NovelToon NovelToon
One Night, More

One Night, More

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta setelah menikah / One Night Stand / Hamil di luar nikah / Percintaan Konglomerat / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:5.2k
Nilai: 5
Nama Author: Starry Light

✍🏻 Sekuel dari novel Saoirse 📚



"Bahkan kau tidak akan menemukan cinta yang sama untuk kedua kalinya, pada orang yang sama. Dunia tidak sebaik itu padamu, Tuan. Meskipun kau punya segalanya." ucap Mighty penuh penekanan.

"Aku dan dia adalah dua orang yang berbeda, tanpa perlu kau banding-bandingkan. Dan tidak ada orang yang benar-benar sama, sekalipun mereka kembar identik!" Mighty menghentakkan kakinya, meluapkan emosi yang sudah lama memenuhi dada.

Mighty terjebak dalam permainan nya sendiri, melibatkan seorang duda berusia 35 tahun, Maximilian Gorevoy.



Ikuti kisah mereka yaaa😉

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Starry Light, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 23

Max dengan setia mendampingi Mighty yang kini berada di kamar perawatan, wanita itu masih belum sadarkan diri sejak keluar dari IGD satu jam yang lalu. Namun demamnya sudah turun, hal itu membuat Max sedikit lega, walaupun masih khawatir karena Mighty belum sadar.

Tok ... Tok ... Tok ....

Seseorang mengetuk pintu ruang perawatan itu, Max yang duduk di samping ranjang Mighty hanya memutar tubuhnya tanpa beranjak sedikit pun.

"Tuan," ucap Jake setelah membuka pintu. Max menatap sinis asisten nya yang berpenampilan casual, sebab biasanya Jake akan mengenakan pakaian formal nya. Apa karena Max memanggilnya saat malam? Tapi seharusnya Jake memakai pakaian santai, bukan pakaian casual seperti orang yang akan.

"Jadi kau tidak menjawab panggilanku karena kau sedang senang-senang?" tuduh Max, kesal.

"Maaf Tuan, saya tidak menjawab panggilan anda karena anda menggunakan nomor baru, jadi ...."

"Simpan alasan mu, bisa-bisanya kau tidak menyimpan nomer ku." sungutnya, Max terdiam sejenak ia mengambil ponsel yang disimpan dalam sakunya.

"Maaf Tuan, saya akan menyimpan nomer baru anda." jawab Jake mengalah. Max melirik Jake semakin kesal.

"Tadi aku menggunakan nomer dokter Darya, kau harus menyimpannya. Dia dokter yang menangani Mighty." ujar nya, Jake hanya mengangguk tanpa membantah.

"Ehemmm, aku butuh beberapa pakaian ganti. Ponsel dan laptop juga ada di penthouse, untuk sementara aku akan disini." tuturnya.

"Baik, Tuan." Jake cukup paham apa yang harus dilakukan, tanpa Max jelaskan lebih detail.

"Pergilah, selesaikan administrasi nya dan berikan ponsel ini pada dokter Darya." titahnya memberikan ponsel dokter Darya pada Jake.

"Saya permisi, Tuan." pamit Jake keluar dari ruang perawatan itu.

Max kembali menatap Mighty, ia menyentuh kening wanita itu, memastikan jika demamnya benar-benar turun. Mighty mengerjapkan matanya, merasa seseorang menyentuh keningnya.

"Max," suaranya serak, ia tersenyum melihat Max yang menatapnya dengan teduh.

"Kau ingin sesuatu?" tanya Max dengan suara datarnya, menyembunyikan rasa senangnya melihat Mighty sadar.

Mighty diam, tangannya terulur menyentuh pipi dingin suaminya. "Kau mencintaiku, Max?" tanyanya, meskipun ia sudah tahu jawabannya. "Kau tidak mencintaiku ya." katanya tersenyum hambar, ia menarik tangannya.

"Apa aku tidak pantas dicintai, Max?" Mighty menatap langit-langit kamarnya, putih bersih tanpa noda.

"Sebaiknya kau istirahat." jawab Max, mengabaikan pertanyaan Mighty. Satu hal yang pasti, ia sangat tidak suka dengan situasi seperti ini.

"Apa kau akan benar-benar membuang ku, setelah aku melahirkan anak-anak mu?" sepertinya Mighty masih ingin bicara, namun ia memilih topik pembicaraan yang menyakitkan.

"Kau butuh istirahat, aku akan menjagamu." lagi-lagi Max mengabaikan pertanyaan Mighty.

Mighty tersenyum miris, bahkan suaminya menolaknya. Sama seperti yang dilakukan ayah nya. "Max, jika aku mati ...."

"Tutup mulutmu dan tidur lah! Kau bicara yang tidak-tidak." geram Max emosi, ia memilih meninggalkan Mighty dengan keluar dari ruangan itu.

"Dia bahkan tidak perduli padaku." Mighty menangis menatap pintu yang kembali tertutup. Perasaan sensitif ditambah overthinking yang tiba-tiba datang, membuat emosinya menjadi sangat labil.

.....

Max memilih pergi ke rooftop rumah sakit, di tempat tidak ada orang yang bisa melihatnya, ia menatap ke langit, malam itu bulan memancarkan sinarnya lembut, Max juga melihat bintang-bintang bertaburan di langit. Ia berharap, jika diantara banyaknya bintang itu, ada Saoirse diantaranya.

