NovelToon NovelToon
KAKEK PEMUAS

KAKEK PEMUAS

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Dikelilingi wanita cantik
Popularitas:9.3k
Nilai: 5
Nama Author: Putri muda

seorang kakek yang awalnya di hina, namun mendapat kesaktian

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri muda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

28

:

Setelah turun dari angkot, Hera langsung melangkah memasuki supermarket, terbesar yang ada di kota banjar negara.

Juga kakek Surya, dengan langkah yang sedikit ragu dia mengikuti di belakang Hera.

Namun, saat menaiki eskalator untuk menuju lantai atas di mana toko pakaian berada, Hera tak menyadari, kalau Kakek Surya cuma diam, tak bergeming, sambil melihat terus ke arah eskalator, sebab dia yang belum pernah menaiki eskalator sebelumnya.

Diam terpaku di tempat, dengan matanya membelalak karena ragu, untuk mengikuti Hera.

Ketika perjalanan Hera di eskalator sudah setengah jalan, dia melihat berbalik, dan terkejut menemukan kakek Surya masih berdiri di tempat semula, dengan tatapan mata sang kakek terpaku pada mekanisme yang bergerak itu. Senyum kecil terukir di wajah Hera melihat, kecemasan yang tidak biasa dari sang kakek.

Setelah sampai di lantai atas, dengan segera Hera bergegas kembali ke bawah untuk menemui kakek Surya.

"Ada apa Pak, kenapa diam saja di sini?" tanya Hera dengan lembut, berusaha meredakan ketegangan yang ada.

"Maaf Neng, Bapak... Bapak takut, tidak berani mencoba sesuatu yang asing seperti ini. Bagaimana kalau Bapak jatuh?" respons kakek Surya, suaranya bergetar, dipenuhi keraguan.

Hera tersenyum dengan penuh pengertian. Lalu dia menggenggam tangan kakek Surya yang dingin,

"Mari Pak, biar saya tunjukkan caranya. Bapak ikuti saja dan jangan gugup. Cuma, jangan sampai kaki Bapak menyentuh garis kuning ini," ujar Hera memberi tahu, lalu Hera menggiring kakek Surya perlahan menaiki eskalator yang sebelumnya terasa menakutkan bagi sang kakek.

Kakek Surya hanya bisa tersenyum getir mendengar nasehat dari Hera.

"Ayo Pak, ikuti langkah saya," ucap Hera sambil menarik lembut tangan kakek Surya, memandunya melangkah.

Langkah kakek sedikit terhuyun, ditarik tiba-tiba begitu, namun Hera cukup sigap memegangi, menjaga kestabilan tubuh orang tua ini.

"Jangan khawatir Pak. Diam saja, kita hampir sampai di atas," bisik Hera, suaranya penuh dengan kelembutan.

Sesampainya di atas, kakek lalu menarik napas dalam. Raut wajahnya memucat saat mereka sudah sampai di toko pakaian, seakan memori masa lalu menyergap pikirannya.

"Ayo Pak, kita belanja di sini, memang apa yang ingin Bapak beli? Bilang saja, biar saya yang bayarin," ucap Hera, sambil berkata senyum yang menghangatkan. Namun, sang kakek tak bergeming,

"Tidak usah Neng. Neng saja yang belanja, Bapak cukup menemani saja." Ucap kakek Surya, dengan suara sedikit serak, penuh penolakan secara lembut.

Tetapi, Hera tak mudah menyerah. Dengan penuh kegigihan, ia mengambilkan celana panjang dan sebuah kemeja, dia berusaha meyakinkan kakek Surya untuk menerima pemberiannya.

Perjuangan Hera membuat beberapa pengunjung di swalayan itu menoleh, ada yang tersenyum melihat keakraban antara cucu dan kakek tersebut. Namun di balik senyum tersebut, tersirat sebuah keharuan yang mendalam, menyaksikan cinta dan perhatian Hera yang tak kenal lelah terhadap kakek Surya, meskipun sang kakek berulang kali menolak dengan halus, Hera terus memaksa dengan penuh cinta. Mereka semua mengira, kalau mereka pasangan seorang kakek dengan cucunya.

"Coba pakaian ini pak, apakah pas atau tidak, di sana itu ruang ganti, bapak masuk ke dalam sana," ujar Hera seraya menunjuk ke arah ruang ganti, dengan penutup sebuah kain saja. Namun, kakek Surya tampak ragu-ragu.

"Tidak perlu khawatir, Pak. Saya akan menemani bapak dan menunggu di luar," respons Hera dengan lembut sambil menarik sedikit tangan kakek Surya menuju ke ruang ganti itu.

Setelah beberapa saat, kakek Surya keluar dari ruang ganti dengan mengenakan celana dan baju yang telah dipilihkan oleh Hera, terlihat cukup pas di tubuhnya.

