"Mulai malam ini kamu milikku, aku suka 45imu yang manis itu." ujar Kael sambil tersenyum miring.
"Hey kamu bilang anakmu tapi ini apa? Kau berbohong padaku om jelek!" jawab Vanya dengan raut wajah kesalnya.
"Sssttt! diam dan jangan banyak bicara, elus kepalaku!" titah Kael mengusap lembut pipi gemoy Vanya.
>>Mau tau kelanjutannya? simak terus dan jangan skip bab, karna di setiap bab ada kejutannya💥
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lirien, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Vanya Kabur
Tentu saja langsung malu bukan main, sungguh tak bisa dia di posisi ini kali ini. Kael yang paham pun dengan cepat langsung menggendong kekasihnya itu keluar dari ruang meeting.
Sampai di ruangan CEO-nya, Vanya langsung menendang tulang kering Kael.
"Aaargh sakit...!" pekik Kael sambil mengusap kakinya.
"Sukurin, siapa suruh bikin aku malu, kamu tuh ya harusnya punya sopan santun dong." omel Vanya.
"Bodoamat, aku gak peduli. Apapun yang buat aku senang akan aku lakukan semuanya termasuk hal gila sekalipun." sahut Kael dengan nada tegasnya.
Tentu saja Vanya yang kesal ingin menenangkan diri, ia akan keluar dari ruangan itu. Dengan cepat Kael menarik lengannya.
BRUK!
"Auhhh sakit...!" keluh Vanya karena dua squisy kembarnya ke gencet.
Kael langsung menaikkan kedua tangannya, "Aku cuma narik pelan loh, sayang, kok bisa sakit." ujar Kael dengan penuh penyesalan.
"Enggak sakit kok sebenarnya, bye bye jelek...!" celetuk Vanya dan langsung lari keluar dari ruangan Kael.
Kedua mata Kael membulat tajam, "JANGAN BUAT AKU MARAH, KEMBALI VANYA LARAYSA....!!" teriak Kael dengan kerasnya.
"Gak peduli, jangan cari aku lagi. Hubungan kita sampai di sini. Bye bye om-om jelek...!" pekik Vanya juga.
Tentu saja teriakan mereka berdua menggemparkan suasana kantor yang sunyi itu, banyak anak buah Kael yang keluar sambil menatap drama yang terjadi ini.
Bahkan dari mereka kaum wanita menyoraki Vanya, kawan Vanya meninggalkan berlian begitu saja.
"VANYA LARAYSA KEMBALI....!" teriak Kael dengan kerasnya.
"SATPAM TARIK LENGAN CALON ISTRIKU ITU JANGAN BIARKAN DIA KABUR....!" teriak Kael sambil berlari mengejar Vanya.
Vanya tak kehilangan akal, dengan cepat ia langsung melepas high heels satunya, dengan kaki satunya ia pakai untuk menendang aset satpam itu.
BUGH!
"AARGHH NYONYA PUNYA SAYA PATAH....!!" teriak satpam bernama Jordi itu berteriak dan mengerang kesakitan dengan kerasnya.
"Maafin Vanya ya pak, tapi hidup bebas Vanya lebih penting!" ujar Vanya.
High heels satunya langsung Vanya lempar ke arah wajah tampan Kael yang masih mengejarnya, tak sempat menghindar lemparan itu mengenai sudut bibirnya.
"Ouh shit! Sialan! VANYA LARAYSA ATAU KU TEMBAK KEPALAMU!!" gertak Kael sambil mengusap darah segar yang keluar dari sudut bibirnya.
Sungguh kesabarannya yang hanya setipis itu diuji sama bocil kematian satu ini.
"BODOAMAT AKU GAK PEDULI, SELAMAT TINGGAL, SETELAH INI KITA GAK AKAN KETEMU PERNAH LAGI....!!" teriak Vanya dengan kerasnya tanpa ada rasa takut sedikitpun.
Meskipun tangan kiri Kael mengacungkan pistol ke arah dirinya, Vanya dengan tanpa melihat arah lagi langsung masuk kerumunan banyak orang, ia menyetop taksi dan langsung pergi dari depan kantor Kael.
BRAK!
PYARR....!!
