Aldena Faradila tak menyangka akhirnya harus kembali ke tempat yang paling dihindarinya selama lima tahun ini. Dena harus kembali karena saudara kembarnya yang jatuh sakit dan juga wasiat dari Vania, almarhum ibunya.
Kembalinya Dena ke rumah almarhum maminya membuat keluarga papinya tak suka dan mencoba mengusirnya kembali.
Sayangnya, Dena lima tahun yang lalu sudah berubah dan kini bersiap membalaskan dendam dan sakit hatinya.
Rupanya semua tak berjalan semulus apa yang direncanakan oleh Dena. Dia harus menikah sebelum usianya dua puluh lima tahun dengan lelaki yang sudah dipilihkan oleh almarhum maminya.
Apakah Dena bersedia menikah dengan Gara, atau lebih memilih kehilangan harta warisannya? Lalu bagaimana jika ternyata Dena masih belum bisa melupakan masa lalunya yang ternyata keponakan dari Gara?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naira_W, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gara vs Evan
"Om Gara..."
Anggara menoleh ke arah lelaki yang merupakan keponakannya.
"Bisa kita ngobrol sebentar?" tanya Evan yang menghentikan aktivitas Anggara menyimpan gelas bekas kopi di atas wastafel.
Evan berdiri di belakang Anggara yang sedang menggulung baju kokonya. Para tamu sudah pulang, Gara hendak membantu untuk membereskan ruangan yang tadi digunakan untuk pengajian.
"Mau ngomongin apa?" sebenarnya Anggara sudah menduga apa yang ingin dibicarakan oleh Evan. Apalagi kalau bukan soal Dena, calon istrinya sekaligus mantan kekasih keponakannya ini.
"Kita ngomong di kamar om Gara." kata Evan yang langsung ditanggapi oleh Anggara dengan anggukan.
Mereka pun segera ke kamar lelaki yang besok akan melepas masa lajangnya.
"Silahkan, mau ngomong apa kamu?" tanya Gara setelah menutup pintu.
Anggara tak mau basa basi dan langsung bertanya. Lelaki tiga puluh dua tahun itu memang tak dekat dengan Evan, berbeda dengan keponakannya yang lain, anak-anak dari mbak Nanda.
Tapi Anggara bukan tak menyayangi keponakannya yang sudah dia tau sepak terjangnya di luar sana.
Evan menatap ke arah meja kerja om nya. Dia bisa melihat beberapa barang hantaran yang sudah disiapkan Anggara untuk Dena. Benda-benda itu sudah tersusun dan dihias cantik dalam kotak-kotak transparan.
"Om yakin mau nikah sama Dena?" tanya Evan dengan gaya angkuhnya.
"Maksudmu?" Anggara mengernyitkan keningnya sambil menatap tajam pada Evan.
Evan tertawa sinis, Anggara memang dingin dan angkuh. Lelaki itu selalu menjadi momok bagi Evan. Anggara yang selalu menjadi kebanggaan keluarga besarnya berbeda jauh dengan dirinya.
"Om pasti udah tau Dena itu mantanku. Om yakin tetap mau nikahin dia?" tanya Evan sekali lagi.
"Ya, aku udah memutuskan melamarnya jadi sudah pasti akan menikahinya." kata Anggara dengan sangat yakin.
"Bisa nerima Dena yang udah gak utuh?"
Anggara memicingkan matanya, menatap tajam Evan. Apa maksudnya Dena tidak utuh.
"Udah aku duga, om gak tau apa-apa. Mungkin Dena juga nggak berani jujur sama om. Kami berpacaran cukup lama, nggak mungkin kalau kami pacaran sekedar gandengan tangan doang." Evan terlihat pandai mengarang cerita dan memprovokasi Anggara.
"Kami udah lebih dari itu, om. Kami sering melakukannya." ucap Evan dengan sengaja memberikan penekanan di akhir kalimatnya.
Anggara mengepalkan tangannya, menahan diri untuk tak menghajar wajah songong keponakannya. Mengingat di bawah masih banyak keluarganya yang sedang mempersiapkan untuk acara pernikahannya besok.
"Dena itu gak selugu itu, om. Di itu penggoda yang pintar menyembunyikannya dibalik wajah polosnya." Evan semakin menjadi-jadi. Kali ini dia harus membuat Anggara muak dan mundur dari pernikahannya dengan Dena.
"Itu artinya kamu brengsek, Van. Menghancurkannya tapi menikahi Asta. Dan aku tak tau apa tujuanmu. Yang pastinya, saya cuma mau bilang. Seperti apapun Dena, saya sudah ikhlas menerimanya." ucapan Anggara yang sangat yakin dan tegas membuat Evan terhenyak.
