Nayara Kirana seorang wanita muda berusia 28 tahun. Bekerja sebagai asisten pribadi dari seorang pria matang, dan masih bujang, berusia 35 tahun, bernama Elvano Natha Prawira.
Selama 3 tahun Nayara menjadi asisten pria itu, ia pun sudah dikenal baik oleh keluarga sang atasan.
Suatu malam di sebuah pesta, Nayara tanpa sengaja menghilangkan cincin berlian senilai 500 juta rupiah, milik dari Madam Giselle -- Ibu Elvano yang dititipkan pada gadis itu.
Madam Gi meminta Nayara untuk bertanggung jawab, mengembalikan dalam bentuk uang tunai senilai 500 Juta rupiah.
Namun Nayara tidak memiliki uang sebanyak itu. Sehingga Madam Gi memberikan sebuah penawaran.
"Buat Elvano jatuh cinta sama kamu. Atau saya laporkan kamu ke polisi, dengan tuduhan pencurian?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Five Vee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23. Saya Tidak Rela Memamerkan …
Nayara tidak mengerti dengan sikap Elvano. Pria itu seakan menunjukkan rasa tidak suka, melihat kedekatannya dengan Adrian.
Padahal, mereka tidaklah sedekat yang Elvano pikirkan. Apa sang atasan masih tidak iklhas jika Nayara memiliki kekasih? Dan takut pekerjaannya menjadi terganggu?
Nayara hanya mampu menghela nafas. Ia teringat kembali dengan kesempatannya dengan Madam Giselle. Dan sekarang, waktunya tinggal lima hari lagi.
Ia belum bisa meluluhkan hati pria itu.
Padahal, pada kenyataan Elvano sudah memiliki getar - getar asmara dihatinya untuk Nayara.
Pria itu hanya sedang meyakinkan dirinya. Jika yang di rasakan bukan semata karena naf—su. Melainkan benar - benar rasa yang tulus dari hatinya.
“Pak, untuk undangan resepsi anak keluarga Wijaya, bapak mau pergi dengan siapa?” Tanya Nayara dengan hati - hati.
Sebab sejak kejadian kemarin siang di dalam lift. Komunikasi mereka kembali menjadi canggung.
“Kamu. Saya tidak mungkin membawa Gilang di acara seperti itu ‘kan?” Elvano berbicara tanpa menatap Nayara yang berdiri di seberang meja kerjanya.
Gadis itu mengangguk paham. Ia kemudian pamit kembali ke tempatnya.
Nayara pun mencari refrensi gaun yang cocok ia gunakan untuk pergi ke acara resepsi. Dan sesuai dengan potongan rambut pendeknya.
“Haruskah aku menggunakan gaun tanpa lengan lagi? Cuma itu yang cocok untuk gaya rambut pendek.” Gumam gadis itu.
“Sekalian saja. Kita gunakan sekali lagi untuk meruntuhkan imam si bos kaku itu. Apa kali ini dia bisa bertahan?” Gadis itu menyeringai pelan.
Saat waktu istirahat tiba, Nayara pun meminta ijin untuk pergi ke butik pada Elvano. Membeli gaun yang akan ia gunakan besok malam.
“Kamu pergi dengan siapa?” Tanya pria itu.
Ia menatap Nayara dengan lekat. Dan bayangan bentuk tubuh gadis itu, kembali terlintas.
“Saya pergi bersama mbak Dewi, pak.”
“Tidak janjian dengan asisten Angga Pratama itu ‘kan?” Selidik Elvano.
“Bapak bisa menyuruh mbak Dewi memata - matai saya.” Ucap Nayara dengan tegas.
“Baiklah.” Elvano kemudian mengetik sesuatu pada layar ponselnya.
“Sebelum pergi, pesankan makanan dulu untuk saya, Ra.” Ucap Elvano sembari meletakkan ponselnya di atas meja kerjanya.
“Siap, pak.”
Nayara pun pergi dengan penuh semangat. Ia sudah tidak sabar memilih gaun yang cocok untuknya.
.
.
.
Keesokan harinya.
Elvano mengajak Nayara meninggalkan kantor di jam pulang kerja, tepatnya pukul empat sore.
Mereka harus bersiap untuk pergi ke acara resepsi pernikahan putri keluarga Wijaya, dengan putra keluarga Dinata.
Saat ini, Prawira Holding Company sedang menjalin hubungan kerja sama di bidang pengolahan pangan dengan Wijaya Group. Untuk itu, Elvano pun harus menghadiri undangan dari mereka.
Nayara ikut ke penthouse. Ia tidak pulang ke rumah, karena lokasi acara resepsi searah dengan gedung tempat tinggal Elvano.
