Jejak Cinta Dari Berlin Ke Christchurch

"Aku sangat bersyukur Tuhan mempertemukan kita, kamu selalu ada untuk ku, menguatkan ku, aku tidak yakin bisa melewati ini semua tanpa mu " ucap Nadya tulus, tinggal beberapa hari lagi ia harus pergi meninggalkan New Zealand, semakin mendekati hari semakin membuat hati nya resah, cemas memikirkan bahwa ia tidak akan melihat Sam lagi. Lelaki itu yang selalu menemani nya bahkan di saat masa tersulit dalam hidup nya. 

Sam menyadari itu, ia pun tidak ingin jauh dari Nadya, ia ingat betul bahkan saat gadis itu meninggalkan nya selama beberapa minggu saja sudah membuat hidup nya hampa.

"Nad Aku mencintai mu, aku ingin selalu bersama mu, aku tidak ingin kamu pergi meninggalkan ku lagi. Maka ku mohon menikah lah dengan ku"

Deg... jantung Nadya langsung berdegup tak karuan. 

"A, apa kamu yakin Sam?"

"Tentu saja, aku bahkan belum pernah seyakin ini dalam hidup ku.

Nadya menatap dalam pada netra biru Sam, dia tidak melihat keraguan sedikit pun di mata Sam. Ada rasa haru, bahagia serta cinta yang dalam di hati Nadya pada Sam, semakin hari dia pun menyadari bahwa dia membutuhkan Sam karena ia mencintai pria itu.

Sam yang selalu menemani nya bahkan di saat masa tersulit dalam hidup nya.

"Jadi bagaimana?" Tanya Sam yang membuyarkan pikiran Nadya, karena gadis itu sempat lama terdiam. lidahnya terasa kelu tapi kebahagiaan menjalar ke seluruh tubuhnya.

"A... Aku juga mencintai mu Sam" Nadya terharu, tak terasa ia menitikkan air matanya. Nadya pun menganggukkan wajahnya yang menunjukkan bahwa ia menerima lamaran Sam, yang kemudian Sam langsung memeluk erat Nadya dan mencium kening nya.

__________

Satu bulan setelah lamaran Sam, Nadya dan Sam akhir nya menikah di Jakarta. 

Beasiswa yang Nadya dapat dari New Zealand tetap mengharuskan nya untuk pulang ke Indonesia karena penerima beasiswa biasanya diharapkan untuk berkontribusi di Indonesia selama minimal dua tahun setelah menyelesaikan study mereka. 

Pernikahan itu di lakukan secara sederhana, karena memang Nadya pun sudah tidak memiliki keluarga, hanya di hadiri oleh paman dan bibi nya dari pihak almarhum ayah dan beberapa teman dekat nya, hadir pula Aileen dan keluarga nya serta Albert pacar Aileen. Sementara dari pihak Sam hanya Charlie yang datang, ibu nya Sam yang berada di Jerman tidak bisa menghadiri acara pernikahan nya, tapi Sam berencana akan pergi ke Berlin mengajak Nadya untuk di perkenalkan oleh ibu nya. 

Pernikahan yang hanya mengundang sekitar lima puluh orang tamu saja itu di lakukan secara simple tapi khidmat. Nadya mengenakan kebaya putih panjang yang pas di tubuh nya, dengan make up flawless serta rambut panjang yang di cepol dan menyisakan beberapa helai rambut di dekat telinga nya. 

Sam yang melihat Nadya saat itu di buat pangling, karena selama ini Nadya memang tidak pernah merias wajah nya sedemikian rupa.

"Cantik" gumam nya dalam hati.

Nadya datang menghampiri Sam, lelaki itu terlihat sangat tampan dengan setelan jas hitam dan kemeja putih, netra biru lelaki itu menatap lekat Nadya sambil tersenyum melihat gadis pujaan nya yang kemudian duduk di sebelah nya. 

meskipun terlihat sedikit gugup dan setelah di nyatakan syah menikah, Sam bisa bernapas lega, akhir nya Nadya resmi menjadi istri nya. 

Tanpa terasa Nadya menitikkan air mata nya, ia teringat akan ibu dan adik nya yang sudah meninggal, ahh seandai nya mereka masih ada. Tapi, bagaimana pun ia sudah merelakan kepergian mereka. Dan saat ini, ia sudah tidak merasa sendiri lagi.

Nadya langsung cepat menghapus air mata nya, Sam yang sempat melihat moment tersebut langsung merangkul Nadya dan kemudian mengusap punggung gadis itu seolah mengatakan bahwa semua nya akan baik-baik saja. 

Setelah acara pernikahan selesai, dan memasuki kamar hotel. Nadya langsung buru- buru mengganti kebaya nya dengan piyama, walaupun tidak merayakan pernikahan nya secara besar - besaran, tapi tetap saja melelahkan karena harus tersenyum sepanjang hari pada semua orang. 

Sam yang sudah mengganti pakaian dan dengan hanya menggunakan celana pendek duduk di tepi ranjang sambil memainkan handphone nya, Nadya yang keluar dari kamar mandi dan melihat tubuh kekar suami nya hanya bengong dan jadi malu sendiri.

"Ih kenapa gak pake baju sih?"

"Jakarta is so hot Nad"

Nadya paham betul, memang untuk bule seperti Sam, cuaca di Jakarta pasti sangat panas, karena di New Zealand bahkan Jerman tempat Sam dulu tinggal memiliki empat musim yang walaupun pada saat musim panas cuaca di sana tidak sepanas di Jakarta. 

"Tapi kan" Nadya memalingkan wajah nya yang memerah, Sam tahu gadis itu pasti masih malu dan kemudian menghampiri istri nya dan duduk di ranjang.

"Tapi apa? Aku kan sekarang sudah jadi suami mu" ucap Sam sambil mendekatkan wajah nya pada wajah istri nya yang membuat wajah Nadya semakin memerah, jantung nya hampir saja copot, buru buru ia menundukan wajah nya. 

Sam mengangkat dagu istri nya, dan kemudian mencium Nadya lembut, tapi kemudian ciuman itu semakin intens, semakin dalam. 

"Sam" ucap Nadya setelah sam menghentikan ciuman nya, berusaha menghirup oksigen.

"Sudah nikmati saja Nad" 

Sam tahu ini pertama kali nya untuk Nadya, selama ini ia tidak pernah menyentuh Nadya, ia paham dan menghormati budaya di Indonesia dan karakter Nadya yang memang tidak mau berhubungan Sex sebelum menikah. Selama ini Sam memendam hasrat nya, mengesampingkan ego nya pada Nadya karena ia mencintai nya. 

Tapi sekarang mereka sudah menikah, dan napsu nya sudah sampai ke ubun - ubun. Ia tidak boleh berhenti.

"Relax Nad, aku akan lakukan dengan lembut ya" ucap Sam sambil mengerlingkan mata nya.

Nadya hanya mengangguk pasrah dengan ulah suami nya.