NovelToon NovelToon
Kau Hancurkan Hatiku, Ku Hancurkan Keluarga Mu

Kau Hancurkan Hatiku, Ku Hancurkan Keluarga Mu

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Selingkuh / Cinta Terlarang / Beda Usia / Pelakor / Pernikahan rahasia
Popularitas:5.2k
Nilai: 5
Nama Author: Cahyaning fitri

Kau Hancurkan Hatiku, Jangan Salahkan aku kalau aku menghancurkan Keluargamu lewat ayahmu....

Itulah janji yang diucapkan seorang gadis cantik bernama Joana Alexandra saat dirinya diselingkuhi oleh kekasihnya dan adik tirinya sendiri.

Penasaran ceritanya???? Yuk kepo-in.....

Happy reading....😍😍😍😍

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cahyaning fitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24 : Jangan Menggodaku, Honey!!!!

1 a.m.

“Buka pintunya, Jo?” ( Send )

Joanna kaget, ia mengerjap, lalu menoleh ke arah jam dinding, di mana jam dinding menunjukkan pukul 1 dini hari.

Masih memakai pakaian tidur berbahan satin tipis tanpa bra, gadis itu berjalan ke arah pintu dan membukanya.

Begitu Jo membuka pintu, pintu langsung terbanting, Bram masuk dengan amarah.

Suaminya langsung menyeruduk masuk, menghempaskan Jo ke dinding. Bau maskulin menusuk, tatapannya tajam seperti serigala.

Bram buru-buru mengunci pintu rumah istrinya, lalu menghampiri Jo yang memakai baju tipis.

Wajah Jo merah padam tapi tak butuh waktu lama Bram sudah merobek baju tipis berbahan satin tersebut – menelanjanginya sama persis di foto.

Bram langsung melumat bibir sang istri dengan semangat, tanpa ampun. Ia mendorong lidahnya ke dalam mulut sang istri tanpa meminta izin. Lidahnya menari di dalam rongga mulut istrinya.

Jo membalas ciuman panas itu, tangan-tangannya melingkar di pinggang pria itu, untuk mendorongnya lebih kuat. Ciuman mereka menjadi lebih panas dan intens. Lidah-lidah mereka saling beradu dalam ciuman yang memabukkan.

Bram mulai menjamah leher jenjang Jo, meninggalkan bekas-bekas kemerahan di leher putih dan mulus itu. Tangan-tangannya meremas dada Jo dengan erat, merasa tubuhnya membara dengan gairah yang diciptakannya sendiri.

Bram dengan cepat melepaskan pakaiannya sendiri, ia tak lagi perduli dengan Rosa yang terlelap di malam yang buta. Dia hanya ingin merasakan tubuh istrinya yang nakal, istri yang sudah membangkitkan gairahnya.

Bram langsung membopong tubuh Jo ke sofa, dan membaringkannya di sana.

“Pelan-pelan, Dad?” gumam Jo melihat gairah membara pada suaminya.

“Sssssssstttttttt, nikmati saja, Honey?”

Tangannya meremas gunung kembar sang istri, dan memelintir kacangnya sedikit, membuat gadis itu memekik keenakan.

“Kamu nakal? Harus dikasih hukuman…..?”

“Aaaahhhhhhh…..?”

Jo mendesah dengan suara yang cukup keras, saat Bram memasukkan miliknya ke milik Jo dengan cepat. Tidak ada pertanyaan, tidak ada percakapan.

Bram bergerak dengan cepat, tubuhnya bergetar karena keinginan yang tak terbendung.

“Ohhhhhh…..!” pekik Bram saat miliknya masuk ke milik sang istri yang sangat sempit.

Jo menggeliat karena sensasi yang begitu diidam-idamkan. Milik suaminya yang panjang, besar dan berurat membuatnya candu. Tubuhnya telentang dibawah tubuh suaminya.

“Ahhhh, mau keluar, Dad?” seru Jo.

“Baru saja mulai, kamu sudah keluar, Honey?” balas Bram masih posisi di atas, memegang kendali.

Tubuh Bram terus bergerak cepat di atas tubuh istrinya.

“Honey…..kamu kenapa membuatku gila seperti ini??” kata Bram masih terus bergerak di atas tubuh istrinya.

“Faster….., Dad?”

