Sebelum baca Penantian Sang Casanova,di baca dulu yah Mengejar Cinta Mantan Istri,biar tau sejarahnya Ica dan Yordan.
"oke gue akan terima loe,asal loe mau terima tantangan gue." Senyum Yordan menyeringai
Mata polos Ica terlihat berbinar karena Yordan mau memberikan dirinya kesempatan.
"Siap..!!! Sekarang apa tantangannya?" tanya Ica penuh percaya diri.
Ia tidak tahu tantangan yang akan di berikan Yordan,adalah tantangan yang membuat hatinya hancur lebur.
Dan karena tantangan yang diberikan Yordan,
Ica pun menjauh dari Yordan sang Casanova.
Kira-kira apakah tantangan yang diberikan Yordan?
Dan apakah Yordan sang Casanova bisa mencintai Ica?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Na_Les, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
eps. 23
Yordan kembali ke dalam kamarnya. Feelingnya mengatakan rencana mommy nya adalah sesuatu yang buruk untuknya..
Dia mengambil hp diatas nakas,lalu mencari nomor Ica dan melakukan panggilan ke nomor itu.
Tiga kali Yordan melakukan panggilan tapi Ica tak menjawab.
"Apa dia udah tidur yah?" Yordan melihat jam yang ada di hpnya yang masih menunjukkan pukul sembilan malam.
Yordan menaruh lagi hp nya di atas nakas.
⭐⭐⭐⭐⭐
Dirumah keluarga Ica.
Setelah makan malam,seperti biasa papa,mama dan Ica berkumpul di ruang keluarga. Sedangkan Nita,adik Ica masuk ke dalam kamarnya untuk belajar.
"Minggu depan kamu akan papa kenalin sama anak bungsu temen papa,dia baru aja selesai kuliah kedokteran." Kata papa Fano yang sukses membuat mama Nivi dan Ica terkejut.
"Pah..kamu apa-apaan sih,main jodoh-jodohin anak kamu. Ica masih muda banget,biar dia cari jodohnya sendiri." Mama Nivi tak terima anak sulungnya dijodohkan.
"Bukan di jodohin,tapi dikenalin dulu. Kalau mereka sama-sama suka baru kita nikahkan." Jawab papa Fano santai.
"Sama aja!!! Kalaupun anak-anak gak saling suka,pasti kalian akan tetap menjodohkan anak-anak dengan segala macam ancaman. Pokoknya mama gak setuju. Titik.!!"
"Apa kamu pikir akan ada laki-laki yang mau sama Ica,kalau mereka tau Ica itu gak bisa apa-apa pasti mereka akan ilfeel liat Ica. Jaman sekarang bukan cuma perempuan yang melihat laki-laki dari kemapanannya,tapi laki-laki juga melihat perempuan dari otaknya."
"Kalau memang begitu,kenapa sekarang banyak laki-laki yang mudah tergoda sama pelakor?"
"Kamu pikir orang jadi pelakor cuma modal cantik sama seksi? Mereka merebut suami orang juga pake otak!!"
"Pah-Mah stop!!" Teriak Ica yang sudah jengah mendengar perdebatan orangtuanya.
"Pah,Ica terima kalau papa makasain Ica buat kuliah dengan jurusan sesuai yang papa mau. Tapi kalau soal menikah,itu urusan Ica pah,Ica gak mau papa campurin hidup Ica di bagian itu." Protes Ica.
Airmata nya kini meluncur bebas membasahi pipi nya.
"Memangnya ada laki-laki yang mau sama perempuan yang gak bisa di ajak mikir kayak kamu. Kalaupun ada pasti laki-laki itu cuma mau mainin kamu doang. Dan sebelum itu terjadi biar papa yang pilih laki-laki untuk jadi suami kamu."
"Pah..Ica memang lemah di bidang akademik,tapi Ica punya bakat pah. Coba papa kasih kesempatan untuk Ica membuktikan bakat Ica itu bisa menjanjikan masa depan Ica pah,sekali aja." Mohon Ica. Dia sudah tak tahan mendengar papanya yang meremehkan dirinya.
"Bakat apa? Melukis,menggambar,mendesain hah? Bakat itu yang kamu banggakan bisa memiliki masa depan? Bakat kamu itu gak bisa dijadikan jaminan masa depan kamu,bakat kamu itu cuma bisa dijadikan hobi.!!"
"Darimana papa tau kalau bakat Ica itu cuma bisa dijadikan hobi? Apa papa gak bisa liat para penyanyi,desainer,artis semua yang bekerja di bidang seni itu bisa punya masa depan yang layak karena bakat yang mereka punya."
"Itu yang beruntung,kamu juga harus lihat yang tidak beruntungnya. Sudah papa gak mau debat sama kamu lagi. Pokoknya kamu nurut aja sama papa,toh ini buat masa depan kamu juga." Kata papa Fano dengan egoisnya menyuruh anaknya menuruti kemauannya.
"Papah kenapa egois banget sih sama Ica. Kenapa Ica harus ikutin semua kemauan papa..???" Teriak Ica kesal.
"KAMU!!! udah berani kamu teriakin papa kayak gitu yah!! Udah bodoh,pembangkang lagi!! Apa kamu gak malu sama adik kamu. Harusnya kamu bisa kasih contoh buat dia,bukan malah kamu yang harus mencontoh dia!!!" Lagi dan lagi papa Fano membandingkan Ica dengan Nita.
"PAPAH STOP!!! Ica,kamu masuk kamar. Gak usah kamu dengerin papa kamu ini." Mama Nivi menengahi perdebatan Ica dan suaminya.
Dengan membawa perasaan kesalnya Ica pergi dari ruang keluarga menuju kamarnya.
"Bisa gak sih pah,gak usah membanding-bandingkan Ica dengan Nita. Setiap anak punya keahliannya masing-masing. Mungkin Ica memang kalah di akademik,tapi Ica punya kelebihan di bidang lain. Begitu juga dengan Nita,dia memang pintar dan selalu memuaskan dengan nilai-nilai akademiknya,tapi Nita kalah dalam bidang lain. Ini zaman modern pah,bukan hanya orang pintar saja yang memiliki masa depan cerah,tapi orang yang punya bakat juga bisa punya masa depan cerah." Mama Nivi mencoba merubah pola pikir suaminya yang terlalu kolot.
"Anak sama mama sama saja. Pantes Ica jadi bodoh dan pembangkang begitu,ternyata kamu juga tidak beres dalam mendidiknya." Papa Fano malah balik menyerang mama Nivi.
"Apa kamu bilang????!!! Kamu pikir mendidik anak itu cuma urusan istri? Jangan mentang-mentang kamu yang cari uang,terus kamu bisa cuci tangan dalam mendidik anak. Ingat,anak-anak itu hadir karena keinginan kita berdua,jadi sudah seharusnya kita berdua yang mendidik dan membesarkan mereka berdua!!!" Protes mama Nivi tak terima dirinya disalahkan begitu saja.
"Akh sudah lah,malas papa bicara sama mama,bikin pusing kepala aja!!!" Papa Fano beranjak dari ruang keluarga. Dia memilih menjauh dari istrinya ke ruang kerjanya.
LIKE LIKE LIKE LIKE LIKE LIKE LIKE LIKE LIKE LIKE LIKE LIKE LIKE LIKE LIKE LIKE LIKE LIKE LIKE LIKE LIKE LIKE LIKE LIKE LIKE LIKE LIKE LIKE LIKE KOMEN KOMEN KOMEN KOMEN KOMEN KOMEN KOMEN KOMEN KOMEN KOMEN KOMEN KOMEN KOMEN KOMEN KOMEN KOMEN KOMEN KOMEN KOMEN KOMEN KOMEN KOMEN KOMEN VOTE VOTE VOTE VOTE VOTE VOTE VOTE VOTE VOTE VOTE VOTE VOTE VOTE VOTE VOTE VOTE VOTE VOTE VOTE VOTE VOTE VOTE VOTE
🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