Gadis itu juga sudah meminta pihak butik untuk mengirim gaun yang ia beli ke penthouse Elvano. Dan sang atasan, sama sekali tidak mempermasalahkannya.
“Bisa ‘kan kamu selesai dalam satu jam?” Tanya Elvano saat mereka sudah di penthouse.
Nayara nampak berpikir. Seharusnya bisa karena dirinya tidak terlalu tebal merias wajahnya.
“Akan saya usahakan, pak.” Jawab gadis itu.
Mereka pun berpisah di ruang tamu. Elvano menuju lantai dua, sementara Nayara memasuki kamar di bawah tangga.
Di dalam kamar, Nayara langsung memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri. Ia harus bergerak cepat. Agar Elvano tidak menunggu terlalu lama.
Dua puluh menit kemudian, gadis itu selesai membersihkan diri
Dengan jubah mandi yang menutupi tubuhnya, Nayara pun merias wajahnya. Ia memilih mengaplikasikan make - up yang tidak terlalu tebal, tetapi juga tidak tipis.
Rambut pendeknya di biarkan tergerai, namun Nayara memberikan jepitan berwarna emas di di samping kanan dan kirinya.
Setelah selesai merias wajah dan menata rambut, Nayara pun menggunakan gaun off - shoulders atau gaun dengan bahu terbuka lebar. Sama seperti yang ia gunakan saat menghadiri acara Awards beberapa waktu lalu.
Namun, kali ini Nayara memilih gaun Sabrina Bodycon — gaun yang menampilkan siluet ketat yang menonjolkan lekuk tubuh.
Malam ini, Nayara harus bisa melakukan misinya. Ia sudah pasrah, apapun yang terjadi setelah pulang dari kondangan nanti.
Entah Elvano akan terpesona, atau mungkin mengusirnya keluar dari penthouse.
“Hanya karena berlian lima ratus juta, aku harus bertingkah murah—an seperti ini.” Gumam Nayara sembari melihat pantulan dirinya di depan cermin.
Nayara hanya mampu menghela nafas kasar. Ia kemudian menyemprotkan minyak wangi pada bahu dan lehernya yang terbuka.
Sementara itu, Elvano baru saja turun dari kamarnya. Terlihat tampan dengan menggunakan kemeja putih, serta setelan jas dan celana panjang berwarna hitam.
“Nara.” Panggilnya sebab sang asisten pribadi belum menampakkan batang hidungnya.
Elvano melirik arloji mahal yang melingkar di pergelangan tangannya. Sudah pukul setengah enam, dan mereka harus segera berangkat.
“Naya — Ra…” Elvano terpaku melihat penampilan gadis itu.
Gaun dengan bahu terbuka lebar, berwarna hitam itu, sangat pas di tubuhnya. Membuat pria itu menelan ludahnya dengan kasar.
Tiba - tiba rasa panas kembali menyerang jiwa Elvano. Lekuk tubuh Nayara begitu indah, dan sangat proporsional. Da-da dan bokong yang menonjol sempurna.
Kenapa selama ini Nayara menyembunyikan keindahan tubuhnya? Disaat banyak wanita berlomba memiliki bentuk tubuh yang ia miliki?
“Kita berangkat sekarang, pak?”
Pertanyaan Nayara membuat Elvano tersadar dari lamunannya.
“Tidak.”
‘Saya tidak rela memarkan lekuk tubuh kamu.’
“Hah?” Nayara menganga mendengar jawaban pria itu.
“Kita tidak jadi pergi, pak?” Tanya gadis itu.
Elvano menghela nafas. “Maksud saya, apa kamu tidak memiliki gaun lain disini? Kenapa kamu menggunakan gaun kekurangan bahan seperti itu lagi, Ra?”
“Saya mencari refrensi di internet. Dan gaun model seperti ini yang cocok dengan rambut pendek saya, pak.” Jawab gadis itu.
Apakah ia boleh mengasumsikan jika saat ini Elvano mulai goyah? Atau justru merasa mual?
“Apa bapak merasa tidak nyaman? Bapak mual, dan ingin muntah? Kalau begitu, saya akan ganti dengan setelan formal.” Imbuh gadis itu ketika Elvano menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
“Sudahlah, Ra. Kita tidak memiliki banyak waktu. Setelah dari acara resepsi, kita masih harus menemui klien di klub malam.” Pria itu pun melangkah menuju pintu.
Nayara mengedikan bahu pelan. Kemudian mengikuti langkah Elvano.
“Kamu pasti bisa, Ra.”
nungguin si el bucin sama si nay..
ayok kak hari ini upny double 🤭