One Night, More
Mighty, seorang gadis berusia 25 tahun, berasal dari Centro Est di Genova, duduk diantara tamu undangan dengan elegan. Menyaksikan acara fashion show salah satu brand pakaian dalam wanita yang terkenal di Los Angeles.
Dengan rambut pirang kecoklatan yang bergelombang, mata coklat ekspresif berbinar, Mighty memancarkan aura yang ceria dan hangat. Dia mengenakan gaun hitam yang sederhana namun terlihat elegan, menonjolkan kulit cerahnya dengan sedikit kemerahan karena sinar matahari Mediterania.
Saat model-model berjalan di atas catwalk, Mighty tidak bisa menahan kegembiraannya. "Whuuu ...." teriaknya nyaring sambil bertepuk tangan, saat para model memperagakan desain lingerie terbaru, membuatnya terpesona.
"Oh my Gosh, it's so hot. Aku harus punya." katanya dengan mata berbinar, sambil memperhatikan detail desain yang menurutnya sangat unik, dan menarik pada lingerie yang sedang di peragakan.
Dengan sikap supel dan wajah cantiknya, Mighty membuat kesan yang baik di antara tamu undangan lainya. Termasuk beberapa artis Hollywood dan pebisnis berpengaruh dunia, yang juga menghadiri acara tersebut.
Ia merasa berada di dunia yang berbeda, di mana fashion dan keindahan adalah bahasa universal, yang dipahami semua orang.
"Bagaimana menurut, Tuan?" bisik Mighty pada seorang pria yang duduk di sebelahnya.
"Bukankah lingerie itu sangat indah?" wajahnya menatap kearah catwalk, namun ekor matanya melirik pria yang diajaknya bicara. Sedangkan pria dengan stelan klasik berwarna hitam itu tidak menanggapinya.
Hal itu membuat Mighty kesal sekaligus penasaran dengan pria itu. Wajahnya datar dan dingin, tidak ada ekspresi sama sekali.
Berbeda dengan pria lainya, yang terlihat berbinar saat para model itu berjalan dihadapan nya, memamerkan keindahan tubuh mereka yang hanya di balut lingerie.
Pria mana yang tidak senang melihat pemandangan seperti itu? Kecuali pria yang duduk disebelah Mighty. "Kalau tidak suka kenapa menghadiri acara ini?" gumam Mighty. Karena ia membutuhkan waktu satu hari penuh untuk bisa sampai ke Los Angeles.
Mighty memang sangat suka menghadiri acara tersebut, ia akan bekerja keras untuk menghadiri acara besar seperti Big Four.
Yaitu London Fashion Week, Paris Fashion Week, New York Fashion Week, dan Milan Fashion Week. Ketertarikannya pada dunia mode sangat kuat, meskipun ia harus bekerja banting tulang.
Karena tak kunjung mendapat tanggapan dari pria yang ada di sebelahnya, Mighty kembali fokus menyaksikan pertunjukan dengan antusias, hingga selesai. Setelah itu, ia menemui seseorang yang berperan penting dalam kehadirannya, di acara tersebut.
"Abby!" serunya memeluk wanita paruh baya.
"Kau sudah puas?" Abby melepaskan pelukan Mighty. Dia salah satu staff dari brand yang baru saja melakukan pagelaran fashion show. Karena dia juga, Mighty bisa hadir dan duduk diantara orang-orang penting.
Itulah salah satu manfaat nya mengenal orang dalam, Sangat menguntungkan karena ekonomi Mighty tidak selalu berlebih.
"Hmmm, terimakasih." ucap Mighty mengecup pipi Abby, singkat. "Jadi, aku bisa mengikuti after party dinner?" tanya Mighty memastikan.
Abby tersenyum hangat. "Tentu, kali ini kau sangat beruntung." jawabnya membuat Mighty terlihat semakin berbinar.
Gadis itu memekik pelan dan melompat kecil, karena terlalu senang. "Kau yang terbaik. Terimakasih, aunty." ucap Mighty tulus.
"Hei, jangan memanggilku aunty, aku tidak setua itu." protes Abby, dia memang tidak suka di panggil aunty, meskipun kenyataannya memang begitu. Abby adalah adik dari ibunya Mighty, tapi ia lebih suka di panggil nama.
Mighty terkikik geli melihat reaksi Abby, hingga ia ingat sesuatu. "Abby, apa kau tahu siapa pria yang duduk di bangku sebelahku?" seharusnya Abby tahu siapa pemilik kursi yang duduk di sebelah bangkunya, karena Abby usher membagikan undangan tamu kehormatan.
