Kenziro & Lyodra pikir menikah itu gampang. Ternyata, setelah cincin terpasang, drama ekonomi, selisih paham, dan kebiasaan aneh satu sama lain jadi bumbu sehari-hari.
Tapi hidup mereka tak cuma soal rebut dompet dan tisu. Ada sahabat misterius yang suka bikin kacau, rahasia masa lalu yang tiba-tiba muncul, dan sedikit gangguan horor yang bikin rumah tangga mereka makin absurd.
Di tengah tawa, tangis, dan ketegangan yang hampir menyeramkan, mereka harus belajar satu hal kalau cinta itu kadang harus diuji, dirombak, dan… dijalani lagi. Tapi dengan kompak mereka bisa melewatinya. Namun, apakah cinta aja cukup buat bertahan? Sementara, perasaan itu mulai terkikis oleh waktu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ann Rhea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kasus Tertunda
Hilangnya Kev membuat tanda tanya bagi semua orang terutama rekan rekan bisnisnya di mana mereka semua butuh tanda tangan dia untuk melanjutkan kerja sama.
Jika tidak mendapatkan tanda tangan Kev, perusahaan akan di ambang kebangkrutan.
Sementara kepolisian dan juga tim investigasi, juga detektif swasta, sudah dikerahkan untuk mencari tahu kemana hilangnya Kev, dari transaksi terakhir dia tidak melakukan penerbangan seperti yang dikatakan oleh Aura.
Jelas semua tuduhan tertuju kepada Aura, karenanya dia yang menjadi orang terakhir bersama dan dihubungi oleh nya.
Namun sayangnya Aura juga ikut menghilang, seakan-akan ditelan bumi. Tidak ada yang tahu kemana perginya dia, yang jelas dia meninggalkan rumah lama yang sudah dibeli oleh orang lain.
Dan polisi sulit untuk menyelidiki nya karena rumah itu sekarang telah di bongkar dan akan dibangun sebuah pusat perbelanjaan.
Jika saja dalam kurun waktu sebulan Kev tidak ada memunculkan batang hidungnya, maka seluruh aset miliknya akan dibalik nama menjadi milik negara. Karena Kev tidak memiliki keluarga lain, sementara istrinya tidak tahu kemana.
Selama hidup Kev, ia cukup tertutup soal masalahnya.
Jadi teman, maupun rekan kerjanya bingung. Bahkan beberapa transaksi tidak dapat di lakukan jika tidak ada persetujuan darinya. Termasuk kerja sama bisnis. Dimana satu persatu devisi dan investor mulai kebingungan dan memutuskan untuk mengundurkan diri. Terkait adanya kebingungan atas kekosongan kepemimpinan perusahaan.
Tidak mungkinkan direktur utama yang mengambil alih semuanya? Sementara tidak ada wasiat apapun yang di tulis Kev sebelum menghilang.
Menghilangnya Kev itu sangat janggal. Kemungkinan dia diculik atau bahkan sengaja di hilangkan?
Di tengah huru hara menghilangnya Kev, tiba-tiba Aura muncul kembali dengan pakaian compang-camping seakan dirinya adalah mahluk aneh yang baru keluar dari hutan. Tubuhnya kurus, kulitnya kusam dan dia tak bisa berhenti menangis.
Tangan Aura gemetaran, ia mengiggil ketakutan. Tubuhnya penuh luka, seperti habis lolos dari kejaran harimau.
Tim kepolisian membawanya ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut terkait psikis dan fisiknya.
Selama itu juga Aura hanya diam saja melamun, sampai hasil pemeriksaan keluar bahwa ditemukan banyak bekas kekerasan ditubuhnya bahkan ada beberapa DNA sperma pria. Diduga dia telah mengalami rudapaksa. Juga kekerasan. Ketika di tanya pun ia hanya diam saja.
Dan psikolog memberikan keterangan, laporan hasil observasi bahwa Aura mengalami gangguan jiwa dan depresi berat.
Setelah seminggu dirawat akhirnya dia mau bicara. Dimana dia memberikan keterangan bahwa dirinya dan Kev mengalami pertengkaran hebat, lalu ia kabur dan masuk ke hutan. Disana ia di siksa oleh Kev, ditengah gelapnya malam kakinya melangkah jauh mencari pertolongan namun malah jatuh ke jurang.
