"KENAPA HARUS AKU SATU-SATUNYA YANG TERLUKA?" teriak Soo, menatap wajah ibunya yang berdiri di hadapannya.
*********************
Dua saudara kembar. Dunia dunia yang bertolak belakang.
Satu terlahir untuk menyembuhkan.
Satu dibentuk untuk membunuh.
*********************
Soo dan Joon adalah saudara kembar yang dipisahkan sejak bayi.
Soo diculik oleh boss mafia Korea bernama Kim.
***********************
Kim membesarkan Soo dengan kekerasan. Membentuknya menjadi seorang yang keras. Menjadikannya peluru hidup. Untuk melakukan pekerjaan kotornya dan membalaskan dendamnya pada Detektif Jang dan Li ayah mereka.
Sementara Joon tumbuh dengan baik, kedua orangtuanya begitu mencintainya.
Bagaimanakah ceritanya? Berhasilkah Soo diterima kembali di keluarga yang selama ini dia rindukan?
***********************
"PELURU" adalah kisah tentang nasib yang kejam, cinta dan balas dendam yang tak pernah benar benar membawa kemenangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KEZHIA ZHOU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
NAMA YANG TIDAK ASING
Park yang sejak tadi mendengarkan apa yang dikatakan Soo, melangkah mendekat.
“Siapa yang menelepon mu?” tanya nya.
Soo hanya diam. Seolah tidak mendengarkan pertanyaan dari pria paruh baya itu. Tapi Park tau, bahwa Soo memang tidak suka banyak berbicara jika itu dianggapnya tidak penting.
Park menatap gelas kaca yang sejak tadi dipegang Soo. Lalu mengambilnya. Membuat mata Soo sedikit melebar, menatap gelas yang kini sudah berpindah tangan.
“Tidak baik minum alkohol berbarengan dengan obat.” Ucap Park kesal.
Soo hanya menatap gelasnya yang kini sudah dibawa ke dapur oleh Park. Namun Soo tidak beranjak.
...****************...
Sementara itu, ditempat yang berbeda, Joon baru saja tiba di rumahnya.
“Aku pulang..” ucapnya sembari menutup pintu dibelakangnya.
Kakinya sedikit goyah, sesekali tangannya meraba wajahnya yang masih terluka.
Yejin yang melihat wajah putranya terluka seketika melangkah cepat mendekati. Wajahnya tampak cemas.
“Joon, ada apa dengan wajahmu? Siapa yang memukulimu, nak?” tanyanya dengan nada yang jelas jelas sedang mengkhawatirkan keselamatan putranya.
“Duduklah dulu.” Ucap Yejin sembari membawa Joon ke sofa.
Joon langsung duduk. Wajahnya sesekali meringis menahan sakit. Dengan cepat, Yejin mengambil handuk yang sudah diberi air hangat. Lalu mengusap wajah putranya denagn hati hati.
“Kenapa begini Joon?” tanyanya lagi.
“Apakah kau sedang ada masalah dengan oranglain nak?”
Joon menggeleng.
"Tidak bu. Aku juga tidak tau mengapa mereka tiba tiba datang dan memukuli ku. Sepertinya mereka salah orang" ucapnya.
“Salah orang? Bagaimana bisa? Apakah wajah kalian sama? Ada ada saja. Mereka pasti sedang mabuk dan sengaja mencari masalah denganmu.” Ucap Yejin.
“Tidak ada bau alkohol dari tubuh mereka. Lagipula, mereka memanggilku dengan nama Soo.”
“Entahlah, aku juga tidak yakin mengapa mereka memanggilku dengan nama itu.”
Yejin terdiam sejenak. Meresapi setiap kata yang diucapkan putranya.
“Soo? Kenapa mereka memanggilmu dengan nama itu? dan Siapa Soo..?”
Joon hanya menggeleng.
"Nah, sudah selesai. Cepatlah mandi, dan kemudian istirahatlah" perintah Yejin.
“Terimakasih bu..” jawab Joon sambil teresnyum ramah.
Lalu melangkah masuk ke dalam kamarnya. Kemudian wanita itu berdiri dari kursinya dan berjalan masuk ke dapur.
“Soo..?”
“Siapa itu Soo..?”
Gumam Yejin masih mencoba mencerna nama itu.
Tidak begitu lama, pintu utama rumah kembali terbuka. Diikuti suara yang sudah begitu dia kenal.
“Aku pulang..”