Bram mendengar suara nakal Jo yang membuatnya semakin bergairah dan semakin liar.

“Daddy menyukainya….?”

“Yes. I like it very much. What do you have, I really, really, like it….?”

Jo merasa tubuhnya mulai gemetar saat dirinya akan mengalami pelepasan.

“Dad, aku……? Ahhhhh…..?” Jo berteriak saat mengalami pelepasannya yang ke-dua.

Bram mendengar teriakan sang istri yang manis, akhirnya tak tahan juga ikut merasakan pelepasan yang begitu dahsyat, tubuh keduanya menggelinjang bersama. Lalu mereka jatuh bersama dengan nafas ngos-ngosan.

“Thanks, Dad. Sudah mau datang….?” kata Jo yang sudah terkulai lemas.

“Jangan terus menggoda ku? Kamu tau, aku sedang bersama Rosa?” kata Bram sambil terengah-engah.

Bukannya marah, Jo malah terkekeh geli. Lalu ia menatap manik suaminya dengan intens.

“Aku sudah bilang, Daddy tidak akan pernah bisa berpaling dariku? Daddy membutuhkan ku untuk melepaskan beban enak ini?” gelak gadis itu sambil membelai wajah suaminya.

“Ck,” Bram berdecak kesal.

Jujur, dia memang tidak bisa lepas dari jerat gairah istri mudanya yang begitu menggoda.

Melihat Jo memakai rok mini saja, sudah membuat adik kecilnya langsung bangun. Apalagi saat gadis nakal itu dengan sengaja mengirimkan foto-foto syurnya, tentu saja pia matang itu tidak tahan untuk menerkam.

Bram menggeser tubuhnya, tiduran di samping tubuh Jo. Posisi keduanya saling memeluk, masih dalam keadaan naked.

“Pria yang kamu antar, dia yang bernama Tyo?” tanya Bram mengintrogasi.

“Iya,” sahut gadis itu. Nafasnya masih memburu, karena kelelahan.

“Pacarmu?”

“Bukan,” balas sang istri.

“Jika memang bukan pacar, tidak perlu kamu menjemputnya segala….?” suara Bram terdengar berat, dia tidak suka miliknya berdekatan dengan pria lain.

“Aku sengaja supaya Daddy perhatian lagi dengan ku….?” kata Jo, jujur.

“Kan sudah ku bilang, aku sibuk karena kondisi Rosa yang drop. Kalau dia sehat, aku juga akan datang ke sini?”

“Kelamaan….? Aku nggak bisa jauh dari DADDY….?”

“Sabarlah, Honey? Kamu tau, hubungan kita…..?” Bram menggantung kalimatnya.

“Harus disembunyikan rapat-rapat….?”

“Nah, kamu tahu…..?”

“Iya, tapi sampai kapan, Dad?” rajuk gadis itu.

“Sampai aku berani mengungkapkan kebenaran pada Rosa….?” ucap Bram hanya dalam hati.

“Kamu tau, situasinya sedang tidak memungkinkan. Rosa sakit, dia butuh perhatian lebih dari aku?”

“Aku juga butuh perhatian, Dad?”

“Iya, aku tahu. Tapi sabar dulu? Aku akan berusaha menyempatkan diri untuk mendatangi mu?” kata Bram, “Kamu seharusnya paham resiko menikah dengan pria beristri sepertiku? Apalagi istrinya dalam keadaan sakit seperti sekarang?”

“Ya, aku paham,” sahut Jo, malas.

“Aku akan berusaha curi-curi waktu agar bisa meluangkan waktu untuk mu? Yang penting, please, jangan kirim foto menggoda seperti itu lagi?” kata Bram mengecup kening istrinya, “Bagaimana kalau Rosa atau Kevin sampai tahu?”

“Di kunci password lah HP Daddy?”

“Ya, nanti aku akan lakukan itu?”

Setelah beristirahat sejenak, Jo buru-buru beranjak dan berjalan ke arah kamar mandi untuk membersihkan diri, tapi tiba-tiba Bram menyusulnya.

“Aku masih kangen kamu, Honey?”

(Anggap saja gambarnya seperti ini saat DADDY Bram menyusul Jo ke kamar mandi)

Bram kembali tidak bisa menahan diri, dia langsung mendekat ke istrinya yang sedang mandi, dan langsung memeluknya dari belakang.

