Raina Wulandari, seorang wanita cantik yang harus menerima kenyataan pahit ketika diceraikan oleh suaminya setelah hampir tujuh tahun membina rumah tangga. Dan alasannya sangat klasik, Raina dianggap mandul dan tak bisa memberikan keturunan.
Raina pulang ke kampung halamannya dan memulai hidup baru di sana. Niatnya ingin mencari ketenangan batin karena selama ini dia hidup menderita di bawah tekanan mantan suami dan mantan mertuanya.
Namun, hal itu sepertinya tak bisa berjalan lancar. Karena seorang pria dari masa lalu Raina muncul dan membawa semuanya kerumitan hidupnya. Raina akhirnya ikut terseret dan tak bisa lepas dari seorang duda tampan bernama Rahardian Pratama. Apalagi anak pria itu selalu menempel pada Raina, padahal Rahardian selalu menunjukkan permusuhan setiap bertemu Raina.
Bagaimanakah jalan kisah Raina? Apakah Raina mau menerima tawaran pernikahan dari ibu kandung Rahardian? Ataukah kembali pada Bayu, mantan suami yang dicintainya itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naira_W, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebahagiaan Rayyan
Sudah satu minggu sejak Raina memberikan lampu hijau pada Rahardian. Hubungan mereka pun semakin menghangat.
Rahardian selalu mengantar jemput Raina kuliah. Begitu pula dengan Rayyan yang hampir setiap hari berada di rumah Raina.
Tante Dewi kewalahan mengasuh Rayyan yang sedang aktif sedangkan saat ini dia masih bolak-balik ke rumah Rama adik Rahardian.
Istri Rama adalah seorang yatim piatu, Tante Dewi sebagai orang tua satu-satunya tentunya tak membiarkan begitu saja menanti dan cucu keduanya itu kesusahan.
Akhirnya Rayyan selalu dititipkan pada Raina, lagipula kelak Raina akan menjadi ibu dari Rayyan jika menikah dengan Rahardian.
Seperti hari ini, Rayyan dan Raina sudah siap menunggu Rahardian datang. Sore ini Raina ada jadwal kuliah dan Rahardian akan menjemputnya setelah pulang kantor.
Rahardian dua hari ini cukup sibuk karena akan ada kunjungan dari pusat. Jadi Rahardian tak bisa sesantai biasa.
Padahal Raina sudah melarangnya untuk menjemput, tapi yang namanya Rahardian ya tetap saja akan mengantar jemput Raina kemanapun dia pergi walaupun sedang sibuk.
"Papa kamu bandel banget, Ray. Udah dibilangin gak usah jemput, masih aja mau jemput." kata Raina sewot karena sampai mendekati jam empat sore belum ada tanda-tanda Rahardian muncul.
Padahal kuliahnya akan dimulai pukul empat tiga puluh menit.
Tak lama terdengar suara klakson mobil dari arah luar. Rayyan segera bangkit dari kursinya dan segera menuju jendela.
Anak berusia tiga tahun itu meloncat girang saat melihat mobil milik papanya.
Raina pun mengemasi semua barang-barangnya juga Rayyan. Setelah pamit pada ibunya, Raina pun segera keluar menuju mobil Rahardian sambil menggendong Rayyan.
Rahardian segera keluar dan membuka pintu mobilnya, rutinitas yang dilakukannya untuk sang pujaan hati jika menaiki mobil.
"Maaf, tadi agak susah mau keluar. Kamu belum telat kan?" tanya Rahardian sambil meminta maaf
"Gak apa-apa mas, belum telat kok." kata Raina menenangkan pria itu
Terlihat wajah kuyu lelaki itu, seperti pekerjaannya di kantor hari ini memforsir tenaganya karena dia terlihat sangat lelah.
"Mas, nanti gak usah jemput aku. Biar nanti aku pakai ojek aja ya. Kamu istirahat saja." kata Raina yang khawatir pada Rahardian.
"Nggak, nanti mas jemput. Lagi pula mas masih harus ke kantor lagi. Setelah ngantar Rayyan ke rumah Rama." kata Rahardian.
"Loh, kenapa gak bilang kalau mas masih harus ke kantor lagi. Aku gak enak loh sama teman-teman juga atasan mas kalau mas sering tinggalin kantor." kata Raina pada Rahardian.
"Nggak apa-apa, memang dikasih waktu istirahat sebentar. Sekalian jemput kalian." kata Rahardian.
"Ck, tau gitu biar Rayyan di rumah aja mas. Ada ibu sama Zahra yang bisa bantu jaga. Kalau di rumah Rama, kasihan Tante Dewi." kata Raina.
"Nggak apa-apa, istrinya Rama juga udah sehat kok. Udah sehat katanya. Lagipula dirumahnya juga ada ART yang bantu mengurus bayinya Rama." kata Rahardian.
"Udah, jangan banyak mikir. Semuanya baik-baik aja, kok." kata Rahardian pada Raina.
"Mas, hati-hati nyetirnya ya. Kalau capek kasih tau aku ya, biar aku pulang pakai ojek. Kamu jangan khawatir, aku akan langsung pulang ke rumah kok. Gak singgah ke tempat lain." kata Raina saat turun dari mobil. Raina mengecup pipi chubby Rayyan yang digendong oleh Rahardian sebelum dia pergi menuju kelasnya.
"Enak banget kamu, Ray. Bisa dicium mama Rain. Papa jadi iri sama kamu." kata Rahardian kemudian mencium pipi putranya tepat di noda lipstik Raina yang menempel di pipi putranya itu
"Duh, baru gini aja rasanya udah deg-deg ser. Gimana kalau beneran nempel." kata Rahardian sambil tersenyum sendiri.
Dia pun segera memasuki mobilnya dan memasang sabuk pengaman pada putranya setelah menyetel kursinya agar Rayyan dapat berbaring sambil meminum susunya. Mereka meninggalkan area kampus menuju rumah Rama.
Rahardian melirik ke arah putranya, bocah kecil yang malang. Rahardian rasanya ingin mencekik wanita yang bernama Arumi itu. Karena membuat putranya mengalami trauma berat.
Tapi, Rahardian lagi-lagi yang salah. Dia tak pernah menganggap keberadaan Arumi. Dan wanita itu melampiaskannya kepada bocah kecil yang tak lain adalah keponakannya.
Rayyan memang bukan lahir dari rasa cinta Rahardian dan Mala. Tetapi hasil dari hubungan suami istri yang mereka lakukan karena kewajiban. Dan hanya sebatas itu saja.
Tak ada ungkapan cinta ataupun bentuk kasih sayang. Namun Rahardian tetap menyayangi buah hatinya itu.
"Maafkan, papa ya sayang." kata Rahardian sambil mengelus kepala putranya yang sudah tertidur itu.
Rahardian merasa berdosa pada makhluk kecil itu. Dan berusaha membawa kebahagiaan putranya, dan kebahagiaan itu adalah Raina. Wanita yang menyayangi putranya seperti seorang ibu kandung.
Dan Rahardian akan menikah dengan Raina bukan hanya untuk dirinya saja tetapi juga untuk kebahagiaan Rayyan.