"Beri tanda padaku, jika aku harus melanjutkan hidupku." ucapnya seperti orang bodoh. Max mungkin CEO dari sebuah perusahaan besar bertaraf internasional. Yang tentu saja pintar, berpikir logis,.dan rasional, namun malam ini ia seperti pria bodoh yang berbicara pada bintang-bintang, dan berharap bintang akan menjawab pertanyaan nya.

Sejenak Max memejamkan matanya, ia tengah berada di persimpangan. Mighty memasang tidak seperti Saoirse dan tidak akan sama, karena mereka dua orang berbeda.

"Aku tidak marah jika kau jatuh cinta lagi pada wanita lain. Tapi, cintai wanita itu karena dirinya, jangan mencintai wanita itu karena ku. Meskipun kami mirip, meskipun sifat kami sama, tapi kau tidak boleh mencintai wanita itu sebagai diriku. Cintai dia karena wanita itu adalah dia." pesan Saoirse kala itu.

Max kembali membuka matanya setelah mengingat pesan mendiang istrinya. Sebenarnya ia tadi sudah berusaha menahan emosinya, namun saat Mighty membicarakan kematian, Max tidak bisa menahan emosinya. Ia seperti trauma mendengar kata kematian, dimana ia ditinggal untuk selama-lamanya, tanpa bisa bertemu kembali, meskipun ia punya banyak uang.

Di rasa cukup untuk menenangkan diri, Max memutuskan kembali ke kamar Mighty, ia tidak tega meninggalkan Mighty seorang diri. Saat Max memasukinkamar, dilihatnya Mighty tertidur, dengkuran halus terdengar dari mulut mungilnya. Max mendekatinya dan memastikan Mighty benar-benar tidur, setelah itu ia menuju sofa yang berada di sudut ruangan. Dilihatnya laptop, ponsel, dan beberapa paper bag, ia yakin Jake yang menaruhnya disana.

Pagi datang, Max tetap bangun lebih awal meskipun ia baru terlelap dini hari. Bahkan Mighty belum bangun saat ia ke kamar mandi untuk membasuh muka, cukup lama Max menghabiskan waktu di kamar mandi, ia keluar dengan wajah lebih fresh dan tetap mengenakan stelan santai.

Tak lama Jake datang dengan membawa kopi panas dan roti untuk sarapan Max. Ia juga membawa beberapa berkas dalam map yang harus ditandatangani oleh Max.

"Kau datang tepat waktu." Max menyeruput kopi hitam yang dibawakan oleh Jake.

"Terimakasih, Tuan." sahut Jake, menganggap jika kata-kata Max adalah pujian. Karena tuanya tidak akan memuji nya secara terang-terangan.

Setelah itu, Max memeriksa berkas yang hendak ia tanda tangani. "Beberapa rapat yang bisa kau handle sendiri, silahkan lanjutkan tanpa kehadiranku. Untuk rapat lainya, reschedule jadwalku dua hari ke depan." titahnya.

"Baik, Tuan." jawab Jake sambil membereskan berkas yang sudah ditandatangani Max. "Saya permisi, Tuan." pamitnya, Max mengangguk pelan.

"Jake," panggil Max ketika pria itu hendak membuka pintu. "Jangan katakan apapun pada tuan dan nyonya mu." Max tidak ingin Thor dan Alla mengetahui kondisi Mighty.

"Saya mengerti, Tuan." sahut Jake, lalu benar-benar keluar dari ruangan Mighty.

Max melihat keranjang, tubuh Mighty menggeliat, ia segera menghampirinya. "Kau butuh sesuatu?" tanyanya ketika Mighty sudah membuka mata.

"Aku mau ke kamar mandi." ujarnya, sesuatu dibawah sana mendesak ingin keluar.

Max mengangguk dan mengambil infus Mighty. "Apa yang kau lakuawhhh ...." belum lengkap pertanyaan Mighty, ia merasa tubuhnya melayang, reflek tangannya memeluk leher Max.

Tanpa bicara Max langsung membawanya ke kamar mandi, dan mendudukkannya diatas bathtub. "Kau ingin mandi atau buang air?" tanya Max, seketika wajah Mighty memerah karena malu.

"Aku bisa melakukannya sendiri, keluar lah!" usir nya. Namun Max sama sekali tidak bergerak. "Apa sekarang kau tuli? Keluar." Mighty membuang wajahnya kesamping kanan dan melipat tangannya di dada.

"Aku bisa membantumu jika kau mau mandi." ujar Max, Mighty membeliakkan matanya. "Tidak perlu malu, kita sudah melakukan hal yang lebih 'bukan?" Max terlihat santai mengatakannya, sedang Mighty menahan geram dan malu.

"Aku bisa melakukannya sendiri, dan tidak perlu membahas hal seperti itu!" sentaknya menahan malu.

Max tertawa pelan melihat ekspresi wajah Mighty. "Kau punya malu juga ternyata." ujarnya berbalik meninggalkan Mighty. "Jika sudah selesai, panggil aku." pesannya sebelum menutup pintu, meninggalkan Mighty yang menahan kesal.

*

*

*

*

*

TBC

1
Elly Salmon
lanjutkan. sampe lahiran 👍
Ids Manurung
gas update thor
Susapril Deping
Bagus Kok thor Ceritanya.
Aryati Ningsih
semua karyamu aku senang Thor ..lanjut sampai selesai ya ..
Cucu Nurhasanah
di tungguin banget up nya thor🙏
Cucu Nurhasanah
di tunggu bucinmu max😍
Cucu Nurhasanah
maaf Thor... ga biasa komen, yg jelas karyamu selalu d tunggu/Kiss/
Aryati Ningsih
semangat Thor ..paling suka baca novelmu
Aryati Ningsih
lanjut Thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!