Pesona Penggoda Nakal

Sebenarnya ini bukan pertama kali Azhar menemani Julie makan malam yang dilanjutkan dengan sesi berbelanja, sudah kesekian kalinya. Namun baru kali ini Azhar merasa kegiatan ini sangat membosankan.

Makanan mewah yang Julie suka yakni sepotong steak mahal lengkap dengan wine yang begitu harum tak lagi menggoda Azhar. Malah Azhar merindukan makan es krim di kedai es krim pinggir jalan yang murah bersama Caca.

Makanan tersebut tak berhasil menggugah selera makannya. Azhar malah terbayang makan dengan disuapi tangan Caca langsung. Rasanya lebih nikmat dan sedap meski menunya hanya telor ceplok pakai kecap saja.

"Huft... Bosan. Caca lagi apa ya?" batin Azhar.

Azhar mau mengirim pesan ke Caca takut membuat Julie curiga. Jadi ia hanya menemani Julie dan memasang senyum palsu selama istrinya bercerita dan berbelanja barang-barang mahal yang lumayan menguras saldo di rekeningnya.

"Pantas Mommy kesal, total belanjaan Julie bisa mencapai puluhan juta sekali jalan. Belum kalau ia masuk dan memilih tas mahal. Kalau aku iyakan, pasti yang ratusan juta akan ia beli juga." gerutu Azhar dalam hati.

"Aku mau ke toilet dulu ya, Sayang! Kamu pilih saja yang kamu mau nanti aku kembali akan aku bayar!" ujar Azhar.

"Mau aku temani?" tanya Julie berbasa-basi.

"Tak perlu. Aku sakit perut, takut kamu lama menunggu. Tunggu sebentar ya!"

Azhar pun meninggalkan Julie yang sedang asyik memilih tas kesukaannya. Ia menengok ke belakang untuk memastikan kalau dirinya tidak Julie ikuti.

Azhar lalu masuk ke toko perhiasan berlian yang tadi sempat Julie masuki namun karena Azhar pura-pura sibuk, Julie mengurungkan niatnya membeli. Siapa yang akan bayar?!

Azhar lalu disambut dengan ramah oleh penjaga toko. Ia tadi sempat melihat sebuah kalung yang motifnya simple namun terlihat elegan. Tanpa pikir panjang Azhar membeli perhiasan tersebut dan menyembunyikan kotaknya di dalam saku jaket yang dikenakannya.

Azhar membayangkan Caca akan terlihat cantik dan lalu bergelayut mesra padanya. Mereka akan bermesraan sampai siang.

Lalu Azhar tersadar satu hal....

Bagaimana dirinya bisa lama bersama Caca dan bisa bermesraan sampai siang kalau ia harus pulang ke rumah Julie terus?

Maka sambil berjalan menuju toko tas dimana Julie berada, Azhar berpikir keras. Satu-satunya jalan dirinya bisa bebas bersama Caca adalah dengan pergi ke luar kota.

Sebuah rencana perjalanan bisnis luar kota pun ia rancang. Alasan yang logis dan tak membuat Julie curiga pun ia siapkan.

Setelah membayar belanjaan tas Julie seharga dua puluh juta, Azhar pun meminta ijin.

"Maaf, Sayang. Aku ada perjalanan bisnis nih selama beberapa hari. Rencananya aku mau mengunjungi anak perusahaan Papi yang ada di beberapa kota. Sekalian sidak apakah pekerjaan di sana bagus atau ada masalah." ujar Azhar.

"Kalau begitu aku temani! Aku akan menemani kemanapun suami aku pergi sebagai istri yang baik." jawab Julie sambil tersenyum.

Azhar kelimpungan. Rencana bermesraannya dengan Caca terancam gagal kalau Julie ikut serta.

"Tak perlu, Sayang! Aku kesana bukan untuk liburan. Aku mau bekerja." Azhar membukakan pintu mobil untuk Julie. Sengaja berbuat manis agar diberi ijin. Azhar berlari ke sisi satu lagi dan bahkan memakaikan Julie seat belt. "Kalau ada kamu, kita malah bermesraan sepanjang waktu."

"Bagus dong! Anggap saja kita sedang honeymoon kedua?!" rupanya Julie tak gampang menyerah.

"Sayang, kamu tahu 'kan kalau Mommy sedang menilai kinerja kerja aku? Aku tuh harus cari muka depan Mommy. Kemarin saja Mommy tiba-tiba sidak ke kantor. Kalau Mommy memutuskan kepemimpinan perusahaan diserahkan ke manajemen karena aku kerjaannya hanya bermesraan saja bagaimana? Gaji aku akan sangat kecil dan tak bisa belanjain kamu sesuka hati lagi nantinya." bujuk Azhar.

