Siapa bilang pria dingin yang telah tumbuh dewasa itu tidak menyimpan rasa pada sang adik angkat, yang jelas-jelas dirinya hanyalah kakak angkat yang kebetulan di rawat oleh keluarga Satuan.
"Siapa suruh kamu begitu menarik, jangan salahkan kakak jika kamu selama ini jadi fantasi kakak, kamu cantik dannnn menarik Sea. " Delane menatap bingkai foto milik Sea.
Tapii, hubungan itu telah membawa keduanya ke jenjang yang seharusnya tidak di lakukan. Apalagi setelah itu mereka terpisah negara dan juga waktu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy ha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11. Sea objek fantasi itu
"Jadi? "
"Emm ya, sebenarnyaaaa kamu orang yang selama ini jadi fantasi kakak, "
Ddduuuaaarrr.
Jantungnya seperti berhenti berdetak sekarang, ia memegang dadanya.
"Sea, kamu baik-baik saja? " Kuatir ia peluk Sea sembari menyadarkannya.
Seret.
Ia bangun lagi dan gak jadi pingsan.
Wek wek wek.
"Apaan sih, jangan sentuh-sentuh. Jadi terlihat nyata kan, bukan mimpi lagi. Dan satu lagi, bercandanya gak lucu kak, "
Mengibaskan lengannya yang baru tersentuh. Ia merasa sangat siap, bisa-bisanya Dalane bicara begitu, gak punya urat malu lagi.
Brag.
Tubuh Sea terhimpit di dinding.
"Tanpa di sentuh pun, pasti tubuhmu sudah bergetar hebat. Dannn satu lagi, ini nyata sayang. Dan satu lagi, jangan coba-coba jijik sama aku. Banyak di luaran sana yang haus akan bel@ian seperti ini Sea. " Menyentuh pipi kirinya sebelum ia beranjak begitu saja, lalu ia duduk dengan santainya sembari menyilangkan kaki kirinya.
Lihatlah setelah membuat jantung anak orang berdegup kencang kini terlihatlah sifatnya yang cuek seperti tidak terjadi apa-apa, menyebalkan.
Awas saja kalau berani-betaninya lancang lagi, dia pikir dia ini siapa, bukan siapa-siapa nya kecuali kakak angkat doang. Gertakan begini saja terlihat palsu dan gak natural.
Sea yang terselimut kesal pun langsung pergi. Berada satu tempat dengan Delane ini harap-harap cemas mulai sekarang, namanya orang nekat itu bisa buta sifat normalnya. Apalagi macam Delane, apa isi otaknya selalu berarah kesana, gila.
BRAGH.
Sopir ikut terkejut saat Sea membanting pintu mobil dengan kencang.
"Non hati-hati. "
Tapi suara pengawal itu tak di hiraukan yang jelas ia kesal pada Delane.
Delane ikut menyusul dan duduk di samping Sea yang manyun, usai tadi bicara jujur namun bercanda.
"Sea, ini. " Memberikan eskrim rasa coklat.
Sejak kapan belinya?
Ngak mungkin gak diterima, mubazir namanya nolak rejeki.
"Makasih, " Cuek tapi tetap menyuapi mulutnya.
Lucu sekali, ngambek tapi doyan makan.
Selama di perjalanan Delane selalu membawa kamera, ia mengabadikan momen ini dan berharap tak pernah lupa dengan kejadian yang ia alami.
Kejadian tadi itu adalah kejadian yang paling nekat ia ungkapkan, niatnya tak sampai disitu tapi apa daya dirinya terpancing juga.
"Sea, ucapan kakak tadi bercanda. Kamu jangan berpikiran yang tidak-tidak, "
"Bodo amat, jelas-jelas bukan bercanda tapi masih saja berkilat. Jelasin tuh ya harus langsung tanpa berbelit-belit. "
"Sorry, janji kakak gak ulangi. Jadi tambah jelek kan, "
Langsung saja ia menghentikan suapan di mulutnya, kemudian ia tatap wajah Delane.
"Sea sumpahin, kakak bakalan jatuh cinta dengan cewek jelek modelan kayak Sea ini. "
Puft.
Tanpa disumpahin sudah kok.
Namun Delane pendam, ia memang sengaja memecahkan ketegangan diantara mereka yang barusan terjadi, biarkan secara alami dan pelan-pelan. Ucapannya yang tadi itu terlalu terburu-buru tanpa stategi lebih dahulu, jadinya membuat Sea terkejut kan.
Brian baru saja kembali di kediamannya dan menatap keseluruh penjuru ruangan namun tidak menemukan keberadaan anak-anak maupun istrinya kira-kira mereka pergi ke mana sampai-sampai saat dirinya pulang ke rumah mereka tidak ada.
