NovelToon NovelToon
Cinta Mulia

Cinta Mulia

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Pernikahan Kilat / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Kantor
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Serena Muna

Mulia adalah seorang wanita sukses dalam karir bekerja di sebuah perusahaan swasta milik sahabatnya, Satria. Mulia diam-diam menaruh hati pada Satria namun sayang ia tak pernah berani mengungkapkan perasaannya. Tiba-tiba Mulia mengetahui bahwa ia sudah dijodohkan dengan Ikhsan, pria yang juga teman saat SMA-nya dulu. Kartika, ibu dari Ikhsan sudah membantu membiayai biaya pengobatan Dewi, ibu dari Mulia hingga Mulia merasa berutang budi dan setuju untuk menerima perjodohan ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Disiram Air

Mulia mengangguk, air matanya menetes. "Iya, Tante. Mereka bilang saya wanita penggoda. Saya tidak tahu harus bagaimana lagi. Saya sudah tidak punya pekerjaan. Saya tidak tahu bagaimana harus membayar biaya rumah sakit ini."

Kartika langsung memeluk Mulia. "Ya Tuhan, Mulia. Tante tidak menyangka mereka bisa sejahat itu." Kartika melepaskan pelukannya, menatap mata Mulia dengan penuh keyakinan. "Tapi kamu harus kuat. Kamu tidak boleh menyerah. Tante yakin, suatu hari nanti, kebenaran akan terungkap."

Mulia terharu. Ia merasa, Kartika adalah satu-satunya orang yang benar-benar membelanya, selain Satria.

"Apalagi aku sudah tidak punya apa-apa lagi sekarang, Tante," Mulia berbisik, suaranya parau.

"Tidak, Nak. Kamu masih punya bakat, kamu masih punya semangat. Dan kamu masih punya ibu yang mencintaimu," kata Kartika. "Dan satu hal lagi, kamu harus tahu ini. Suatu hari, keadilan akan datang. Mungkin mereka yang salah, suatu hari nanti akan tahu rasanya bagaimana difitnah dan dipecat. Pasti akan ada karma yang membalas kejahatan mereka."

Mulia tersenyum tipis. Kata-kata Kartika memberinya sedikit kekuatan. Ia merasa, ia tidak sendirian.

Tiba-tiba, seorang pria tampan dengan tubuh tinggi tegap mendekati meja mereka. Ia mengenakan kemeja biru yang digulung hingga siku, menambah kesan santai namun tetap elegan. Ia tersenyum kepada Kartika.

"Mama, sudah selesai? Kita pulang sekarang?" tanya pria itu.

Mata pria itu beralih ke Mulia. Senyumnya pudar. Ia menatap Mulia dengan mata membulat. "Mulia? Mulia Anggraeni?"

Mulia terkejut. Ia mengenali suara itu. Ia mendongak, menatap wajah pria itu. Ia adalah Ikhsan, teman lamanya di SMA. Mereka tidak pernah satu kelas, tapi Mulia mengenali wajah Ikhsan yang selalu menjadi idola para siswi.

"Ikhsan?" jawab Mulia, suaranya terkejut.

Ikhsan tersenyum lebar. "Ya ampun, Mulia. Sudah lama sekali tidak bertemu. Kamu sedang apa di sini?" Ikhsan menatap ibunya dengan bingung. "Mama kenal Mulia?"

"Mulia teman SMA-ku, Mama?" Ikhsan memandang ibunya.

"Ya, Ikhsan. Ini Mulia," jawab Kartika, tersenyum. Ia menatap Mulia dan Ikhsan bergantian. Ia bisa melihat, ada kilatan di mata Ikhsan saat ia menatap Mulia.

"Kamu baik-baik saja, Mulia? Wajahmu pucat," tanya Ikhsan, suaranya terdengar tulus.

Mulia mengangguk. "Aku... baik-baik saja. Kamu apa kabar?"

"Baik-baik saja," jawab Ikhsan. Ia lalu menatap ibunya. "Mama sudah janji mau traktir aku makan malam. Kamu ikut, Mulia?" tanyanya, melirik ke arah Mulia.

Mulia menggeleng. "Terima kasih, tapi aku harus menunggu ibuku."

"Tidak apa-apa, Nak," Kartika menginterupsi. "Ibumu sudah di kamar. Kamu tidak perlu menungguinya di sini. Malam ini, biar tante yang menjaga ibumu."

Mulia menatap Kartika, matanya berkaca-kaca. "Tante... aku tidak bisa."

"Jangan menolak, Mulia," kata Ikhsan. "Kami hanya ingin membantumu."

****

Ikhsan membawa Mulia ke sebuah restoran yang tidak terlalu jauh dari rumah sakit. Restoran itu terasa hangat dan nyaman, sebuah kontras yang tajam dengan hari yang baru saja dilalui Mulia. Mulia duduk di hadapan Ikhsan. Hatinya masih terasa berat. Ia tidak tahu harus mulai dari mana.

"Mulia, kamu bisa cerita," kata Ikhsan, suaranya lembut. "Aku tidak akan menghakimi. Aku hanya ingin mendengarkan."

