Ayushita Dewi, gadis berusia dua puluh dua tahun tapi memiliki tubuh yang cukup oversize. 109kg dengan tinggi badan 168cm. Kehidupannya awalnya cuek saja dengan kondisi tubuhnya yang besar itu, tapi dengan pertemuan kliennya membuat jas lengkap bernama Dewangga Aldiansyah yang cerewet itu membuat Ayushita jengah dan memutuskan untuk diet.
"Cewek kok oversize."
"Jangan usik kehidupanku yang nyaman ini, mau oversize atau ngga, bodo amat!"
Tak di sangka perselisihan masalah tubuh Ayushita itu membuat Dewa lebih dekat dan akrab dengan gadis itu. Apalagi dia melihat perselingkuhan tunangan Dewangga tunangannya membuat Ayushita dan laki-laki itu semakin dekat dan menimbulkan benih-benih cinta.
Apakah mereka akan berlanjut dengan cinta? Atau selamanya akan jadi Tom and Jerry?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummi asya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29. Menjebak
Dewa tahu mamanya selalu curiga padanya, makanya ketika nyonya Anna mengikutinya di belakang mobilnya. Dewa sengaja datang ke butik dan pergi lagi, dia bukannya takut akan mamanya marah dekat dengan Ayushita yang bertubuh besar. Tapi jika tahu mamanya kalau dirinya menyukai gadis yang tidak biasanya, tentu uang rugi itu Ayushita.
Bahkan dirinya belum berani mengatakan apa pun kalau dia menyukai gadis bertubuh besar itu.
"Kenapa aku menghindar, bukankah sah-sah saja?" ucap Dewa bicara sendiri.
Mobilnya menuju kantornya, kali ini dia akan berhati-hati untuk pergi ke butik bertemu dengan Ayushita. Mobil terparkir di halaman parkiran khusus untuknya, keluar lalu berjalan menuju gedung kantor. Beberapa karyawan menyapanya dia hanya menanggapi senyum kecil saja.
Masuk dalam lift, ponselnya berbunyi notif pesan sebuah gambar foto. Dewa membuka pesan singkat itu, senyumnya mengembang melihat foto tersebut lalu di masukkan lagi ponselnya dalam saku jasnya. Tak lama pintu lift terbuka, dia tergesa keluar dari lift menuju ruangannya. Berpapasan dengan Risa.
"Pak Dewa sudah kembali? Di ruangan anda ada nyonya Anna," ucap Risa menatap bosnya.
"Mama?"
"Iya, baru saja datang," jawab Risa.
Dewa berjalan cepat, kenapa mamanya cepat sekali pulang? Bukankah tadi berada di butik sedang membuntutinya?
Bergegas Dewa melangkah menuju ruang kantornya, membuka pintu dan matanya melihat mamanya sedang duduk sambil menelepon. Napasnya di atur kembali, rasa penasaran kenapa mamanya begitu cepat kembali dari butik.
Dewa mendekati mamanya, tampak perempuan itu melirik pada anaknya berdiri beberapa meter darinya. Tak lama Dewa duduk di kursi sofa, masih menunggu mamanya selesai menelepon.
"Oke, nanti sore aku mampir ke kantor."
Klik!
Nyonya Anna menutup sambungan telepon, duduk di sofa yang menghadap Dewa.
"Kamu baru pulang?" tanya nyonya Anna memasukkan ponselnya di tasnya.
"Mama dari mana?" tanya Dewa pura-pura tidak tahu.
"Dari jalan protokol," jawab nyonya Anna singkat.
"Mau apa mama kesana?" tanya Dewa lagi penasaran.
"Mama cari pacar kamu."
"Pacar? Aku tidak punya pacar," ucap Dewa mengerutkan dahi.
"Ya, mama pikir di butik itu ada pacar kamu. Ternyata di sana bilang tidak ada gadis pacar kamu," jawab nyonya Anna.
"Memang tanya apa di sana?"
"Mama mau menemui pacar anak mama, eh satu gadis yang gendut itu mengatakan tidak ada pacar kamu. Dia bilang mungkin di tempat lain, memangnya kamu menyembunyikan pacar di tempat lain? Kamu punya pacar kok mama ngga kasih tahu," tanya nyonya Anna.
