NovelToon NovelToon
Dewa Ninja Lima Element

Dewa Ninja Lima Element

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Reinkarnasi / Kelahiran kembali menjadi kuat / Epik Petualangan / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Ilmu Kanuragan
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Igun 51p17

menceritakan kisah seorang pemuda yang menjadi renkarnasi seorang lima dewa element.

pemuda itu di asuh oleh seorang tabib tua serta di latih cara bertarung yang hebat. bukan hanya sekedar jurus biasa. melainkan jurus yang di ajarkan adalah jurus dari ninja.

penasaran dengan kisahnya?, ayo kita ikuti perjalanan pemuda tersebut.!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Igun 51p17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

22

Senja merayap pelan di ufuk barat, matahari seperti ragu ragu ingin turun, membelah langit menjadi jingga dan kelam. Sebagai pertanda jika terjadi suatu fenomena perubahan dari siang menjadi malam.

Di saat penomena itu terjadi, tepatnya di depan gerbang besar Perguruan Jaya Abadi, ratusan anak panah melesat deras, mengoyak udara dan tubuh para murid Perguruan Badai Neraka yang tengah bergerak dalam barisan rencana penyerangan mereka.

"Arkkhh…!"

jeritan nyeri membahana, bergema menghantam hati siapa pun yang mendengar. Suara itu berganti jadi jeritan putus asa, lalu meraung menjadi pekikan terakhir dari hidup mereka. Satu demi satu anak panah menancap di tubuh para murid golongan hitam, membuat mereka roboh tanpa daya yang berakhir dengan kematian yang sia sia..

Setelah hujan panah reda, pintu gerbang perguruan itu terayun terbuka lebar. Dari balik celah itu, ratusan pasukan Jaya Abadi berbaris keluar, tangan mencengkeram senjata dengan tegas, mata menyala penuh amarah, siap menyambut pertarungan yang akan segera pecah.

Ki Saganda, ketua dari Perguruan Badai Neraka menjadi sangat marah ketika melihat serangan yang tidak terduga. Mereka yang awalnya hendak menyerang. Justru mereka terlebih dahulu di serang dengan banyak korban jiwa di pihaknya.

"Kurang ajar.. ternyata mereka sudah mempersiapkan semuanya" kata Ki  Saganda penuh ke geraman.

Setelah melihat orang orang dari golongan putih sudah keluar dari perguruan mereka. Ki Saganda langsung memerintahkan semua murid serta anggotanya untuk melakukan serangan balasan.

"Serang.. habisi dan hancurkan orang orang dari Perguruan Jaya Abadi, hingga tak bersisa dan rata dengan tanah" teriak Ki Saganda memberi aba aba.

Hiaaaa...

Teriakan sang ketua memecah sunyi, menggetarkan jiwa semua orang yang berdiri di garis depan. Dengan langkah pasti, mereka maju, menghadapi pertarungan hidup dan mati yang segera dimulai.

Ketika jarak sudah cukup dekat, dentingan pedang dan tombak mulai berdentang tajam, memecah keheningan senja yang mulai menipis.

“Trang!

Trangg!”

Suara gesekan senjata beradu mengiris udara, menimbulkan percikan api yang melesat dalam kegelapan, seperti tarian cahaya yang sekaligus memancarkan ketakutan di mata para petarung.

Bamm..

Tubuh saling hantam, pukulan menghantam perisai dan otot, membuat beberapa dari mereka terpental mundur dengan napas tersengal.

Crashh...

sayatan pedang mulai mengoyak daging, luka dengan cairan merah mengalir deras, membuat deru nyeri dan teriakan kasar bergema di medan tempur.

Arkkhh.

Suara tangisan kesakitan pecah bersahutan, namun tak satupun yang mundur. Malam itu, tak ada kata menyerah, hanya perjuangan tanpa ampun yang akan menentukan siapa yang berdiri sebagai pemenang.

Tidak lama kemudian beberapa tubuh tubuh manusia mulai berjatuhan dengan keadaan badan yang terkoyak dan tertusuk senjata tajam.

Ambruknya tubuh mereka di sertai dengan cairan merah yang keluar dari kulit dan daging yang terluka lebar. Bukan hanya itu, ambruknya tubuh mereka juga menandakan bahwa nyawa mereka sudah lepas dari raganya.

Akan tetapi, kematian mereka bukanlah akhir dari pertarungan tersebut. Kedua kubu terus menerus saling menyerang satu sama lain, hingga pada saat ini, tanah yang menjadi tempat pertarungan sudah menunjukkan perubahan warnanya menjadi merah.

Di satu sisi, di dalam Perguruan Jaya Abadi.