"Sepi amat kayak kuburan yang gak pernah di tengok keluarganya. "
"Apaan sih Dad, kayak putus cinta aja, " Celetuk Sky yang berada di ruang keluarga dengan TV led menyala.
"HAAAA." Menegah dadanya berkali-kali.
Kriuk kriuk kriuk.
Brian terkejut, tentu saja. Makluk satu ini selalu muncul di mana-mana.
"Bisa gak sih, gak bikin daddy jantungan Sky? "
Menggeleng dan menggerakan jari telunjuknya ke kanan ke kiri. "Nooo gak bisa dad, kapan lagi bikin daddy marah dan terkejut dalam satu waktu, kriuk kriuk kriuk, "
Brian menggertakkan rahangnya, sambil mengepalkan tangan kanannya.
"Awwasss kamu yaaa. "
Saat ingin memberikan bogeman mentah untuk putranya justru sang putra bergerak lebih cepat.
Melihat ke layar ponsel terlihat istrinya memasang wajah garang.
"Mom lihatlah, daddy mau ngasih pukulan ke Sky mom. "
Dasar anak Brian, suka ngadu.
"Eee he he he, enggak kok ay. Mas sayang kok ke Sky, gak bakalan ngapa-ngapain kok ay, " Cengengesan.
Sky tersenyum penuh kemenangan, tapi tunggu dulu.
Bragh.
Suara pintu di hantam sesuatu benda hingga terdengar mau runtuh pintu tersebut.
"Sky, kamu buat ulah? " Tanyanya pada sang putra.
"Enggak dad, seperti tidak bisa saja. Bukannya hampir setiap hari ada teror di rumah ini, " Santai dan hafal betul.
Yaps selama masa pernikahan dengan Gea tak bisa Brian pungkiri teror itu terus ada bahkan gara-gara itu juga saat Gea hamil tua hampir saja keguguran karena insiden teror terus menerus, maka dari itu dengan terpaksa Gea di pindahkan keluar negara meski awalnya tak bisa tapi karena terdesak dan terpaksa harus pergi untuk sementara waktu.
"Oh ya benar juga, sudahlah sambil nunggu mommy pulang kita main bola, gimana? " Mengajak bermain ps.
"Widihhh memang daddy bisa? " Ragu, pasalnya sang daddy itu sukanya cuma kerja bukan game, mana bisa orang-orang tua seperti daddynya ini main game.
"Eits, jangan remehin orang-orang tua jam dulu. Gini-gini jaman muda daddy sudah ada, paling populer lagi, jangan kira ya gak ada pada jamannya daddy. "
Sombong amat, daddynya siapa ini.
"Kenapa? Ragu. " Menatap putranya yang masih ter bengong.
"Jelasss dong ragu, daddy ini cuma pinter main keyboard doang bukan PS. "
"Lihat ya, kalau daddy berhasil kamu harus akui kalau daddy ini hebat, "
"Iya iya, gampang itu dad. "
Sea kembali ke kediaman Satuan dengan perasaan campur aduk, ia marah dan kesal. Tau begini ia tidak mau dekat-dekat dengannya, apalagi sampai ada kontak fisik dengannya yang ada tiap detik dan waktu ia akan pakai anti kuman.
Brog brog brog.
Suara hen takkan kaki terdengar keras sampai Sky yang sedang bermain game mendengar suara langkah itu, siapa lagi sih pembuat ulahnya kalau bukan Sea. Tak kehabisan akal ia langsung menggunakan headset agar suara Sea tak sampai ke gendang telinganya.
Lalu ia menoleh ke arah sang daddy dan langsung memasangkan nya.
"Ada apa sih? " Tiba-tiba dirinya di pakaikan headset.
Lagian bukannya sudah bisa hal ini terjadi di kediaman Satuan, gak ada aneh-anehnya deh.
"Ada yang ngamuk dad, kembaran mommy versi jeleknya dad. "
Puk.
Langsung di timpuk dengan gulungan kertas.
"Permata hati daddy kamu hina jelek, awas saja nanti kalau adikmu jadi cantik. Siap-siap jadi abang yang paling ketar ketir di dunia, apalagi kalau tau Sea jatuh hati, daddy jamin kamu bakalan jadi abang yang positif seolah-olah melindungi barang antik yang mudah pecah meski itu hanya tersentuh debu saja. "
Percakapan Brian di dengar Delane langsung, berkali-kali ia menelan salivanya dan diam-diam mengelap keringat dinginnya, dduhhh kalau kejadian tadi ketahuan gimana coba.
Sreg.
"Dad, lagi main apa? " Memecahkan keadaan.
"Bola, mau gantiin Sky main? Sedari tadi Sky kalah terus mainnya. Jadi gak asik kalau lawannya mudah di kalahkan, apalagi gawangnya gak pandai jaga, "
Delane tersenyum mendengarnya. "Boleh Dad. "