"BRENGSEK, VANYA LARAYSA KAMU KE MANA SAYANG. KU PASTIKAN SETELAH KITA BERTEMU NANTI TAK ADA CELAH LAGI UNTUK KAMU PERGI DARIKU....!" teriak Kael dengan kerasnya.
Sungguh emosinya di atas ubun-ubun sekarang, ia masuk ke dalam mobilnya meninggalkan pekerjaannya yang masih banyak itu.
"Portal semua taksi yang ada di daerah sini, dan temukan Vanya laraysa Montgomery calon istriku. Tapi jangan sekali-kali kalian berani menyentuhnya!" ujar Kael dengan tegas sambil menekan earphone kecil di telinga kirinya itu.
"Sialan, tak akan ku biarkan kamu pergi gitu aja, kamu hanya milikku dan ada orang pun yang berhak miliki kamu kecuali aku Vanya laraysa Montgomery." ujar Kael sambil mencengkeram erat stir mobilnya.
Jalanan siang ini yang para membuatnya marah besar. "MINGGIR BODOH!" teriak Kael sambil mengacungkan pistolnya.
Sungguh Kael tak main-main kalau soal calon istrinya ini, sialnya ia masih tak menyangka kalau Vanya akan seberani itu kabur darinya.
Kini Vanya sudah sampai di pelabuhan, hanya ini satu-satunya cara untuk pergi dari Sini, dia akan pergi ke pulau terpencil di Indonesia ini.
"Sorry tapi hidup gue lebih berharga."
ujar Vanya sambil tersenyum miring.
"Soal sekolah, gue akan pindah dari sana meskipun harus ngulang satu tahun lagi gak papa, daripada harus hidup sama Kael, cowok gila pemaksa dan tentunya bukan tipe gue." ujarnya sambil terkekeh sinis.
Ya asal kalian semua tau Vanya memiliki tipe suami sendiri, yang jelas dia seorang ketua Mafia yang dulu pernah menolongnya dari kejaran musuh papanya.
"Al, aku masih ingat sama kamu. Kembali padaku, aku....aku gak bisa lupain semua itu." ujarnya sambil mengusap air matanya.
Vanya benci saat Kael memanggilnya dengan sebutan sayang waktu kecil dulu.
"Sial jangan pikirin yang enggak-enggak dulu Van, yang harus lo pikirin sekarang gimana caranya bisa hidup bebas lagi tanpa harus main petak umpet sama Kael." makinya pada dirinya sendiri.
"Nona perlu tiket kalau mau masuk kapal ini," ujar penjaga itu.
Beda halnya dengan Vanya, ia menampilkan wajah dinginnya, namun itu malah terlihat imut sama beberapa penjaga di sana.
"Aku gak ada tiket, aku bayar aja dua kali lipat dari harga tiket itu, gimana?" tawar Vanya.
Karena kecantikan Vanya membius mereka semua, mereka langsung mengizinkan Vanya tanpa membayar sepeserpun.
Vanya langsung mencari tempat yang sendiri dan sunyi, sungguh seluruh tubuhnya masih bergetar hebat.
"Akhirnya gue bisa lolos juga. Ayo dong cepet jalan kapal, gue gak mau kalau sampai Kael tau gue di sini dan nyusul gue, Tuhan tolong kali ini aja bantu gue," ujar Vanya sambil menatap langit yang mulai mendung.
Sungguh hatinya belum tenang kalau ia belum keluar dari sini, takutnya anak buah Kael yang banyak itu melihat dirinya di sini.
"Sial, asi gue rembes...."
Kael menghentikan langkahnya sejenak, menghela napas panjang sambil menatap tiga kapal yang bersandar di dermaga pelabuhan. Daryl, yang berdiri di sampingnya, menyodorkan beberapa foto yang diambil dari kamera pengawas.
"Lihat, ada kemungkinan Vanya naik salah satu dari kapal ini," ujarnya sambil menunjuk ke arah kapal yang menuju Kalimantan, Lampung, dan Bali.
Dengan tatapan yang serius, Kael memeriksa setiap foto dengan cermat, mencari tahu di mana kekasihnya itu bisa berada. Setiap detik terasa begitu berharga, dan ketidakpastian menambah berat beban di pundaknya.
"Gue harus ke sana cepat, Dar, gue gak bisa kehilangan Vanya," kata Kael dengan suara yang terdengar putus asa.