Sosok Ketua perguruan yang bernama Ki Kurawa berniat keluar dari perguruan untuk membantu pertarurang murid muridnya.

Baru saja Ki Kurawa melangkahkan kakinya, ia langsung di hentikan oleh Bayu Wirata yang ada di belakangnya.

"Aku sarankan kau tidak perlu ikut dalam pertarungan ini, dengan keadaanmu yang seperti itu. Kau tidak akan bisa menang dalam menghadapi sosok pemimpin mereka" kata Bayu Wirata sembari berjalan mendekat ke arah Ki Kurawa.

Ki kurawa menoleh ke arah pemuda tersebut. dan ia langsung menyahutinya.

"Jika bukan aku. Lalu siapa yang akan melawannya?" Sahut Ki Kurawa yang menjadi sebuah peryanyaan untuk lawan bicaranya.

Untuk sesaat, Bayu Wirata memandang kearah langit malam yang mulai gelap. Setelah itu, ia menoleh kembali ke arah Ki Kurawa.

"Benda yang mereka inginkan ada padaku, jikapun kau bertarung dan kalah dalam pertarungan itu, maka selanjutnya ia akan tetap memburuku" kata Bayu Wirata dengan tatapan tajam kedepan sembari telinganya yang sudah mendengar dentingan senjata pertarungan.

"Lalu apa yang akan kau lakukan?" Tanya Ki Kurawa penasaran dengan perkataan pemuda di depannya yang ia rasa masih ada sepenggal kata yang tidak lengkap.

"Aku berniat akan menhadapinya sekarang." Sahut Bayu Wirata yakin, tanpa adanya keraguan sama sekali.

"Tidak ada bedanya menghadinya nanti ataupun sekarang , keduanya akan sama sama melibatkan pertarungan" lanjutnya lagi sembari melangkahkan kakinya ke depan, meninggalkan Ki Kurawa.

Ki Kurawa memandang punggung belakang pemuda tersebut, ada rasa kekaguman pada pemuda yang baru ia kenal.

Kata kata yang di keluarkan oleh Bayu Wirata memang benar adanya. Target musuh adalah satu benda berharga yang ada pada Bayu Wirata.

"Pemuda itu memang memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi" gumam Ki Kurawa yang kembali mengingat bagaimana ia mengantarkan cucunya kemarin dengan baik.

"Mungkin kau yang akan menghadapi Ki Saganda, namun, aku sebagai ketua juga harus ikut dalam pertarungan ini demi murid muridku" gumam Ki Kurawa yang juga mulai melangkah ke depan.

Bayu Wirata berjalan ke depan menuju gerbang perguruan, hingga saat jarak sudah dekat. Ia menghentakkan kakinya untuk melompat ke atas.

Hupp...

Pemuda itu mendaratkan kakinya pada kayu yang mejadi bagian atas gerbang perguruan. Mata menatap tajam jalannya pertarungan yang sudah memperlihatkan korban bergelimpangan di atas tanah dengan keadaan tubuh yang tersayat sayat.

"Inikah yang namanya pertarungan di dalam perang" tanya Bayu Wirata dalam hatinya.

Tidak berapa lama kemudian, Ki Kurawa mendaratkan kakinya di dekat pemuda yang bernama Bayu Wirata itu.

"Apakah kau yakin dalam pertarungan ini?" Tanya Ki Kurawa memastikan keyakinan pemuda di sampingnya. Namun matanya menatap pokus ke depan melihat pertarungan yang sedang terjadi.

"Aku yakin, katakan padaku yang mana sosok pemimpin mereka. Aku akan menghadapinya langsung. dengan kematiannya, maka perang ini akan cepat berakhir" jawab Bayu Wirata dengan penuh keyakinan.

Ki Kurawa mendengar apa yang di katakan oleh pemuda di sampingnya. Ia menggelengkan kepalanya atas keyakinan pemuda tersebut dalam mengalahkan Ki Saganda. akan tetapi, ia juga membenarkannya. Karena dengan kekalahan Ki Saganda maka perang itu akan berakhir.

Sesaat matanya menatap ke segala arah. Mencoba menerobos kegelapan malam. Pada saat itu, Ki Kurawa sedang mencari sosok yang harus di kalahkan.

Hingga tidak berapa lama kemudian, ia melihat satu sosok di kejauhan yang hanya berdiri tanpa melakukan apa apa.

"Apakah itu adalah Ki Saganda" gumam Ki Kurawa, menyipitkan matanya berharap pandangannya lebih jelas.

Akan tetapi, jarak yang cukup jauh serta gelapnya malam, membuat Ki Kurawa tidak bisa memastikan jika sosok itu adalah Ki Saganda. pada akhirnya untuk meyakinkan hati, Ki Kurawa berniat untuk melihatnya dari jarak dekat.

