang ngajak ke jurang.
Waktu menunjukkan pukul 03 : 30 menjelang subuh. Aku putuskan untuk cari mushola saja ,lanjutin nunggu di sana.
Lebih baik cabut dari warung ini daripada semakin terlarut kepincut si manis Rahma.
Ku panggil ibu warung untuk membayar kopi ; bu...bu ,pinten sedanten ? Kopi satu ,mendoan lima ,sekalian kopi susu punya mbak ini ?."
Ibu warung keluar, jarinya senam di atas kalkulator ; " semua 27 ribu mas !."
Habis bayar, ku gendong tas dan berpamitan dengan Rahma ; " Aku duluan nggih mbak Rahma...,kopi susunya udah ku bayar tadi, tapi pisang gorengnya bayar sendiri ya ?."
Rahma kebingungan aku mendadak akan pergi.
"Lho ...mau kemana mas ? makasih udah dibayarin."
Kala diriku mulai melangkah pergi....
"Tunggu ...tunggu mas Jul...,aku boleh minta nomer Hp njenengan nggak ?."
Aku berbalik badan menatapnya ; " Aku ngga punya Hp mbak...,assalaamu 'alaikum."
Langsung ku langkahkan kaki pergi dari tempat itu.
"Yaaaah....kok pergi sih...."; rahma ikut berdiri seakan tak rela ku tinggalkan di warung.
Dia seolah - olah ingin mengejarku .Dia ikut keluar warung maju mundur berulang - ulang dengan wajah bimbang.