Setelah dikhianati dan mati di tangan suaminya sendiri, Ruan Shu Yue dibangkitkan kembali sebagai putri keempat Keluarga Shu yang diasingkan di pedesaan karena dianggap pembawa sial.
Mengetahui bahwa dirinya terlahir kembali, Ruan Shu Yue bertekad menulis ulang takdir dan membalas pengkhianatan yang dia terima dari Ling Baichen. Selangkah demi selangkah, Ruan Shu Yue mengambil kembali semua miliknya yang telah dirampas menggunakan identitas barunya.
Anehnya, Pangeran Xuan - Pangeran Pemangku yang menjadi wali Kaisar justru muncul seperti variabel baru dalam hidupnya.
Dalam perjalanan itu, dia menyadari bahwa ada seseorang yang selalu merindukannya dan diam-diam membalaskan dendam untuknya.
***
"A Yue, aku sudah menunggumu bertahun-tahun. Kali ini, aku tidak akan mengalah dan melewatkanmu lagi."
Ruan Shu Yue menatap pemuda sehalus giok yang berdiri penuh ketulusan padanya.
"Aku bukan Shu Yue."
Pemuda itu tersenyum.
"Ya. Kau bukan Shu Yue. Kau adalah Ruan Shu Yu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhuzhu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 14: Reuni Kecil
Di Paviliun Haitang, Shu Yue menunggui Xiaohe dengan sabar. Luka-luka di tubuhnya sudah diobati dan dibalut dengan rapi.
Namun sampai malam tiba, gadis itu masih belum sadar. Padahal tabib istana sudah memastikan tidak ada luka dalam yang timbul dari pukulan si gendut itu.
Bibi Zhou juga ikut berjaga. Nona Keempat memiliki hati yang begitu lembut dan hangat.
Bahkan seorang gadis asing yang dianiaya pun dibawa masuk dan dirawat dengan teliti. Hal ini jelas membuktikan bahwa karakter Nona Keempat begitu baik dan mulia.
Beberapa orang malah buta dan tuli. Tanpa peduli pada akal sehat, langsung mengatakan Nona Keempat bintang pembawa sial karena terus sakit-sakitan hingga dikirim ke desa tanpa ragu.
Tuan Shu dan Nyonya Shu begitu terpukul, namun tidak berdaya karena saat itu kuasa ada di tangan Nyonya Tua. Sekarang setelah susah payah menjemput Nona Keempat kembali ke kediaman, beberapa orang malah tidak puas lagi dan merencanakan sesuatu yang jahat.
“Nona, bagaimana Nona akan mengatur gadis ini setelah bangun nanti?” tanya Bibi Zhou.
“Biarkan dia tinggal di sini.”
“Apakah Nona ingin menjadikannya pelayan pribadi?”
Shu Yue mengangguk. Beberapa waktu lalu Nyonya Shu membawa beberapa gadis untuk dijadikan pelayan.
Shu Yue belum memilih orang untuk menjadi pelayan pribadinya. Ia tidak bisa percaya pada orang begitu saja. Ia juga merasa Bibi Zhou saja sudah cukup.
Tapi, Bibi Zhou adalah pelayan Nyonya Shu. Mengambilnya pasti akan membuat Nyonya Shu kerepotan karena tangan kanannya diambil dan dipindahkan ke tempat lain.
Karena Xiaohe sudah ditemukan, maka Shu Yue akan menunjuknya lagi. Itu lebih baik daripada membiarkannya bekerja di kediaman lain dan diperlakukan semena-mena.
“Tolong katakan pada ibu bahwa aku sudah memiliki pelayan. Jadi, tidak perlu repot mengantar orang untuk dipilih lagi. Tempatkan saja mereka ke kediaman lain atau pekerjakan mereka di perkebunan.”
“Nona sangat bijaksana. Budak tua ini akan menyampaikan perkataan Nona kepada Nyonya.”
“Tolong suruh bagian dapur menyiapkan semangkuk bubur. Dia mungkin sangat lapar ketika bangun nanti.”
“Baik, Nona.”
Bibi Zhou sudah pergi, tapi Shu Yue masih tidak ingin beranjak dari posisinya. Wajah Xiaohe pasti dirusak oleh si gendut itu.