Julie menghela nafas berat. Apa yang dikatakan Azhar memang benar adanya. Mertuanya itu masih memiliki kendali meski uang bulanannya sudah Azhar batasi. Mertuanya masih menjadi penghalang besar dalam rumah tangganya dengan Azhar.

"Baiklah. Aku di rumah saja. Tapi kalau kamu kangen dan butuh aku, aku akan langsung terbang ke tempat kamu!"

"Jangan!" tolak Azhar secara spontan. "Maksud aku, kamu tak perlu datang. Biar kalau Mommy sidak, Mommy tahu aku beneran pergi kerja. Buktinya kamu masih ada di rumah, iya 'kan?"

Untunglah Azhar bisa cepat mendapat jawaban atas pertanyaan Julie dan Julie bisa menerimanya. "Yaudah. Terus kamu pergi sama siapa? Sama sekretaris kamu yang nyebelin itu? Si Caca marica hey hey?" cibir Julie.

"Iyalah, Sayang! Dia yang akan atur jadwal aku. Dia juga yang tahu berbagai file yang aku butuhin untuk meeting. Tenang saja, Caca tuh enggak akan mampu membuat aku berpaling dari kamu!" gombalan receh yang paling ampuh untuk meredam kecurigaan Julie.

"Iya. Hati-hati ya! Aku akan siapkan pakaian kamu nanti!"

Azhar tersenyum dan mengecup kening Julie. "Terima kasih, Sayang!"

****

Caca baru saja hendak berangkat kerja ketika Azhar sudah berdiri di depan apartemennya. "Mas?! Kamu ngagetin aku aja! Kenapa enggak masuk sih?!"

Azhar tersenyum. "Aku tahu jam berapa kamu keluar apartemen setiap hari. Jadi aku putuskan menunggu kamu keluar saja agar surprise."

Azhar lalu masuk ke dalam apartemen Caca dan duduk di sofa. "Siapkan pakaian kamu! Kita akan pergi ke luar kota."

Perkataan Azhar tentu saja mengagetkan Caca. "Ke luar kota? Sekarang? Kemana? Ngapain?" tanya Caca bertubi-tubi.

Azhar tertawa melihat kekagetan Caca. Sikap kagetnya benar-benar natural. "Honey moon dong kayak orang-orang!"

"Udah gila kamu, Mas! Ini tuh waktunya kita kerja! Bukannya kamu ada meeting hari ini dengan bagian produksi?!" Caca membuatkan Azhar secangkir teh karena tahu suaminya tak buru-buru hendak berangkat ke kantor.

"Mau cake buat teman minum teh?" tanya Caca.

"Mau kalau kamu suapin!" jawab Azhar dengan manja.

Caca mengambilkan cake yang ada di lemari es. Ia beli kemarin lusa namun belum sempat ia makan. Caca pun menghidangkan cake dan teh buatannya untuk Azhar.

"Aku serius. Kita akan honeymoon, keliling kota. Rencananya aku akan sidak ke perusahaanku yang ada di Yogya dan Bali. Pertama kita ke Yogya lalu kita ke Bali dan habiskan beberapa hari di sana. Masalah meeting dengan bagian produksi itu gampang! Bisa reshedule! Momny juga sudah aku kabari dan aku sudah mengantongi izin kalau perginya sama kamu!" jawab Azhar sambil memakan cake yang Caca suapi.

"Beneran nih?" tanya Caca sekali lagi.

"Tentu saja benar, Sayang! Sudah sini aku makan sendiri. Kamu siapkan baju yang mau kamu bawa! Jangan lupa, bawa pakaian seksi yang banyak! Selama di luar kota, kamu milikku! Kita akan having fun bersama!"

Caca tersenyum dengan terpaksa. Bukan begini rencana yang ia susun. Kenapa ia malah beneran jadi istrinya Azhar? Kenapa juga ia malah senang diajak honeymoon? Bagaimana kalau perasaaannya terhadap Azhar semakin dalam dan sulit ia tolak? Bagaimana kalau dirinya semakin jatuh cinta dan melupakan rencananya menghancurkan Julie?

"Ah sudahlah! Nikmati saja dulu hidup ini!" Caca pun memasukkan pakaiannya dalam koper termasuk baju-baju seksinya. "Enggak ada salahnya bersenang-senang dengan suami sendiri."

****