"Kamu kira saya asal ambil keputusan buat nikahi Dena. Nggak seperti itu, Evan..."
"Kalau saya hanya memikirkan keperawanan sebagai acuan buat cari istri. Sudah pasti saya bakalan menerima perjodohan yang ditawarkan mbak Nanda dulu, Van." kata Anggara lagi.
Anggara adalah lelaki konservatif, taat aturan dan agama. Setau Evan, om nya itu tak pernah dekat dengan perempuan manapun. Walaupun lelaki itu cukup tampan tapi tak pernah ada wanita yang menjadi kekasihnya.
Nanda, kakak tertua Anggara bahkan berusaha menjodohkan Anggara dengan salah satu anak buahnya yang bekerja sebagai perawat.
Tapi Anggara menolaknya mentah-mentah. Padahal latar belakang gadis itu sangat bagus dan juga memiliki attitude yang baik.
"Kalau nggak ada yang mau kamu omongin lagi, mending pulang. Kasian anak istrimu, mereka pasti menunggumu di rumah. Kamu bukan bujangan lagi, harusnya kamu mengurusi keluargamu bukan calon istriku." ucapan Anggara setengah mengusir setengahnya lagi menyindir.
"Aku cuma kasih masukkan ke om. Dena nggak cocok buat om."
"Cocok atau nggak, nggak ada hubungannya dengan kamu. Ingat Van, kamu itu cuma mantan." sahut Anggara
"Mantan yang meninggalkan Dena karena menghamili saudara tirinya." lanjut Anggara dengan nada dingin.
Evan terlihat sangat kesal dengan ucapan Anggara. Wajahnya memerah menahan emosi.
Tentang yang diucapkan Anggara semuanya benar.
Dena hanya mantan.
Dia mencampakkan Dena dan menikahi Asta yang meminta pertanggung jawaban karena hamil anaknya.
Evan pun segera keluar dari kamar Anggara. Tadinya Evan mengira dengan cara menjelek-jelekkan Dena, Anggara akan jijik pada Dena dan membatalkan pernikahan besok.
Cara itu ternyata tak berguna, Anggara lelaki dewasa dengan segala pemikiran yang matang. Jika dia bodoh sudah pasti tak akan memiliki usaha sesukses sekarang.
Harusnya Evan menyadari hal itu. Dan kini dia sudah menyulut peperangan dengan Anggara.
Jemari Evan memegang erat pegangan tangga dengan sangat kuat. Membayangkan saat ini dia sedang mencekik leher Anggara.
Jiwa psikopatnya seketika muncul. Biasanya dia hanya merasa ingin menghancurkan Asta. Tapi kali ini, Anggara juga masuk dalam daftar list nya.
"Kamu udah dapat semuanya, pujian, pengakuan, kesuksesan. Kali ini kamu nggak boleh mendapatkan Dena. Dia cuma milik aku." ucap Evan sambil tersenyum tipis. Mata lelaki itu terlihat berbeda, mata yang membara dan terlihat sangat menakutkan.
"Dena sayang.. Tunggu aku." kata Evan yang kemudian berjalan ke arah luar dan meninggalkan rumah bude nya tanpa pamit.
masak tulisan tangan istri yg 20 thn bersama gak apal..
jadi bisa dikibuli kana..
😀😀😀❤❤❤
Anggaraaaaa...
laki2 superrrrrrr..
😀😀❤❤❤❤❤❤
❤❤😉❤❤❤
❤❤❤❤❤
makasi mau melanjutkan novel sang pemilik hati..
aku suka ama kak author yg tanggung jawab gini..
mkasi..
❤❤❤❤❤❤😍😍😍😍😘😘😘😘😗😗😗😙😙😙
❤❤❤❤❤
emang laki2 bwneran..
Anggara2...
lope2 dehhhh..
semangatttt...
❤❤❤❤
apa yg akn Evan lakukan lagi..
???
❤❤❤❤❤❤
😀😀😀❤❤❤❤
❤❤❤❤❤
😍😍😍❤❤❤❤
nyadarrrrr banggggg
cerdas banget vania ini..
swtelah diaudit..
pastu kana dan tedy harus ganti rugi..
salon vania jan jadi menyusut tinggak 2..
dan kebaikan wajah papinya..
jadilah klop .
perpasuan yg sempurna..
😀😀😀❤❤❤
😀😀😀❤❤❤
semangatttttt otorr,, buat ted jd gembel brsma dg kana - asta 💪💪💪💪💪🙏🙏😍
😀😀😀❤❤❤❤