"Kau lihat sosok yang berdiri di sana, aku tidak tahu dia siapa. Hanya saja aku memiliki perasaan jika dia adalah pemimpin musuh" kata Ki Kurawa sembari tangannya menunjuk ke satu arah yang terdapat satu sosok gelap di kejauhan.

Bayu Wirata melihat arah yang di tunjukan oleh Ki Kurawa. Pada saat itu, ia juga melihat sosok tersebut.

"Kau tunggu di sini. Aku akan melihatnya terlebih dahulu. Dan aku ingin memastikan apa yang menjadi alasan orang tersebut menyerang perguruan kami" kata Ki Kurawa sambil melesat ke depan meninggalkan pemuda di sampingnya lalu memasuki medan pertarungan sebelum menuju tempat sosok yang akan ia tuju.

Hupp..

Ki Kurawa melesat di antara kerumunan yang saling bertarung, tubuhnya lincah menghindari serangan demi serangan. Sesekali pedangnya menyambar ke udara, mengayun cepat menyayat ke arah lawan yang berdiri terlalu dekat.

Crashh..

Beberapa musuh roboh satu per satu di bawah tebasannya, cairan merag mengalir membasahi pedangnya lalu jatuh ke tanah.

Hingga saat jarak sudah dekat dengan tempat yang ia tuju. Ki Kurawa meloncat tinggi ke udara, tubuhnya berputar putar sesaat di gelapnya malam seolah menari di antara bintang. Angin malam mengibas ngibaskan jubahnya saat dia mendarat tepat di depan sosok yang berdiri tegap di kegelapan.

“Mengapa kau menyerang kami, Ki Saganda?” suaranya dingin, tapi matanya sudah menangkap dengan jelas siapa yang dihadapinya.

Sebelumnya, Ki Saganda mengamati jalannya pertarungan dengan mata tajam seperti elang. Ia berdiri diam, mengawasi pertarungan sengit antara pasukannya melawan pendekar Golongan Putih dari Perguruan Jaya Abadi.

Diam diam, hatinya waspada, menunggu sosok yang ia cari. Ki Kurawa, sang ketua Perguruan Jaya Abadi yang akan menjadi targetnya.

Matanya menelusuri medan pertarungan, tidak ingin melewatkan satu detail sedikitpun, seperti pemburu yang sedang mengintai mangsanya.

Hingga beberapa saat kemudian, ia melihat satu sosok mendekat ke arahnya. Senyum sumringah tercetak jelas di bibirnya. Karena ia mengetahui siapa yang mendekat itu.

"Akhirnya kau muncul juga, Ki Kurawa" gumam Ki Saganda dalam hatinya.

Ki Kurawa mendarat tepat di depannya sambil memegang satu pedang yang sudah berlumur cairan merah dari para korbannya.

Hingga satu pertanyaa dari Ki Kurawa terdengar di telinganya.

"Mengapa kau menyerang perguruan kami?, apakah kau belum puas setelah menghancurkan Perguruan Matahari" Tanya Ki Kurawa meminta kepastian.

Ki Saganda melirik ke arah Ki Kurawa, bibirnya membentuk senyum tipis penuh ejekan, bukan senyum persahabatan.

"Aku menyerang perguruanmu karena memang ingin menargetkanmu," ujarnya santai, tatapannya menusuk.

Ki Kurawa menatap balik, pura pura tidak paham dengan maksud perkataan lawan bicaranya.

"Apa alasanmu menargetkanku?" tanyanya dengan suara dingin.

Ki Saganda melepas tawa kecil. "Aku tahu kau cuma berpura pura, Ki." Matanya berkilat tajam.

"Dan aku yakin pemuda itu sudah menyerahkan kotak itu padamu." Lanjut Ki Saganda.

Sesaat suasana hening menyelimuti udara di antara mereka. Ki Kurawa menelan ludah, seketika ia sadar maksud lawannya menginginkan sebuah kotak misterius yang selama ini menyimpan satu rahasia . Tidak lama kemudian tiba tiba, sosok muda melesat datang, mendarat di antara mereka dengan wajah yang menghadap Ki Saganda.

Bayu Wirata, pemuda yang dari tadi mengikuti Ki Kurawa dari belakang. pemuda itu berdiri dengan tenang, matanya penuh tekad namun tetap waspada.

"Apakah pemuda yang kau maksud itu adalah aku?" Tanya Bayu Wirata yang sudah memakai kain tipis menutupi bagian bawah dari wajahnya. Yaitu Dari hidung sampai dagu.

Ki Saganda menatap sosok di pemuda di depannya. Lalu ia mengkerutkan keningnya.