Mereka berdua berlari menuju kapal pertama yang akan berangkat ke Kalimantan. Sambil berlari, Kael terus mengacak-acak rambutnya yang sudah berantakan, tanda ketidaktenangan hatinya.
"Jangan buat aku gila, Vanya," gumamnya dalam hati.
Sesampainya di kapal, Kael dan Daryl memisahkan diri untuk mencari lebih cepat.
Kael memeriksa setiap sudut kapal, memanggil-manggil nama Vanya, namun tak ada jawaban.
Frustrasi, dia mengepalkan tangannya kuat-kuat, merasakan kehilangan yang begitu nyata.
Setelah kapal pertama, mereka bergegas ke kapal kedua yang menuju Lampung. Kali ini, Kael merasa ada harapan ketika seorang penumpang mengatakan bahwa dia melihat seorang wanita yang mirip dengan deskripsi Vanya.
Namun, setelah pencarian yang intens, harapan itu kembali sirna. Vanya tidak ada di sana.
Langit mulai menggelap saat mereka mencapai kapal ketiga. Keputusasaan mulai menyelimuti Kael. Daryl memegang bahu Kael, mencoba memberikan dukungan.
"Kita masih punya satu kesempatan lagi, Kael. Jangan menyerah sekarang," ujarnya.
Dengan langkah yang berat, Kael memasuki kapal terakhir yang menuju Bali.
Matanya yang sembab terus memindai area, mencari wajah yang sudah begitu ia kenal.
Dan tiba-tiba, di sudut gelap dekat salah satu kabin, dia melihat sosok yang akrab. Jantungnya berdegup kencang saat dia mendekati sosok tersebut.
"Vanya!" seru Kael, suaranya penuh dengan campuran lega dan cemas. Wanita itu tak menoleh, ia tak menoleh sama sekali.
Saat mereka bertatap, segala emosi meledak. Kael mendekap Vanya, merasakan kehangatan tubuhnya, takut untuk melepaskan lagi.
"Jangan tinggalkan aku, ayo pulang Vanya sayang," bisiknya dengan suara yang bergetar.
Wanita yang dipeluk Kael tentu saja langsung kegirangan. Sungguh ia seperti mendapat rejeki nomplok.
Tadi ia bertemu dengan gadis yang mau tukar pakaian dengannya, dan sekarang ia dipeluk lelaki tampan yang ia idamkan selama ini.
Malam itu, di atas kapal yang menuju Bali, Kael dan wanita yang dianggap Vanya tadi saling berpelukan dan berjanji untuk tidak melepaskan lagi.
Cinta yang sempat terombang-ambing, kini semakin kokoh, siap menghadapi badai apapun yang mungkin datang.
"WHAT THE HELL KAU BUKAN VANYA, DI MANA VANYA BITCH!" marah Kael sambil mencekik perempuan yang ia kira Vanya tadi.
"Aaargh uhuk...uhuk....sakit...lepas...Vanya siapa aku tidak tau hikss hikss lepas aku gak bisa bernafas...sshhhhh..." ujar perempuan itu dengan terbata-bata, wajahnya sudah pucat karena tak dapat pasokan udara yang mumpuni.
Kael langsung membenturkan beberapa kali kepala perempuan itu, "Kau akan mati di tanganku sialan. Cepat katakan di mana Vanya, baju yang kau pakai ini adalah baju Vanya laraysa Montgomery calon istriku!" ujar Kael dengan raut wajah marahnya.
Orang-orang di sana yang ketakutan langsung menjauh, bahkan tak ada yang berani menghentikan keributan ini. Karena Kael memang terkenal kejam dan sadis.
"Aku tak tau uhuk...uhukk...." jawabnya.
"Kau memang ingin mati ya, baiklah kalau begitu akan ku kabulkan." ujar Kael sambil tersenyum miring.
KK, percepat dong semua masalah atau musuh apalah itu yang buat arghhhh itu nggak bahagia keluarga Vania dan KL pengen banget nengok orang itu bahagia tanpa beban tapi ya walaupun cuma bisa baca aja aku nengoknya hihi 😭😭
sumpah suka banget sama karakter Vanyany. cewek badassss abisss🔥🔥🔥