Rawa Belakang Rumah

Purnama yang sedang mengurus tulang dan juga tengkorak kepala, ini di kagetkan lagi oleh Dewa iblis bersama siluman ular ungu Karena mereka pulang sambil membawa satu sosok iblis baru dengan bentuk yang sangat mengerikan karena seluruh tubuh penuh dengan bacokan karena terlihat mungkin ketika akan meninggal dulu disiksa oleh pelaku.

Yasmin sudah diberitahu oleh kekasihnya untuk segera datang menemui dia yang baru pulang dari rumah Andre, sebab iblis yang baru ini kelihatan agak bodoh dan tidak punya ingatan sama seperti Yasmin dulu ketika baru di temukan oleh mereka semua, walau Dewa iblis sebenarnya sudah punya firasat kalau yang ini beda dengan Yasmin.

Yasmin tidak punya ingatan karena otak nya memang di ambil oleh pelaku sehingga dia tidak punya ingatan apapun yang tentang masa lalu dia, sedangkan yang ini bisa jadi dia tidak punya ingatan akibat semasa hidup dia sudah begitu jahat sehingga ketika meninggal dunia ingatan itu hilang dari dalam dirinya karena di anggap sebagai hukuman.

Kalau dia ingat bagaimana caranya mati dan siapa pelaku yang telah membunuh dia kala itu, maka sudah pasti dia akan kembali balas dendam dan akan muncul kejahatan baru sehingga lebih baik memang ingatan nya di hapus saja agar tidak ada lagi kejahatan yang akan datang.

"Iblis bodoh macam apa lagi yang kau bawa ini?!" Maharani mendekati Dewa iblis.

"Kan walau bodoh tapi ada hasil, tidak seperti kau yang hanya bisa mencari keong tidak berguna itu!" Xavier membalas tak kalah pedas.

"Enak saja congor mu itu bicara! kau pikir kami berenang di sana hanya untuk mendapatkan keong saja?" Nilam juga membuka suara.

"Lalu apa yang kalian dapatkan kalau bukan keong itu?" Jalak menatap dengan pandangan merendahkan.

"Mata kamu tidak berguna lagi ya? tidak kau lihat ini semua tulang, ini adalah hasil kerja keras kami secara nyata bahwa di dalam rawa itu banyak sekali tulang yang tertimbun!" Maharani menjelaskan dengan raut wajah begitu bangga.

"Walau pangkat kami bukan Dewa iblis tapi hasil kami kerja lebih menguntungkan dari pada kalian, pulang membawa iblis bodoh seperti ini!" Nilam menatap sinis.

"Kau mengatai aku?" iblis penuh luka menatap Nilam.

"Yang bodoh di sini hanya kau, jadi siapa lagi yang perlu ku hina!" Nilam menjawab tanpa takut.

Iblis penuh luka tidak tahu kalau yang di hadapan nya ini bukan iblis biasa sehingga dia malah berdiri seolah mau menantang Nilam, yang ditantang pun langsung terpancing karena jiwa mereka memang jiwa yang membara pantang sekali di senggol walau tadi yang menyenggol pertama kali adalah mereka sendiri.

Purnama sebagai ketua juga tidak melerai karena dia ingin melihat seberapa kuat iblis yang baru dibawa oleh Dewa iblis dan juga siluman ular ungu, dengan bertandingnya dia bersama Nilam maka Purnama bisa melihat betapa hebat dan nanti betapa lemahnya iblis yang telah di bawa oleh mereka berdua.

Wuuushhh.

Wuuushhhh.

Angin menyambar ke arah tubuh mereka masing masing, aura panas begitu terasa di dalam rumah ini dan dalam sekejap mereka telah berpindah di halaman belakang karena kalau di dalam rumah nanti yang ada semua barang milik Ratu ular hancur berantakan dan malah akan dapat hukuman pula dari dia.

Braaaaaak.

Baru serangan pertama saja iblis penuh luka sudah terpelanting jauh sambil memegang dadanya yang terasa begitu panas karena Nilam memang berasal dari kawah gunung Merapi, Nilam sendiri masih tidak merasakan getaran apa-apa dari iblis penuh luka karena dia tadi berkelip cepat saat tangan ingin mencekik leher diri nya.

"Dia kuat sekali ternyata, tapi aku tidak boleh menyerah karena mau di taruh mana muka ini." batin iblis penuh luka.

"Bila sudah tidak punya nyali maka hentikan saja dan terima kenyataan kalau kau memang iblis bodoh dan juga lemah!" Nilam kian pedas berkata.

"Dulu kau boleh sombong pada semua iblis yang pernah kau kalahkan, tapi kali ini tidak akan lagi karena aku akan menghancurkan mu!" gertak Nilam.

"Hahaaaaaa... hanya iblis bodoh berani sekali berkata demikian di depan ku!" Nilam tertawa kencang.

"Hajar dia sampai tidak bisa bangkit lagi, Lam!" Maharani menjadi suporter untuk besti nya.

Wuuusssh.

Wuuuttt.

Wuuuttt.

"Ah jauh lah aku, nanti malah kena serangan nyasar lahar panas!" Maharani agak menyingkir.

Sebab Nilam kekuatannya berawal dari lahar panas sehingga lawan yang terkena akan langsung terbakar habis, bisa jadi nanti Maharani yang ada di sana malah kena serangan nyasar sehingga lebih baik dia agak menjauh bersama dengan Purnama yang ikut menyaksikan pertempuran ini.

...****************...

"Kau kenapa malah menendang ku tadi?!" Andre bertanya heran ketika mereka sudah di dalam kamar.

"Demi Allah aku tadi tidak melihat wajah mu malah berubah menjadi iblis yang sangat menakutkan." jujur Bima.

"Jadi kita harus bagaimana karena rumah ini kok banyak sekali iblis?" Andre meminta pendapat Bima.

Sebab mereka kan memang tinggal berdua sehingga butuh pendapat satu sama lain agar kedepannya nanti tidak ada penyesalan seperti ketika membeli rumah ini, walau yang membeli adalah murni uang Andre sama sekali tidak ada uang Bima di dalam rumah ini, sebab bisa di katakan Bima adalah anak orang yang tidak punya dan dia sudah tidak punya orang tua.

"Kan sudah kubilang untuk taat beribadah dan kita harus melawannya!" Bima berkata yakin.

"Ini yang di hantui adalah kau, Bim!" Andre berkata agak sengit.

"Ya wajar saja, kan aku sedang tidak dalam posisi beribadah dan mungkin ini salah satu cobaan untuk kita." Bima berpikir positif.

Andre hanya bisa menarik nafas berat karena tidak tahu lagi harus bagai mana sekarang, ada rasa ingin pergi saja dari rumah ini namun ada juga rasa ingin tetap bertahan karena dia ingin membangun bisnis dan memulai hidup baru di sini tanpa ada bayangan dari masa lalu.

Namun itu semua bukan lah hal mudah karena mereka malah salah pilih rumah, mungkin karena dari awal sudah membawa uang yang tidak berkah sehingga saat membeli rumah pun.

"Jadi tetap mau bertahan di sini?" tanya Andre sekali lagi.

"Ayo Kita lawan semua ini dan kalau memang sudah tidak sanggup, aku justru berniat untuk minta tolong pada Purnama." Bima malah kepikiran ke sana.

Andre tidak menjawab karena dia pun baru sadar kalau ada seseorang di kampung halaman nya sana yang lebih paham soal hal gaib sehingga bisa di mintai tolong, yang penting bertahan saja dulu di sini dan mungkin nanti akan tertolong oleh hadirnya Purnama.