Setelah kepergian Dean, sahabatnya, Nando dihadapkan pada permintaan terakhir yang tidak pernah ia bayangkan, menikahi Alea, istri Dean. Dengan berat hati, Nando menerima permintaan itu, berharap bisa menjalani perannya sebagai suami dengan baik.
Namun, bayangan masa lalu terus menghantuinya. Arin, wanita yang pernah mengisi hatinya, masih terlalu nyata dalam ingatannya. Semakin ia mencoba melupakan, semakin kuat perasaan itu mencengkeramnya.
Di antara pernikahan yang terjalin karena janji dan hati yang masih terjebak di masa lalu, Nando harus menghadapi dilema terbesar dalam hidupnya. Akankah ia benar-benar mampu mencintai Alea, atau justru tetap terjebak dalam bayang-bayang Arin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xxkntng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24. Lembur
Setelah selesai bertemu dengan Laura di kafe saat jam istirahat, Alea memutuskan untuk kembali ke kantor. Ia mendudukkan dirinya di kursi, meletakkan tas di atas meja, lalu menarik napas panjang.
Pikirannya masih tertinggal di percakapan tadi, ada sesuatu dalam nada bicara Laura yang membuat Alea gelisah.
Jojo menggeser posisi duduknya, menatap Alea tajam. "Udah selesai tugas kampusnya?" tanya Jojo, menatap alea secara intimidasi.
"Udah kok, " jawab Alea singkat.
"Beneran tugas kampus, kan? Soalnya wajah lo tuh nggak kayak orang yang lagi pusing mikirin tugas. Tapi lebih kayak lagi mikirin hal lain. Lo ada pikiran?"
"Jo, gue nggak mau bahas soal itu," ucap Alea. "Gue mohon, ya. " pintanya.
"Oke, kalau itu yang lo mau," jawab Jojo, mengalah.
"Daripada lo kebanyakan mikir, gimana kalau bantuin gue ngerjain tugas yang super numpuk ini," lanjutnya sambil menyodorkan tumpukan kertas ke Alea.
"Lo harus input itu semua ke komputer. Gue yakin, kalau lo sibuk ngurusin kerjaan, semua pikiran aneh yang ada di otak lo bakal hilang," kata Jojo lagi.
"Lo lembur lagi, Jo? Kayak kemarin?" tanya Alea ragu. "Kalau iya, boleh gak, gue nemenin Lo disini sampai malam? "
Jojo menggeleng. "Nggak. Gue nanti ada acara di rumah, jadi gue bakal pulang duluan."
"Kenapa emangnya? Lo pengen lembur? "tanya Jojo.
Alea menganggukkan kepalanya.
"Kalau gue lembur gimana? Boleh nggak anak magang lembur?" tanya Alea.
"Lo itu aneh banget ya, Al. Baru kali ini Lo ada anak magang yang pengen ngerasain lembur. "
"Se-stres itu ya di rumah, sampe lo nyerahin diri buat lembur? " Jojo menatap Alea serius.
"Daripada Lo lembur gak dibayar, mending Lo pulang ketemu suami Lo yang super ganteng itu, "
"Kalau lo pengen ngerasain lembur, nggak apa-apa banget. Tapi ya gitu, lembur lo nggak bakal kehitung gaji," ucap Jojo.
"Gapapa banget, Jo. Gue cuma pengen nenangin diri aja disini. "
"Lo boleh lembur, tapi inget, jangan terlalu malam. Soalnya, besok pagi di kantor bakalan ada kejutan. Jadi tolong jangan pulang terlalu malam. Kita harus berangkat lebih pagi dari biasanya," ujar Jojo.
"Kejutan apa?"
"Lihat sendiri besok. Setiap tanggal 25 April, selalu ada kejutan di kantor kita," jawab Jojo sambil tersenyum misterius.
-
Dhipa menyodorkan kopi ke arah Alea, membuat Alea sontak terkejut dengan kehadiran laki-laki itu.
Alea refleks mendongak, menatap laki-laki yang baru saja duduk di depannya dan menatapnya secara intimidatif.
"Diminum, gue baru aja bikinin kopi. Biar nggak ngantuk,” ucap Dhipa.
"Pak, kenapa repot-repot?” tanya Alea.
"Gak repot. Gue tahu kalau lembur itu rawan ngantuk. Daripada nginput-nya nanti salah, mending gue bikinin kopi sekalian,” ucap Dhipa. Di kantor malam ini hanya ada dua orang; sepertinya hanya dirinya dan Dhipa. Semuanya sudah pulang.
"Pulang jam berapa, Al?” tanya Dhipa. "Udah jam 8 sekarang,” lanjutnya.
"Baru kali ini lo saya lihat ada anak magang serajin kamu. Sampai-sampai ikutan lembur kayak gini,” ucap Dhipa.
"Pengen ngerasain lembur aja, Pak,” ucap Alea santai, agar tidak terpancing dengan obrolan Dhipa kali ini.
"Bapak kalau mau pulang, pulang aja duluan. Saya pulangnya masih nanti,” ucap Alea.
"Pulang bareng aja,” ucap Dhipa to the point. "Mau kan? "
"Gak bisa, Pak. Kayaknya nanti saya bakalan dijemput sama…” Alea menggigit bibir bawahnya.
"Dijemput pacar?” ucap Dhipa, memotong sebelum Alea melanjutkan ucapannya.
Alea meraih secangkir kopi itu, meneguknya dengan gugup karena tatapan Dhipa yang terasa mengintimidasi.
"Gimana? Enak gak? " tanya dhipa, menatap alea serius.
Alea menganggukkan kepalanya pelan, bibirnya tersenyum tipis menanggapi ekspresi Dhipa.