Wanita 45 tahun itu terdiam sesaat, mengingat sesuatu. "Ahh, aku ingat. Dia Tuan Max, seorang pebisnis dari Rusia." kata Abby menjelaskan.
"Kau tidak membuat ulah dengannya, bukan?" tanya Abby dengan tatapan menyelidik. Ia tak mau berurusan dengan orang seperti Max yang terkenal tak punya ampun.
Mighty malah tersenyum lebar. "Tentu saja tidak, tapi Max siapa? Siapa nama lengkapnya?" tanya Mighty antusias.
"Maximilian Gorevoy, jangan macam-macam dengannya." ujar Abby memperingatkan.
"Abby, can you come quick? I need your help." teriak salah seorang rekan kerjanya.
"I'm right there." sahutnya, lalu menatap Mighty. "Baiklah, aku pergi dulu. Dan jangan membuat ulah," ucapnya lalu pergi meninggalkan Mighty.
Gadis itu tersenyum miring lalu menuju ruangan tempat after party dinner itu di adakan. Alunan musik klasik yang santai menyapa indera pendengarannya saat memasuki ruangan itu, Mighty mengedarkan pandangannya, mencari seseorang.
"Sorry, Abby. Tapi aku butuh dia," gumam Mighty berjalan mendekati Max, dan mengabaikan peringatan Abby, tantenya.
Mighty memasang wajah manisnya. "Hai, boleh aku duduk di sini? Semua tempat sudah penuh. Jadi ...." ia melihat reaksi Max, namun Max hanya diam dan menatapnya datar. "Aku mohon," ucap Mighty memelas.
Max memainkan gelas berisi Champagne, lalu melihat Mighty dari ujung kaki sampai ujung kepala. "Duduk saja jika kau berani," suaranya rendah dan dingin, tapi itu tidak membuat Mighty takut sama sekali.
Gadis itu langsung duduk dan tersenyum manis. "Terimakasih, Tuan. Ternyata kau sangat baik." ujarnya, sambil melirik kiri kanan, ternyata banyak mata yang melihat kearah mejanya.
Max menyesap champagne nya, matanya menatap datar Mighty. "Sepertinya kau orang baru," kata Max, masih dengan suara dinginnya.
Mighty mengambil salah satu minuman yang ada di meja, untuk menghilangkan kegugupannya. Jujur saja, dia sangat gugup berhadapan dengan Max, belum lagi tatapan remeh para tamu undangan lainya. Namun Mighty mencoba mengabaikannya.
Setelah menyesap minuman nya, ia melihat Max yang menatapnya tak berkedip. "Aku baru pertama kali menghadiri acara seperti ini, bagaimana dengan mu?" Mighty bersikap santai. "Tunggu, bukankah kau pria yang tadi duduk di sampingku?" tanyanya berpura-pura.
Max menarik sudut bibirnya, pria dewasa itu menyeringai. "Apa yang kau inginkan?" ia tahu jika wanita yang ada dihadapannya sedang berpura-pura.
"Terlalu murahan," batin Max mengamati mimik wajah lawan bicaranya.
Mighty tergelak pelan, ternyata sandiwara nya sudah di ketahui Max. "Apa yang bisa kau berikan," sahut Mighty, ia membalas tatapan Max tanpa takut dan ragu.
Max tersenyum tipis, kali ini Mighty bisa melihat senyum tampan itu, meskipun senyum itu bukan pertanda baik. Ia sangat tahu berhadapan dengan siapa, namun ia sudah bertekad untuk menjatuhkan dirinya pada seorang Maximilian Gorevoy.
Mighty sempat mencari tahu tentang Max melalui internet, tidak banyak informasi yang ia dapatkan, selain keberhasilan dan kesuksesan seorang Max. Sisanya hanya sekedar informasi, jika Max adalah pria dingin dan kejam, Max juga tak pernah terlihat dekat dengan wanita, selama delapan tahun terakhir.
Media tidak menyebutkan detailnya, karena kehidupannya memang tidak se-terbuka itu. Namun, lagi-lagi Mighty tidak perduli. Ia merasa sudah menemukan orang yang tepat, orang yang selama ini ia inginkan dan butuhkan.
*
*
*
*
*
TBC
Happy reading 🤗
Ini sekuel dari novel Saoirse yaaaa, maaf karena lama up nya. Sebab author juga ngerjain beberapa novel lainya, ada novel baru, ada juga spin-off dari novel-novel yang lama.
Nanti, satu persatu akan author up, mudah-mudahan para readers masih setia baca karya receh author amatiran ini🤗
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian di kolom komentar, like, subscribe, dan vote 😉
Sarangeeee sekebon jagung tetangga 🫰🏻🫰🏻🫰🏻
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments