(follow Instagram ku: @Picisan_Imut94)
rasanya seperti mimpi, melakoni suatu pernikahan dadakan hanya karena salah paham warga yang mengira keduanya telah melakukan mesum di sebuah kedai kopi sederhana.
Kinara gadis penjual kopi ini entah ketiban sial atau sebuah keberuntungan, Tiba-tiba harus merubah statusnya menjadi seorang istri pria asing.
selama ini Kinara hanya mengenal Tara sebagai seorang supir taxi online, dan di luar dugaan Tara ternyata adalah Leonard Dewantara.
seorang pemimpin perusahaan Dewantara Grup.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon picisan imut, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
cinta dalam hati
dalam ketegangannya dia hanya bisa mengikuti Tara dan berdiri saja di dekat ranjang saat pria itu mulai duduk di ranjangnya.
Mengibas sekilas rambutnya kebelakang, yang sedikit turun di area kening, Sehingga sukses membuat gadis itu terpukau di buatnya.
'ya Tuhan, manusia seperti apa dia itu, tampan sekali.' meronta dalam diamnya, dengan lirikan mata terarah kepada sang pria.
"Sini." Menepuk-nepuk ranjangnya, senyum Leon mampu menyihirnya hingga Gadis itu pun menurut dan berjalan layaknya robot mendekati mas Tara dan duduk di sebelahnya.
Leon menggeser posisi duduknya semakin mendekati Kinara. hingga gadis itu semakin merasakan tegang teramat.
'dia mau apa? Dia mau apa?' gumamnya dalam hati yang semakin gemetaran saat Tara menyentuh rambutnya yang sedikit panjang tergerai begitu saja.
"Rambut mu indah." Ucap Tara dengan suaranya yang lembut, dan dia masih betah menyentuh rambut itu, menggulung-gulung di jari telunjuknya, lalu menjatuhkannya lagi.
Terdiam sejenak dia menatap gadis yang sama sekali tidak membalas tatapanya, menunduk dengan sangat, sehingga membuatnya merasa ragu, hingga perlahan wajah itu mulai mendekati bagian pipi sang gadis.
Kinar pun memejamkan mata dan reflek beringsut menghindarinya, kedua tangannya masih saling meremas di pangkuannya, akibat merasakan ketegangan teramat.
Tara sedikit tercengang, karena merasa seperti mendapatkan penolakan darinya, 'dia menolak ya? Sepertinya memang belum ada keyakinan di hatinya, aku terlalu terburu-buru.' dia pun tersenyum.
"Aku tidak tidak bermaksud menyentuh mu kok Kinar, maaf ya." Ucap Tara merasa tidak enak. Kinar pun menoleh pelan dan membalas senyum nya dengan sangat kaku. Jarak antara mas Tara dan dirinya benar-benar dekat saat ini. namun fokusnya bukan itu, melainkan keraguannya dengan hati sang suami.
'sebelum adanya kejelasan, aku tidak akan memberikan tubuh ku untuknya' pikirnya, yang kembali menundukkan kepala.
Pria itu pun naik lalu merebahkan tubuhnya di pinggir ranjang. "Ayo tidur." Titahnya, dengan santai, ia menutup wajahnya dengan lengan, sementara Kinar masih duduk di bibir ranjang itu membisu.
"Kinar?" Menyentuh lengannya. gadis itu pun menoleh. "Kenapa diam? kau tidak keberatan kan? jika aku tidur di sini, bersama mu?" Tanya Leon, gadis itu pun hanya mengangguk, karena saat ini mulutnya seperti tengah terkunci sehingga tak bisa mengeluarkan suaranya sama sekali.
hingga sebuah tarikan tangan mampu membuat sang istri terjatuh ke pelukannya. Kinar pun semakin gelagapan di buatnya, dan semakin berdebar pula jantungnya itu saat tangan Leon melingkar di tubuhnya. 'Kyaaaaaaaa, apa yang dia lakukan kenapa memeluk ku, kenapa memeluk seperti ini.' batinnya, kepalanya sedikit mendongak melihat wajah mas Tara yang tadinya terpejam kini mulai terbuka.
"Kinar, aku ingin menyampaikan satu hal pada mu." Ucap Leon, pandangannya mulai serius menatap ke arahnya.
gleeeekk menelan selavinya, "Sa...satu hal? A...apa?" Tanya gadis itu tergagap. 'apa kau akan menyatakan cinta pada ku? lalu kita akan? aaaaaaaa' teriaknya dalam hati yang hanya bisa menatap penasaran.
Leon pun terdiam. Entah mengapa ia malah kembali membisu tak bisa berucap apapun saat ini, terlebih-lebih saat kedua mata itu saling bertemu.
"Mas?" Panggil Kinar.
Leon berdeham, ia benar-benar tidak bisa mengatakannya, "tidak jadi." Ucap Leon tiba-tiba sehingga sukses membuat dagu gadis itu terjatuh.
"Hah?" Terkejut, "kok bisa tidak jadi? Katakan saja mas tidak apa, aku ingin tahu jadinya, kan?"
"Lupakan saja, soalnya aku pun lupa mau bicara apa tadi." Pria itu melepaskan pelukannya. Sementara Kinar perlahan mengangkat tubuhnya melihat Leon yang kembali menutup wajahnya dengan lengan. "Ayo kita tidur saja Kinar." Titahnya tanpa dosa karena sudah membuat pikiran gadis itu traveling dan mendadak buntu akibat rasa penasarannya.
'apa-apaan sih dia? Tadi dia memeluk ku lalu bilang mau mengatakan sesuatu, sekarang malah bilang lupa? Ck, bikin penasaran saja'
"mas ayo katakan saja, aku jadi penasaran." ucap Kinar menepuk-nepuk kaki Tara yang putih bersih itu.
namun Tara sama sekali tidak bergeming, dan masih nyaman dalam posisinya, sehingga membuat Kinar menghentakkan kakinya kesal sendiri, dan mulai beranjak naik ke atas ranjang itu lalu tidur dengan posisi miring membelakangi Tara. Pria itu mengangkat tangannya mengintip sedikit ke arah Kinar dan tersenyum tipis.
ia pun kembali menutup wajahnya saat Kinar menoleh kebelakang.
"ck!" Kembali dia memutar tubuhnya menghadap ke dinding, semakin merasa jengkel lah dia karena Leon hanya diam saja di sebelahnya. 'iiisssshh kok kesal sih, kesal rasanya. Dia ini sebenarnya mau mengatakan apa tadi? Penasaran aku, penasaran!!!' meremas kain selimutnya geram.
Hingga satu jam berselang, gadis itu tidak bisa tidur, di samping akibat lampu yang terang karena Leon tidak suka kamar yang gelap, di tambah adanya seorang pria yang tidur di sebelahnya.
Jegaaaaaar, suara petir dengan kerasnya tiba-tiba terdengar membuat Kinar terperanjat, dan reflek memutar badan ke arah Leon lalu meraih lengan itu, memeluknya.
Saat itu pula Leon yang juga sebenarnya belum tidur menoleh, dan tersenyum tipis.
"Kau memeluk ku ya?" Tanya Leon, Kinar pun mengangkat kepalanya.
"Mas? Mas Tara belum tidur? Maaf ya mas, aku hanya kaget karena suara petir." Melepaskan tangan mas Tara lalu kembali memutar tubuhnya.
Leon pun menarik lagi lengan Kinar dan meluruskan tangan miliknya untuk menjadikan bantalan gadis itu. "Tidur lah seperti ini jika kau takut guruh di luar, aku akan meredam suara itu dengan tubuh ku." Ucapnya, saat Kinar sudah masuk kedalam pelukannya.
'mas Tara.' Gumamnya dalam hati, Kinar pun tersenyum, rasanya sangat terharu mendapatkan perlakuan ini dari sang suami, ia pun membalas pelukan Leon dengan melingkarkan tangan kirinya di pinggang mas Tara, dan wajah yang mulai terbenam di dada bidangnya.
Merasakan harum tubuh sang suami yang benar-benar membuat dia betah pada posisinya itu.
'bolehkah aku mencintai mu mas? Aku tidak berdosa kan, karena mencintai suami ku sendiri?' masih bergumam dalam hatinya sembari tersenyum, tatkala tangan itu semakin memeluk mas Tara dengan erat, ia benar-benar tidak ingin tubuh yang tengah memeluknya ini menjadi milik orang lain,
'semoga saja, semoga saja kau bisa mencintai ku juga mas Tara.'
Di sisi lain, Leon tersenyum, merasakan Kinar membalas pelukannya dengan erat. Ia pun kembali memejamkan matanya, hingga keduanya bisa tidur dengan penuh kehangatan, di atas ranjang dan di dalam selimut yang sama.
Bergulir semakin dalam memasuki alam bawah sadar, menjelajah mimpi indah mereka masing-masing, di tengah hujan yang mulai turun dengan derasnya beriringan dengan suara guruh yang menggelegar di luar, bahkan listrik yang mulai padam, hingga kamar itu benar-benar gelap gulita tak membuat keduanya terjaga.
Bersambung...
sekarang ingin baca lagi cerita nya bagus
insyaallah akan manis di akhir nya