"Ck, sudah kubilang ma. Aku belum punya pacar lagi, ngeyel sih mama," ucap Dewa.
"Ya mama curiga saja kamu setiap jam makan siang datang ke butik di jalan protokol itu. Kata Risa di sana ada gadis yang kamu sukai, pikir mama ya ikuti saja kamu dari jauh menuju jalan itu. Kamu ngga mau jujur sama mama kalau ada pacar di butik tersebut," ucap nyonya Anna lagi.
"Sesuai ucapan pegawai di sana, aku tidak punya pacar mama."
"Halah, bohong kamu. Kamu selalu saja bohong sama mama, waktu itu cerita tentang Sintya padahal dia baik."
"Baik apanya? Jelas dia suka banyak laki-laki, bahkan sering chek in di hotel. Mama mau anakmu ini tekanan batin terus kalau meneruskan tunangan dengan Sintya?"
"Ya ngga, tapi ..."
"Ya sudah, jangan menyesali batalnya pertunangan itu."
"Maksud mama, kalau kamu menyukai seorang gadis. Bicara sama mama, jangan sembunyi-sembunyi. Ini kesannya mama terlalu posesif deh sama kamu," ucap nyonya Anna lagi.
"Aku memang lagi menyukai seorang gadis ma, tapi tunggu dulu. Baru juga PDKT, mama sudah curiga dan kepo aja. Malah menguntit aku setiap hari kemana aku pergi," ucap Dewa.
"Eh, mama cuma penasaran. Siapa gadis yang membuat anak mama kesengsem setiap jam makan siang pergi. Jadwal pertemuan dan meeting selalu di atur di pagi atau setelah jam makan siang. Risa bilang kamu selalu merubah jadwal pertemuan dan meeting agar tidak di waktu jam makan siang."
"Ya kan yang penting aku menjalankan pekerjaanku dengan baik ma. Memang salah begitu?" tanya Dewa.
"Ngga sih."
"Ya udah, jangan protes dong. Semua pekerjaan di kerjakan dengan baik, karyawan aman di sini. Pemasukan perusahaan juga baik, akhir-akhir ini memang memang sedikit pertemuan dengan klien-klien. Jadi ada waktu luang untuk makan siang di luar, dan butik itu semua karyawan di sana ya karyawan butik itu," ucap Dewa.
Nyonya Anna berkerut dahinya, ingat kalau ada seorang gadis bertubuh besar. Meski tubuhnya besar, dia sangat tertarik dengan penampilan gadis itu.
"Oh ya, mama waktu datang ke butik itu. Ada gadis gendut di sana, apa dia juga karyawan butik itu juga?" tanya nyonya Anna.
"Gadis gendut? Mama ketemu sama dia?" tanya Dewa menegakkan badannya.
"Ya, dia bicara sama mama dan mama tanya tentang pacar kamu sama dia," ucap nyonya Anna.
"Terus dia bilang apa ma?" tanya Dewa tertarik dengan cerita mamanya tentang Ayushita.
"Dia bilang tidak ada pacar kamu di sana, mungkin ada pacar di tempat lain. Memang di mana?"
"Ish, ya ngga ada ma. Kan aku sudah bilang tidak ada pacar di mana pun," ucap Dewa.
"Tadi bilang lagi suka sama gadis?.Kamu sering pergi ke butik juga. Mama lihat kamu bicara dengan gadis karyawan di sana, makanya mama tanya sama gadis gendut itu apakah ada pacar kamu."
"Ya ngga ada dong ma. Mama ini sudah di kasih tahu masih ngeyel," ucap Dewa.
Nyonya Anna melihat anaknya dengan penuh selidik, kenapa Dewa selalu menyangkal tidak punya pacar?
"Emm, gadis gendut itu menarik ya," ucap nyonya Anna memancing dengan melirik pada anaknya.
"Eh, bener ma? Mama suka ngga?" tanya Dewa dengan antusias.
"Mama baru ketemu sekali, tapi dari penampilan dia kayaknya anaknya baik." ucap nyonya Anna lagi.
"Jelas baik lah ma."
"Dan lagi sebenarnya kalau tidak gendut pasti cantik."
"Kan memang cantik aslinya."
"Apaa... kamu menyukai gadis gendut itu?"
"Eh, itu ... Anu..."
_
_
*****