"Gimana Pak? Apakah cocok?" tanya Hera dengan senyum mengembang.

"Ya, pas sekali, Neng." Jawabnya.

“Baik, sekarang bapak tunggu di sini, ya. Biar saya cari beberapa pakaian lain, yang mau saya beli," jawab Hera dengan senyum yang hangat.

Kakek Surya hanya mengangguk.

Beberapa saat kemudian, Hera kembali, dengan tangan yang penuh memegang beberapa gaun dan rok selutut. Ia pun tersenyum sebentar pada kakek Surya, sebelum Hera masuk ke ruang ganti, mencoba pakaian itu.

Setelah cukup lama, tiba-tiba Hera memanggil dari dalam ruang ganti,

"Pak sini!, coba lihat sebentar. Apakah pakaian ini cocok?" Panggil Hera.

Kakek Surya terkejut mendengarnya, hatinya dipenuhi rasa kaget dan gugup, dia merasa tak mungkin masuk menyusul Hera. Hal itu membuat kakek Surya tetap diam sambil memperhatikan sekitar yang ramai oleh lalu lalang orang di sana.

"Bapak di mana?, kenapa tak masuk.” Panggil Hera lagi, dari balik tirai.

“Ya, Neng bapak di sini, iya sekarang bapak masuk," jawab kakek Surya lagi, seraya melangkah ke dalam dengan ragu karena sudah dipanggil dua kali.

Hera menyambut dengan senyum, saat kakek Surya muncul di balik tirai. Suasana menjadi begitu hening.

"Sangat cantik,,, seksi,,,." Ucap kakek Surya tanpa sadar.

Dan langsung tertegun, pandangannya tak kuasa lepas dari sosok Hera yang kali ini tampil begitu menantang.

"Gimana, Pak? Apa pendapat Bapak tentang pakaian ini?" tanya Hera dengan suara manja, seolah tak mendengar ucapan sang kakek tadi, sambil tersenyum penuh arti.

Sambil perlahan Hera mendekat, hingga kakek Surya bisa merasakan hembusan nafasnya yang hangat dan aroma khas yang memabukkan.

Lalu entah sengaja atau tidak, tubuh Hera makin mendekat, hingga tubuh mereka bersentuhan, hingga refleks, tangan kakek Surya melingkar ke pinggang Hera yang ramping.

"Pak, jangan macam-macam, ini tempat umum," bisik Hera dengan suara serak, seperti menolak perbuatan kakek Surya, wajahnya hanya berjarak sehelai napas dari kakek Surya, namun dia tetap berdiri tegak tanpa menampakkan sedikit pun keberatan. Suasana yang seolah beku itu menciptakan detik yang terasa menggantung di udara, penuh ketegangan.

Ketika jemari keriput itu mendekat, tidak ada penolakan dari Hera, sebaliknya, ia membiarkan tangan tersebut mendekati wajahnya. Dengan lembut, wajah keriput kakek Surya dan wajah halus Hera saling bersentuhan, menghapus jarak di antara dua dunia yang berbeda. Tanpa senyuman atau godaan dari Hera, sebuah ketegangan misterius terbangun.

Namun, seiring dengan keadaan ruangan kecil itu, akhirnya mereka terjerumus dalam ciuman yang perlahan melibatkan jiwa dan raganya.

Hera, dengan gerakan yang ambigu, perlahan-lahan mengubah posisi hingga membelakangi kakek Surya. Tanpa berusaha membebaskan diri dari rangkulan tangan-tangan tua yang penuh kerut itu, dia malah dengan hati-hati menggeser tangan tersebut dari perut ke arah yang lebih tinggi. Hera sendiri yang menuntun tangan itu naik hingga ke dada nya, memungkinkan kakek Surya merasakan kehalusan yang terbalut tipis di balik pakaian Hera.

Kakek Surya yang mengerti kemauan Hera langsung memainkan area tersebut. Setelah tepat tangan kakek Surya di dada Hera tersebut, tangan Hera perlahan melepas pegangan tangan keriput tersebut.

Namun sekarang tangannya perlahan bergerak ke belakang setelah terjuntai ke bawah dan menyentuh area milik kakek keriput pencari rumput tersebut.

Saat kakek Surya merasakan tersentuh begitu, kakek Surya pun memindahkan tangannya, dengan perlahan mengusap di kulit halus Hera ke bawah, hingga di bawah perut. Kakek Surya mengusap perlahan area itu dari luar.

Saat keduanya terbius oleh situasi ini, tiba-tiba kepala seseorang muncul dari balik pintu tirai, sambil sedikit berteriak,

“Maaf,,,!!!!.”

Bersambung....

1
Haru Hatsune
Cerita yang bikin baper, deh!
Apaqelasyy
Bagaimana cerita selanjutnya, author? Update dulu donk! 😡
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!