Goresan di pipinya adalah luka dari sayatan benda tajam seperti jepit rambut. Tak terbayangkan betapa sakitnya ketika ujung yang tajam itu merobek kulit wajah.
Xiaohe yatim piatu, sama sepertinya dahulu. Sehidup sepenanggungan, menjadi tuan dan majikan yang seperti saudara.
Dibandingkan dengan Ling Baichen yang menjadi suaminya, Shu Yue justru lebih merasa Xiaohe-lah kerabatnya di dunia ini, satu-satunya keluarganya yang masih tersisa.
Kelopak mata Xiaohe bergerak. Tak lama kemudian gadis itu membuka matanya.
Tatapannya begitu sayu seperti bunga yang gugur di akhir musim gugur, tak bisa menanti musim semi karena harapannya telah tenggelam dan membeku di musim dingin, terkubur salju. Keceriaannya hilang dan sinar mata yang biasanya begitu ceria nan berseri itu kini kosong seperti cangkang kerang.
“Kau sudah bangun?”
Mengetahui ada seseorang di sampingnya, Xiaohe menoleh. Keningnya mengkerut, menatap linglung pada sesosok gadis berwajah asing yang memberikan sebuah senyum lega di wajahnya. Sorot matanya tidak asing, seolah Xiaohe sudah mengenalnya selama bertahun-tahun.
“Nona…” lirihnya. Tapi, akal sehatnya menamparnya dengan keras. Walau sorot matanya begitu tidak asing, tapi itu jelas bukan milik majikannya.
“Terima kasih atas bantuan Nona. Xiaohe tidak punya apa-apa, tidak mampu membalas kebaikan Nona yang telah membantu saya lolos dari orang itu.”
Suara Xiaohe serak. Ada memar di lehernya. Mungkin pita suaranya mengalami gangguan karena luka fisik di leher.
Untungnya, suara itu masih dapat dikeluarkan meski sangat sulit mengucapkannya. Shu Yue sempat menutup matanya sejenak.
Ling Baichen dan Shen Jia, apa yang telah mereka lakukan pada Xiaohe sebelum mereka menjualnya?
“Xiaohe, maukah kau menjadi pelayanku? Ini adalah kediaman Keluarga Shu. Jika kau menjadi pelayanku, kau tidak akan ditindas dan dijual lagi.”
Xiaohe ragu. Dia dijual setelah majikannya meninggal dengan harga yang sangat murah.
Rubah licik bernama Shen Jia itu entah bagaimana berhasil menghasut Adipati Muda Ling menjualnya kepada orang lain. Xiaohe diperlakukan seperti barang, dilempar ke sana kemari.
Dalam satu bulan ini, dia sudah dijual ke tiga kediaman. Karena dia hanya ingin setia kepada majikan awalnya, dia disiksa, bahkan hampir dinodai oleh orang-orang kaya itu.
Tidak ada yang bisa menolongnya. Dia hanya seorang budak. Hanya bisa melarikan diri untuk mencoba peruntungan, mencoba segala cara agar bertahan hidup dan terbebas dari siksaan para majikan.
Namun, orang-orang yang tidak pernah puas itu mana mungkin menganggap penting seorang pelayan. Dia dijadikan mainan hidup yang digunakan untuk memuaskan perbuatan bejat dan amoral para majikan.
“Oh, namaku Shu Yue. Aku adalah Nona Keempat Kediaman Shu, putri dari Kepala Sensor Kerajaan.”
Xiaohe masih terdiam. Kediaman Kepala Sensor Kerajaan, mengapa sangat kebetulan?
Saat dia hampir dipukuli sampai mati, nona keempat ini datang menolongnya, berani memukul si gendut itu tanpa takut. Bahkan dia membawanya kemari dan mengobati lukanya.
“Shu Yue… nama Nona sangat mirip dengan nama majikan saya.”
“Siapa memangnya majikanmu itu?”
“Dia adalah orang paling baik dan pengertian di dunia. Namanya Ruan Shu Yue, istri pertama Adipati Muda Ling Baichen. Tapi, dia sudah meninggal.”
“Jadi, kau adalah pelayan Nyonya Ruan. Aku pernah mendengar Nyonya Ruan punya pelayan yang sangat setia."