Jo yang terkejut dengan kehadiran suaminya sampai tidak bisa berkata apa-apa. Karena dekapan dan pelukan sang suami, serta kelihatan tangan Bram menggerayang tubuhnya lagi.

Dia tak menolak malah justru suara eranganya lebih keras, saat jari pria itu menggelitik benda yang mirip kacang pada tubuh bagian bawahnya. Dan jari tengahnya sengaja sang suami masukkan ke lubang kenikmatan milik sang istri.

“Ahhhhh, pelan-pelan, Dad?” erang Jo, tak tahan untuk tidak mengerang.

Bram terangsang dengan suara Jo yang liar. Ia menarik jarinya, lalu mengganti dengan miliknya yang sudah berdiri dengan kokoh, siap untuk bertempur kembali.

Bram tidak meminta izin, dia langsung memasukkan dalam sekali hentakan yang kuat dari belakang.

Jo sempat merengek saat suaminya memasuki dirinya dari belakang. Rasanya sukar untuk dilukiskan. Antara perih, enak dan linu.

Jo menumpu kedua tangannya pada dinding kamar mandi, dan mengangkat pinggulnya sedikit, membiarkan sang suami masuk lebih dalam.

Bram menampar bokong Jo, gadis itu memekik kecil, namun justru suara pekikan itu yang membuat Bram lebih gila dan lebih brutal lagi. Ada sensasinya sendiri.

“Ohhhhh, aku nggak tahan, Honey?” seru Bram, tubuhnya menggelepar seperti ikan kekurangan air.

Dalam sekejap Bram membanjiri bagian belakang istrinya, miliknya berkedut-kedut, masih menyatu dengan milik istrinya. Ia sadar, bahwa ia tak bisa begitu saja melepaskan atau mengabaikan istri keduanya yang sudah menjadi candu baginya itu.

Pria yang sudah lebih dua tahun tidak merasakan kenikmatan dari tubuh seorang wanita setelah Rosa di diagnosa sakit kanker stadium 3. Dimana istri pertamanya itu sudah tak bisa melayaninya lagi.

Setelah pertempuran panas itu, akhirnya mereka langsung tertidur pulas hingga subuh menjelang.

-

-

“Honey, aku harus balik ke RS lagi? Ini sudah subuh?” kata Bram mengecup kening Jo dengan sayang.

“Yakin mau pergi?”

“Jangan menggodaku lagi, Sayang?”

“Hehehe,” Jo tergelak, “Iya, Baik. Pergilah? Sekarang aku ikhlas melepas Daddy?” kata Jo, matanya setengah memejam.

Cup….

Bram kembali mengecup keningnya.

“Tidurlah lagi????” kata pria matang itu dengan lembut.

“Nanti kalau ada waktu, aku datang lagi kesini?” kata Pria itu.

“Nanti siang aku terbang ke Singapore?” ucap Jo, membuka matanya sempurna.

“Singapore? ”

“Hemmm,” angguk gadis itu, menggemaskan.

“Ya sudah. Hati-hati. Nanti aku transfer uang untuk sekalian jalan-jalan di Singapore?”

“Thanks, Dad. I love you?”

“Love you too? Aku tinggal ya….?”

“Hmmm,” dengan hati berbunga-bunga, Jo mengangguk penuh semangat.

******

Satu minggu berlalu, dan akhirnya Rosa diperbolehkan pulang oleh dokter. Kondisinya juga sudah membaik dan sehat, sehingga ia dapat kembali menjalani aktivitas sehari-harinya dengan normal.

Selama seminggu itu, Rosa menjalani perawatan intensif di rumah sakit, dan berkat perawatan yang tepat serta dukungan dari keluarga dan teman-teman sosialitanya, ia dapat pulih dengan cepat.

Sementara itu, Jo dan Bram tidak bertemu karena kesibukan masing-masing. Jo sibuk dengan pekerjaannya sebagai pramugari, sementara Bram juga kembali pada pekerjaannya yang menumpuk di kantor. Meskipun mereka tidak bertemu secara langsung, keduanya tetap berkomunikasi melalui pesan singkat dan panggilan telepon.

Ketika Rosa akhirnya pulang ke rumah, ia disambut dengan hangat oleh putranya dan para art yang bekerja cukup lama di rumah itu.