Mendengar suara suaminya, Yejin langsung melangkah cepat, meraih tas kerja Li. Wajah Li tampak begitu lelah. Li melonggarkan dasinya, lalu duduk di atas sofa. Sementara Yejin ke dapur dan menyiapkan the hangat untuk suaminya.
“Ini, minumlah. Kau terlihat sangat lelah.” Ucapnya, lalu duduk disamping Li.
“Ahh.. nikmat sekali.” Kata Li sembari menyeruput teh hangat dari cangkir.
“Apakah Joon sudah pulang?” tanya Li lagi.
Yejin mengangguk.
“Dia baru saja masuk ke dalam kamarnya.” Ucapnya lirih.
“Li.. tadi Joon dipukul orang.”
Kata kata langsung membuat Li menoleh cepat. Wajahnya berubah menjadi cemas.
“Dipukul? Kenapa? Siapa yang memukulnya?” tanya Li lagi.
Yejin menggeleng.
“Kata Joon, dia tidak mengenal mereka. Tapi mereka memanggil Joon dengan nama Soo. Mungkin saja mereka salah orang. Tapi bagaimana mungkin semuanya berfikir bahwa Joon-ku adalah Soo? Bukankah mereka orang berbeda.” ucap Yejin nampak memikirkan nama itu.
Li mencoba mencerna ucapan istrinya. Melihat kecemasan istrinya, Li langsung mengusap kepala Yejin lembut. Menenangkannya.
“Kau benar, pasti mereka hanya salah orang. Joon kita tidak pernah membuat masalah diluar sana. Besok aku akan bicara dengan Joon.” Ucapnya.
Yejin mengangguk. Lalu mereka berdiri dan melangkah masuk ke dalam kamar.
...****************...
Waktu terus berlalu. Malam itu Joon memutuskan untuk tidak memikirkan kejadian kejadian hari itu. Namun berbeda dengan Li. Nama Soo nampak membekas di ingatannya. Entah mengapa dia merasa nama itu tidak asing. Matahari pagi itu sudah mulai merambat masuk melalui celah celah korden putih di ruang tamu rumah Joon.
Pagi itu Yejin sudah berada di dapur, menyiapkan sarapan untuk anak dan suaminya seperyi biasa.
“Selamat pagi ibu..” ucap joon melangkah mendekat. Lalu mengambil posisi dihadapan Yejin.
KREEEKK..!
Kursi kayu berderit ketika Joon menariknya pelan. Tidak lama Li juga mendekat.
“Pagi ayah..” ucap Joon menoleh menatap ayahnya.
Li tersenyum. Lalu ekspresinya berubah ketika melihat luka di wajah putranya.
“Joon, semalam kata ibumu, ada yang memukulimu?” tanyanya.
Joon mengangguk. Membenarkan ucapan ayahnya.
"Apa alasan mereka tiba tiba datang dan mengeroyokmu Joon? Apa kau mengenali salah satu dari mereka, atau pernah melakukan kesalahan kepada mereka?" tanya ayahnya penasaran.
"Tidak. Mana mungkin aku punya masalah diluar sana ayah. Kemarin ketika aku sedang membeli makan siang di kedai dekat rumah sakit, tiba tiba ada beberapa pemuda datang menghampiriku, lalu memukulku habis habisan. Untung saja bibi pemilik kedai langsung membantuku mengusir mereka. Kalau tidak mungkin ayah tidak akan bisa mengenali wajah tampanku ini." katanya sambil tertawa.
Li ikut tertawa mendengar apa yang dikatakan putra satu satunya itu. Kemudian lelaki itu mengerutkan keningnya dan berfikir sejenak.
“Mereka memanggilmu dengan siapa? Soo, ya?” ucapnya kembali mengingat nama itu.
Joon mengangguk. Sementara Yejin masih sibuk menyelesaikan pekerjaannya di dapur. Meski sesekali menghampiri menaruh sesuatu di atas meja.
"Soo?? Siapa itu? Dan mengapa mereka tidak ada yang menyadari bahwa kalian adalah orang yang berbeda?" tanya Li heran.
Mendengar ayahnya yang seorang detektif mengatakan hal itu, Joon pun ikut berfikir.
"Ayah benar. Misalpun kami mirip, setidaknya satu dari mereka seharusnya menyadari bahwa kami berbeda dan bukan orang yang sama. Aneh sekali. Kenapa mereka semua tidak menyadari bahwa aku bukan pria yang mereka cari ya" katanya berkata lirih.
Obrolan mereka terpecahkan setelah Yejin datang dan membawakan nasi dan lauk pauk dimeja.