Xiaohe menundukkan kepalanya. Dia hanya pelayan, hidup dan matinya tergantung perkataan majikan. Saat pertama kali bekerja untuk Ruan Shu Yue, dia juga penakut dan pemalu. Tapi, Ruan Shu Yue memperlakukannya dengan tulus, membimbingnya dan menjaganya, tidak pernah memberinya hukuman fisik.
"Dia punya pelayan sepertimu, hidupnya tidak terlalu buruk."
Xiaohe mengangkat kepalanya. Matanya menatap Shu Yue dengan dahi mengernyit.
"Nona mengenal majikanku?"
"Bisa dibilang kenal. Aku pernah bertemu dengannya di Dingzhou. Dia sangat baik dan lembut, tapi sayangnya ditipu sampai mati oleh pria."
"Nona adalah teman majikan saya. Sungguh suatu kebetulan," ucap Xiaohe tak menyangka. Ternyata di dunia ini selain Lin Muyang yang norak itu, masih ada seorang gadis yang mengenal majikannya. Hatinya jadi senang.
"Mungkin karena berjodoh.”
Hati Shu Yue sakit. Xiaohe begitu setia, tapi kedua bajingan itu malah menjualnya dan membiarkannya hidup dan mati sesuai situasi. Mereka jadi lebih kejam dan dingin.
“Aku tahu kau setia pada majikanmu, tapi hidup ini harus tetap berlanjut. Aku pikir majikanmu tidak akan senang bila kau selalu pasrah dan membiarkan diri sendiri seperti barang yang bisa dibuang orang.”
“Nona…”
“Nyonya Ruan begitu lembut dan penyayang. Dia akan sedih jika tahu pelayannya berlarian sendirian tanpa perlindungan. Jadilah pelayanku. Setidaknya hidupmu akan aman dan orang-orang itu tidak akan menyakitimu lagi.”
Xiaohe meneteskan air matanya. Nona Keempat begitu lembut dan pengertian. Temperamennya mirip sekali dengan Nyonya Ruan.
Kelembutan di matanya yang meyakinkan itu jelas tidak terbentuk dengan kebetulan. Di dalam ucapannya bukan terdapat rasa kasihan, namun sebuah perlindungan yang dibungkus dengan sebuah pekerjaan.
Ucapan Nona Keempat Shu benar. Majikannya tidak akan senang bila tahu dirinya berlarian sendirian di Jingdu tanpa perlindungan.
Binatang-binatang itu akan terus menyiksa orang tanpa henti. Jika kembali, Xiaohe mungkin akan berakhir di kediaman yang orang-orangnya kejam lagi.
“Kalau begitu, pelayan ini bersedia melayani Nona.”
Senyum tulus merekah di bibir Shu Yue. Dia memeluk Xiaohe dengan pelan dan merasakan hatinya sedikit lega.
Dulu dia selalu menekankan pada Xiaohe untuk tidak menangis dalam situasi apapun. Satu-satunya hal yang ia inginkan adalah Xiaohe hidup dengan baik setelah dia tiada nanti.
“Gadis baik. Pulihkan dulu lukamu. Kau pasti lapar, kan?”
Xiaohe yang kurus menundukkan kepalanya. Makanan bisa jadi benda paling mahal di dunia ketika tidak punya uang untuk membeli atau mengolahnya. Dia tidak ingat kapan terakhir kali dia bisa makan dengan baik.
Bibi Zhou kemudian datang membawa semangkuk bubur kacang hijau yang diberi kurma di dalamnya. Gadis yang dibawa Nona Keempat rupanya sudah sadar. Syukurlah, dengan begitu Nona Keempat tidak perlu menungguinya lagi sepanjang malam.
“Bibi, berikan supnya,” ucap Shu Yue. “Xiaohe, makanlah.”
Semangkuk bubur kacang hijau itu kemudian dimakan sampai habis oleh Xiaohe. Mangkuk kosong disimpan kembali dalam nampan.
Shu Yue tidak pernah menghilangkan senyumnya. Setidaknya dalam hidupnya yang sekarang, dia masih bisa menjaga pelayannya, mengembalikannya ke sisinya dan melindunginya dari penindasan orang di luar sana.
Emang enak di tampar kenyataan
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