Mereka semua senang melihat nyonya rumahnya kembali sehat dan ceria.

Hari-hari telah berlalu. Beberapa hari beristirahat di rumah, Rosa mulai kembali menjalani aktivitas seperti biasa, termasuk mengurus rumah, jalan-jalan kecil, arisan, merawat bunga yang sudah menjadi hobinya sejak dulu, semua kembali ke rutinitas sehari-hari. Semuanya terlihat baik-baik saja dimata semua orang.

Namun dibalik itu semua, diam-diam Rosa masih tetap mempekerjakan orang untuk menyelidiki seorang perempuan yang memang sedang dekat dengan suaminya, Bram. Tentu saja tanpa sepengetahuan Bram sendiri.

Belum ada tanda-tanda mencurigakan, belum ada pula informasi soal perempuan yang sedang menjalin hubungan dengan Bram, semuanya masih abu-abu. Tapi keadaan masih terpantau dengan jelas dan akurat.

Suatu hari, Jo dan Bram akhirnya bertemu kembali, tentu saja keduanya hanya bisa bertemu di rumah Jo. Karena memang tempat itu tempat paling nyaman dan aman untuk keduanya bermanja dan bermesraan.

Atau kalau tidak di rumah Jo, Bram akan lebih memilih untuk berlibur di luar pulau, supaya hubungan keduanya tidak terendus oleh orang lain, terutama Rosa dan Kevin, tentunya.

Pasalnya hubungan antara Bram dan Jo, semakin hari semakin intens. Bram yang semakin terjerat dengan gairahnya sendiri, sementara Jo, gadis labil yang butuh limpahan kasih sayang dan perhatian dari seseorang yang membuatnya nyaman akhir-akhir ini, yakni suaminya, Bram. Mereka sudah sama-sama tidak bisa saling melepas dan ketergantungan.

Keduanya saling tersenyum dan memeluk hangat setiap bertemu. Seolah-olah seperti bertahun-tahun lamanya tidak bertemu.

"Aku sangat merindukan mu, Dad?" kata Jo dengan gembira saat bertemu kembali dengan suaminya setelah seminggu lebih mereka tidak bertemu karena kesibukan masing-masing.

Sementara, Bram hanya tersenyum dan membalas pelukan Jo. Mereka kemudian duduk bersama dan berbagi cerita tentang kesibukan masing-masing selama seminggu terakhir.

Setelah beberapa jam menghabiskan waktu bersama, Bram mengajak sang istri pergi ke suatu tempat, tempat yang Jo sendiri tidak tahu, yang kata sang suami, tempat penuh kejutan dan menyenangkan.

Jo semakin penasaran begitu mobil sang suami yang membawanya masuk ke sebuah apartemen elit jauh dari hiruk pikuk kendaraan yang berlalu lalang, jauh dari polusi udara yang mencemarkan.

Apartemen mewah yang hanya ditempati oleh orang-orang kaya.

“Kenapa kita kesini, Dad?” tanya Jo penasaran karena suaminya membawanya ke apartemen mewah tersebut.

“Ini apartemen siapa?” tanya Jo, heran.

“Surprise…..?” katanya sambil membuka pintu apartment itu dengan kode pasword.

“Hah….?” Jo membuka mulutnya kecil. Ekspresinya sungguh cantik dan menggemaskan.

“Happy birthday….?” ucapnya.

“APA?” kaget perempuan cantik itu.

“Hari ini hari ulang tahunmu kan?”

“Bagaimana Daddy bisa tahu? Aku bahkan tidak mengatakan apa-apa….?”

Mendengar itu Bram malah terkekeh geli.

“Tahu lah. Apa yang tidak ku tahu tentang dirimu….?”

“Dad…..?” mata Jo sudah berkaca-kaca.

“Aku nggak nyangka, Daddy…..?” air matanya menetes. Jo sudah tidak bisa menahan agar tidak menangis. Tapi tetap saja air mata sialannya terus saja mengalir.

“Sudah satu tahun lebih tidak ada yang mengingat hari ulang tahunku. Tapi, DADDy…..?”

“Aku tahu, karena aku mencari tahu? Tentangmu? Keluargamu? Semuanya….?” katanya, membuat Jo semakin terharu.

“Apa?” Jo terkejut.