"Aku tidak tahu apakah kau orang nya atau bukan. Tapi karena kau sudah berada di sini, maka kemungkinan besar. Kau adalah orang pemuda tersebut" sahut Ki Saganda.

Merasa tidak ingin membuang banyak waktu lagi. akhirnya Ki Saganda langsung bertanya tentang apa yang menjadi tujuannya datang ke sana.

"Apakah kau masih menyimpan kotak itu atau kau sudah memberikannya kepada orang itu" tanya Ki Saganda sembari jarinya menunjuk ke arah Ki Kurawa yang sudah berdiri di samping Bayu Wirata.

Bayu Wirata mendengar pertanyaan Ki Saganda dengan tatapan tajam. Perlahan, tangannya merogoh ke dalam balik bajunya, kemudian mengeluarkan dua benda yang menjadi incaran sosok di depannya, sebuah kotak misterius yang sudah kosong dan sebilah belati kecil yang dulu tersimpan di dalamnya.

"Apakah ini yang kau cari? Hingga kau tega menghancurkan satu perguruan, membunuh seorang ibu, dan kini hendak mengulanginya lagi?" suaranya menggelegar, meski napasnya tersendat oleh kegeraman yang mengoyak dada. Matanya menyala nyala menahan amarah yang nyaris meledak.

Ki Kurawa yang berdiri tak jauh ikut terpana, wajahnya memerah cemas. Merasa tidak terima dengan apa yang di tunjukan oleh Bayu Wirata.

"Apa yang kau lakukan? Jangan tunjukkan benda itu Padanya! Kau hanya akan membuatnya semakin memburumu!" serunya terburu buru, suara bergetar.

Di hadapan mereka, Ki Saganda membeku sejenak. Matanya terpaku pada belati kecil di tangan Bayu Wirata, bukan pada kotak misterius yang sudah kosong.

Ki Saganda tersenyum seolah menemukan apa yang selama ini dicarinya dengan penuh harap di hatinya

"Itu dia pusaka belati petir yang melegenda" desis Ki Saganda dengan mata yang berbinar.

"Cepat berikan padaku pusaka itu, maka aku akan menghentikan perang ini secara langsung" kata Ki Saganda sembari memajukan tangannya dengan posisi tapak menghadap ke atas.

Ki Saganda memberikan penawaran dengan perang akan di hentikan.

Bayu Wirata memang mendengar permintaan Ki Saganda serta penawaran sebagai gantinya. Namun pada saat itu, ia sama sekali tidak ingin memberikan benda yang di inginkan oleh sosok di depannya.

"Sayang sekali, aku tidak memiliki niat untuk memberikan pusaka ini padamu" sahut Bayu Wirata.

Ki Saganda menatap Bayu Wirata dengan sorot mata yang menusuk, rahang terkatup kuat menahan amarah yang mulai membara. Kata penolakan dari pemuda itu seperti api yang menyulut bara di dadanya.

"Dasar bodoh," geramnya sambil suaranya meninggi, nada benci menggelegar.

"Kau akan menyesal atas penolakanmu! Bukan hanya perguruan ini yang hancur, tapi juga nyawamu yang tak pernah mampu mengukur kekuatan lawan!" lanjut Ki Saganda yang menyombongkan kemampuannya.

Bayu Wirata malah tersenyum dingin, penuh percaya diri ketika mendengar ocehan lawan.

Dengan cepat ia mengacungkan Pusaka Belati Petir yang semula terlihat kecil .

"Benarkah? Mari kita buktikan sendiri. Justru aku yang akan membunuhmu dengan pusaka yang kau inginkan ini," tantangnya tanpa sedikitpun ragu.

Tubuh Bayu tiba tiba bergetar saat ia menyalurkan tenaga dalam ke dalam Pusaka Belati tersebut.

Seketika itu pula, terdengar satu suara ledakan yang  dahsyat.

“Jledarr!”

percikan petir mengitari pergelangan tangannya. Pusaka mungil itu berubah wujud, memanjang menjadi pedang yang tajam dan mengkilap, menyembul menyongsong gelapnya malam dengan aura mengancam.

"Jadi, belati ini akan menjadi pedang saat di aliri tenaga dalam" gumam Bayu Wirata dengan senyum kegirangan. Matanya tak henti memandang dan mengagumi pusaka yang baru saja menjadi miliknya itu.

1
nts 03
no komen yg jelas keren banget
nts 03
keren/Good//Good//Good//Good/
nts 03
keren
igun 51p17
berikan bintang lima kalian sebagai penyemangat saya dalam berkarya.
Baby MinMin <3
Baper abis. 😢❤️
Claudia - creepy
Hats off untuk authornya, karya original dan kreatif!
Zuzaki Noroga
Kece banget!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!