Air mata Mulia kembali menetes. Ia tidak bisa lagi menahannya. Ia menceritakan semuanya. Mulai dari presentasinya, niat kotor Pak Wibowo, hingga fitnah yang dilontarkan Bu Hanim dan Soraya yang berujung pada pemecatannya.

Mulia berbicara dengan suara bergetar, sesekali terhenti oleh isakan.

"Aku tidak tahu harus berbuat apa, Ikhsan," Mulia berbisik, air matanya membasahi pipinya. "Aku sudah tidak punya pekerjaan. Aku tidak punya uang. Dan sekarang, ibuku sakit. Aku merasa seperti pecundang."

Ikhsan mendengarkan dengan penuh perhatian. Wajahnya yang semula tenang, kini berubah tegang. Ia merasa iba. Ia tahu, Mulia adalah wanita yang baik. Ia tidak mungkin melakukan semua hal yang dituduhkan kepadanya.

"Kamu bukan pecundang, Mulia," kata Ikhsan. Ia mengulurkan tangannya dan mengusap tangan Mulia. "Kamu adalah korban di sini. Mereka yang seharusnya malu, bukan kamu."

Mulia menatap Ikhsan, matanya berkaca-kaca. Ia merasa, Ikhsan adalah satu-satunya orang yang benar-benar membelanya, selain Satria.

"Terima kasih, Ikhsan," ucap Mulia, suaranya parau.

"Aku akan membantumu, Mulia," kata Ikhsan, tatapannya tulus. "Aku akan pastikan kamu mendapatkan pekerjaan yang layak. Aku akan pastikan mereka yang menyakitimu mendapatkan balasan yang setimpal."

Mulia tersenyum tipis. "Tapi, kamu tidak tahu, Ikhsan. Mereka itu orang-orang yang sangat berkuasa."

"Aku tidak peduli," jawab Ikhsan tegas. "Aku akan membantumu."

****

Saat Mulia dan Ikhsan sedang berbicara, sebuah suara melengking menghentikan pembicaraan mereka.

"Lihat! Wanita murahan ini sedang menggoda pria lain!"

Mulia dan Ikhsan menoleh. Di sana, berdiri Bu Hanim, dengan mata penuh amarah. Ia berjalan cepat mendekati meja mereka. Tanpa basa-basi, ia mengambil segelas air dari meja di dekatnya dan menyiramkannya ke wajah Mulia.

"Dasar wanita tidak tahu malu!" teriak Bu Hanim. "Sudah merusak rumah tanggaku, sekarang kamu berani-beraninya mengincar pria pemilik lain? Hah?"

Mulia terkejut. Pakaiannya basah kuyup. Ia merasa malu. Semua mata di restoran kini tertuju pada mereka. Mulia tidak tahu harus berbuat apa.

"Bu, apa yang Anda lakukan?" Ikhsan berdiri, suaranya penuh amarah.

Bu Hanim menertawakannya. "Lihat, Mulia! Dia membela kamu! Kamu memang wanita murahan!"

"Saya bukan wanita murahan!" Mulia berteriak, air matanya bercampur dengan air yang menyiram wajahnya. "Saya tidak pernah menggoda suami Anda!"

"Pembohong! Suamiku sendiri yang bilang kalau kamu merayunya!" balas Bu Hanim. "Kamu pikir aku tidak tahu? Kamu itu hanya mengincar harta dan jabatan. Kamu mengincar semua yang dimiliki keluargaku!"

Ikhsan mengambil serbet dan memberikannya kepada Mulia. Ia menatap Bu Hanim dengan pandangan penuh kebencian. "Bu, tolong jaga sikap Anda! Anda mempermalukan diri sendiri di tempat umum."

"Aku tidak peduli!" bentak Bu Hanim. "Yang penting, semua orang tahu siapa wanita ini! Dia adalah perusak rumah tangga! Dia adalah wanita murahan! Dan dia juga sedang menggoda kamu!"

Ikhsan tidak bisa menahan amarahnya lagi. Ia melangkah maju, berdiri di hadapan Bu Hanim. "Bu saya adalah pemilik tempat ini. Dan saya minta Anda untuk keluar dari restoran ini. Sekarang juga! Jika tidak, saya akan panggil keamanan."

Bu Hanim terkejut. Ia tidak menyangka Ikhsan akan bertindak sejauh itu. Ia menatap Ikhsan dengan mata membulat, lalu menoleh ke arah Mulia.

"Kamu... kamu akan menyesal, Mulia!" ancam Bu Hanim. "Aku akan pastikan kamu tidak akan pernah bisa hidup tenang!"

Bu Hanim berbalik dan berjalan keluar dari restoran. Tatapan matanya yang penuh ancaman masih membekas di benak Mulia.

Setelah Bu Hanim pergi, Mulia kembali duduk, tubuhnya gemetar. Ia tidak bisa menahan tangisnya. Ia merasa malu, ia merasa hancur. Ikhsan duduk di sampingnya, memeluk bahunya.

"Sudah, Mulia. Jangan menangis," katanya. "Kamu tidak salah. Mereka yang salah. Aku akan membantumu. Aku tidak akan membiarkan mereka menyakitimu lagi."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!