“Ayo masuk? Ada kejutan lain di dalam….?” kata pria matang itu, menggenggam tangan sang istri, dan mengajaknya masuk.

“Sebenernya ini apartemen siapa, Dad?” tanya Jo penasaran. Karena apartemen itu nampak masih baru.

“Taraaaaa…..?” Bram membuka pintunya. Pintu yang terbuat dari kayu tebal.

“Ini apartemen mu. Aku sengaja membeli apartemen ini untuk mu….?” kata Bram sambil berjalan ke arah laci, dan mengeluarkan sebuah sertifikat dari laci itu.

“Liat, ini namamu. Berarti apartemen ini milik mu? Aku hadiahkan sebagai hadiah ulang tahun?” kata Bram, membuat Jo tersentak kaget.

“Daddy, serius?”

“Tentu saja serius. Apa kamu nggak bisa baca sertifikat apartemen ini atas nama siapa?” kata Bram.

“Ah iya….?” gumam Jo begitu membaca namanya di sertifikat yang ia pegang.

“Dad…..aku tak bisa berkata apa-apa?” ujarnya, matanya kembali berkaca-kaca.

“Hey, ini momen indah, kenapa menangis?” kata sang suami, mengusap air matanya.

“Kenapa Daddy melakukan ini semua?”

“Karena kamu istriku. Kamu berhak mendapatkan ini semua?” kata Bram.

Siapa yang tidak meleleh mendapatkan perlakuan spesial dari Bram.

Pria matang yang kini sudah menjadi dunianya.

“Thanks, Dad?” katanya, “Apartemen ini mewah sekali?”

“Daddy benar-benar penuh kejutan….!”

Bram nyengir.

“Daddy beli apartemen ini?”

“Course. Kamu suka?"

"Suka sekali," senang Jo, “Terus, darimana Daddy tau soal apartemen ini?”

“Dari rekan bisnis. Aku langsung beli, tidak peduli dengan harganya…? Cocok diberikan saat hari ulang tahunmu?”

“So sweet. Ternyata Daddy romantis juga?” Jo terkikik, lalu memeluk suaminya erat.

“Kapan kamu tempati….?” tanya sang suami.

“Hah….?”

“Kamu tinggal tempati saja. Semua barang-barang sudah lengkap?”

“Tapi bagaimana dengan rumah ku?” Jo bingung, karena ada rumah yang selama ini menjadi tempat ternyaman-nya.

“Kevin tau rumah kamu. Besar kemungkinan, suatu saat dia akan tahu hubungan kita. Belum lagi keluarga kamu. Aku tau, papamu sedang menyuruh orang-orangnya untuk mencarimu?”

“Hah, Daddy bahkan tau kalau papaku sedang mencari ku?”

“Tentu saja tau,” kekeh Bram, “Kamu ternyata belum mengenal suamimu, Honey?” Bram mencubit gemas pipi sang istri.

“Jaya Bastian. Siapa yang tidak tahu Jaya Bastian?” kata Bram.

Joanna tersenyum kaku.

“Dia sedang mencari mu?” bisik pria itu ditelinga istrinya.

Jo mengerjap merasakan sentuhan lembut yang menggelitik di telinganya.

“Daddy tau?” Jo mengernyitkan alisnya.

“Tidak. aku tidak tau. Itu bukan ranah ku?” kata Bram menggiring Jo duduk di sofa.

“Aku kabur dari rumah setelah papa menikahi perempuan itu. Emmmm, maksudnya mamanya Karin,” Jo mulai bercerita. “Lisa namanya,” lanjut Jo, kembali menceritakan kisah kehidupannya.

“Lalu ….?”

“Mereka itu playing victim. Di depan papa mereka terlihat lembut dan baik. Tapi kalau dibelakang papa, sering mereka membuli ku. Tapi aku bukanlah perempuan lemah yang hanya diam saat di buly dan disakiti. Mereka selalu menjatuhkanku di depan papa, seolah-olah aku yang memang salah. Tapi kenyataannya tidak seperti itu? Daddy percaya padaku kan?”

“Hemmm …. Aku percaya padamu, Honey? Lanjutkan….?”

“Pernah suatu hari, aku sakit. Lisa membawakan sarapan dan obat untukku. Aku memang menolak setiap pemberian darinya, tapi apa yang dia lakukan……?”