“Ngobrolnya nanti lagi, sekarang kalian makan dulu. Oiya Joon, ibu juga sudah menyiapkan makanan untuk kau bawa, tolong berikan kepada bibi pemilik kedai yang sudah membantumu itu. Katakan padanya, terimakasih karena sudah membantumu.” Ucap yejin.
Joon tersneyum lalu mengangguk.
"Baik bu. Akan kusampaikan kepadanya" katanya.
Kemudian mereka bertiga pun sarapan bersama. Canda tawa, dan membicarakan banyak lelucon.
...****************...
Di waktu yang bersamaan, pagi itu, Soo sedang duduk di diatas kursinya di ruang makan bersama dengan Park.
"Bagaimana dengan lukamu Soo?" tanya Park.
Soo hanya menganggukkan kepalanya sambil menyumpit nasi dan daging yang sudah berada di mangkoknnya.
"Aku baik baik saja" katanya menjawab seadanya.
KREEKK!
Park menarik kursi dihadapan Soo, lalu duduk disebrang pria itu.
"Ayahmu tadi menelepon dan menyuruhmu untuk menemuinya hari ini" katanya.
“Apa?” ucap Soo sambil menatap wajah Park dingin.
“Kenapa dia tidak pernah menghubungiku dulu sebelum meneleponmu?” ucapnya dengan nada kesal.
Park terdiam sejenak. Soo yang sudah mengerti apa jawaban dari pertanyaannya itu langsung meletakkan sumpitnya dengan kasar, dan berjalan meninggalkan meja tanpa menghabiskan makanannya. Dia berjalan masuk ke dalam kamarnya. Kemudian segera mengambil kunci mobil nya dan berjalan pergi.
“Soo.. paman akan menemanimu” ucapnya.
Soo hanya terdiam dan tidak menjawab panggilan dari pria itu. Dia terus berjalan meninggalkan nya. Pintu mobil terbuka dan Soo segera masuk kedalamnya.
Melihat pria itu sudah masuk kedalam mobil, Park segera berlari dan membuka pintu mobil.
Seketika Soo menoleh memandang Park yang kini sudah masuk ke dalam kursi penumpang disampingnya.
"Aku sudah pernah bilang berkali kali, jangan pernah pergi sendiri" kata Park memarahi pria muda yang memiliki temperamen yang buruk itu.
Pria itu tetap diam. Tanpa banyak basa basi, Soo langsung menyalakan mobilnya dan segera melajukannya dengan cepat. Wajah lelaki itu nampak sudah tidak bersahabat.
Selama perjalanan, Soo dan Park hanya diam. Park tau betul bahwa lelaki itu sedang marah. Hingga tiba tiba..
CIIITTT…!!!!
Mobil itu dihentikan dengan kasar oleh Soo. Soo melihat ada seorang laki laki tua yang tengah mengayuh sepeda, tiba tiba hendak menyeberang jalan.
“Soo… berhati hatilah menyetir.” Ucap Park menasehati.
Tidak mendengarkan apa yang dikatakan Park, Soo langsung membuka pintu mobilnya dan segera turun menghampiri lelaki tua dengan sepedanya yang sudah ambruk karena terkejut.
"Hei paman, jika sedang belajar naik sepeda, jangan di jalan besar!!" katanya memarahi pria tua itu.
“Ahh maafkan aku anak muda.. Aku tidak tau kalau ada mobil dari arah sana. Sekali lagi maafkan aku.” Ucapnya sembari berdiri dari jatuhnya dan melangkah mendekati Soo.
Pria tua itu pun berkali kali meminta maaf kepada Soo.
“Kumohon maafkan aku anak muda.” Ucapnya mengiba.
Tangan keriputnya meraih tangan Soo.
Namun Soo seketika mengibaskan tanganya hingga tangan pria itu menjauh darinya. Tidak lama, ada polisi lalu lintas yang datang menghampiri mereka. Soo memandang polisi itu sejenak.
Park yang menyadari kehadiran polisi itu, langsung segera keluar dari mobil.
“Soo..!!! Hentikan saja! Cepat masuk!” ucap Park sambil menoleh kearah polisi yang semakin dekat. Wajah mereka tampak sedikit mengerut memandang Soo.
"SOO..." panggil Park lagi.
Seketika Soo berbalik dan masuk ke dalam mobilnya.
"Apa yang kau lakukan? Ingat! Kau tidak boleh berurusan dengan polisi. Jika tidak, hidupmu akan hancur" kata Park menasehati.