“Apa?”

“Dia sengaja membuang makanan dan obat itu, lalu menjatuhkan dirinya sendiri. Seolah-olah aku yang mendorong dan menjatuhkan makanan dan obat yang dia bawa ---wanita itu bener-bener licik. Papa yang melihat kejadian itu, dia langsung nyalahin aku. Dia ngehukum aku tidak boleh keluar kamar. Papa juga tidak memberi makanan satu hari itu sebagai bentuk hukuman. Belum lagi kejadian-kejadian lain, yang membuat aku tersisihkan di rumahku sendiri? Aku muak setiap hari diperlakukan tidak adil di rumah itu. Akhirnya aku memilih pergi dari sana?”

“Apa penyebab hubungan mu dengan Kevin kelar itu gara-gara Karin?” tanya Bram sambil membelai rambut istrinya.

“Iya. Dia penyebabnya,” kata Jo, “Tapi, sudahlah. Semuanya sudah berlalu, aku juga sudah melupakan anak DADDY? Aku tidak pernah memikirkannya lagi?”

“Jadi kamu sudah move on?”

“Ya begitulah….?”

Bram menghela nafasnya panjang.

“Bagaimana kalau Kevin masih punya perasaan sama kamu?” tanya Bram.

“Itu sih terserah dia. Aku nggak perduli lagi.”

“Yakin?”

“Yakinlah, Dad. Semenjak dengan Daddy, aku sudah tidak memikirkan dia lagi. Justru yang ada di pikiran ku hanya Daddy, Daddy dan Daddy?”

Cup….

Bram mengecup kening istrinya dengan lembut.

“Kamu tidak ingin liat-liat apartemen ini?” Bram beranjak dari tempat duduknya, lalu mengulurkan tangan, mengajak Jo meliat-liat apartemen mewah dengan dua lantai itu.

“Mau….?”

******

Sementara di tempat yang berbeda, Rey terkejut mendapati informasi tentang siapa orang yang ada di balik pemblokan surat kabar yang pernah beredar lalu peredarannya di masa itu tiba-tiba dihentikan. Dan ternyata orang di balik pemblokadean itu adalah Jaya Bastian sendiri. Papa Joana.

Pria itu menghembuskan nafasnya panjang. Benar-benar syok, dan tidak pernah menyangka.

“Gimana gue jelasin semua ini ke Jo? Kalau papanya juga terlibat atas kasus kecelakaan itu?”

“Ya Ampun. Kasusnya benar-benar semakin rumit?” gumam Rey.

“Tapi gue akan tetep kasih tau Jo…..!”

-

-

Di ruang kerjanya, Jaya menatap foto usang seorang perempuan cantik dan anggun sedang tersenyum sambil menggendong seorang bayi perempuan. Dan bayi itu ialah Joanna, putrinya.

Sekelebat bayangan tentang Meta Wijaya berkecamuk di pikirannya.

Soal senyumnya. Tawanya yang renyah. Bahkan banyolannya yang garing, namun mampu menggetarkan relung hatinya.

Tanpa sadar, air matanya meleleh tanpa ia minta. Pria yang sudah memutih rambutnya itu mengusap air matanya dengan perlahan-lahan. Mengusap wajah perempuan yang ada di foto itu.

Teriakan Meta. Pertengkaran malam itu, masih sangat jelas terngiang di telinganya.

Andai saja, malam itu Meta menahan emosinya. Andai saja malam itu, Meta tidak meminta perpisahan. Kembali Jaya memejamkan matanya erat-erat mengingat kejadian satu tahun lebih yang lalu.

“Maafkan aku, Meta. Maaf?” hanya ucapan itu yang selalu pria itu lafalkan.

Maaf. Maaf, dan maaf.

Penyesalan mendalam yang membuatnya tersiksa sampai hari ini. Namun tergerus oleh sikap pengecut dan ketamakan.

TBC....

Terimakasih yang sudah memberikan komentarnya? Terimakasih juga yang sudah memberikan like. Penasaran dengan kisah selanjutnya???

Vote dong??????

1
US
bagus alurnya thor /Drool/
Cahyaning Fitri: Terima kasih 😘😘😘
total 1 replies
Fang
Kisah yang menyentuh hati.....😭😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!