Kev terus mengejarnya bersama anak buahnya. Dengan teganya malah menyakiti harga diri dan hatinya. Ketika ia sudah terkoyak tak mampu lagi bergerak, suara gauman harimau membuat mereka semua pergi ketakutan sampai meninggalkannya sendirian.
Aura tidak tahu persis dimana tempatnya karena itu malam hari, ia kabur dari dalam mobil Kev.
Kemungkinan Kev dan mereka semua mati di makan harimau atau mungkin hilang di hutan. Aura tidak tahu ia hanya menangis dan menangis takut.
Ketika ia ditanya siapa yang menyelamatkannya ia hanya mengatakan ada perempuan tua menunjukkan arah pulang.
Itu semua membuat mereka bingung. Antara harus percaya atau tidak. Sementara Aura tengah mengalami gangguan jiwa. Kemungkinan bisa saja itu halusinasinya. Jadinya kepolisian mulai menelusuri setiap hutan dimana tidak ada jejak apapun yang menunjukkan bukti tentang penuturan Aura.
Namun disela itu semua, Aura menyimpan salah satu tulisan tangan Kev yang telah berhasil ia rekayasa. Dimana tertulis, Kev ingin menjual Aura ke ketua mafia untuk mendapatkan bayaran tinggi. Di lain sisi Aura mengatakan bahwa suaminya itu mengalami fetish aneh yang dimana dia menyukai jika istrinya di pakai ramai-ramai.
Aura ditanya apakah dirinya melenyapkan Kev?
Dia lantas menggeleng, bagaimana bisa orang selemah dia melawan para pria perkasa? Yang ada dalam satu gerakan saja ia berhasil di injak. Bahkan kini tangan kirinya patah akibat kekerasan itu.
Atas kebijakan para petinggi di perusahaan mereka mempertimbangkan keputusan tentang kepempimpinan perusahaan dan juga kepemilikan. Jika Kev tidak kembali, seharusnya yang memegang kuasa ialah Aura. Hanya saja melihat kondisinya dalam gangguan jiwa, maka atas keputusan rapat bersama, maka direktur utama yang akan menjadi CEO sementara, agar posisi itu tidak kosong.
Namun ternyata itu sekuat membuat konflik perebutan kekuasaan internal direktur lain yang ingin memanfaatkan situasi dengan mengambil alih dan menciptakan intrik baru.
Lalu apakah seluruh aset akan jatuh ke tangan Aura saat investasi malah mendapatkan jalan buntu?
--✿✿✿--
Media gencar memberitakan tragisnya nasib Aura. Hingga banyak yang iba dan menuntut balasannya itu dengan memberikan seluruh aset milik Kev untuk Aura sebagai ganti rugi.
Netizen juga mendukung dan membuat investor yang masih bertahan mulai melihatnya sebagai korban yang pantas diberi kesempatan.
Aura juga tampil koperatif dirumah sakit, menunjukkan keinginannya untuk sembuh. Dengan ikut terapi, bicara sedikit demi sedikit. Intinya memperlihatkan kemajuan.
Psikolog dan dokter pun mulai melaporkan bahwa Aura telah membaik dan bisa beraktivitas seperti biasa dan siap melakukan sesi wawancara selanjutnya di persidangan.
Aura keluar dengan anggun, tatapan teduh dan ingin mempertahankan usaha itu. Sambil menunggu suaminya ditemukan untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Dewan direksi luluh saat Aura melakukan training.
Tanpa ada yang tahu kalau Kev mati ditangannya. Karena semua jejak telah ia bersihkan. Dan ia mendapatkan semua yang ia inginkan dengan rencana liciknya.
Lagian manusia waras mana yang mau menyuruh seseorang menculiknya lalu mengejar-ngejarnya sampai ke tengah hutan belantara. Lalu menidurinya seakan itu paksaan bahkan Aura telah di pukulin, disiksa agar terlihat semua nyata. Hanya demi kepentingannya sendiri, membuat semua orang iba dan percaya dirinya adalah korban.
Setelah Aura resmi duduk di kursi CEO, senyum tipis terbit di bibirnya. Ia bersandar di kursi kulit mewah milik Kev, memandangi foto mendiang suaminya yang terpajang di sudut ruangan.
"Akhirnya semua jadi milikku," bisiknya pelan. "Dan sekarang… gue bisa milih pria kaya manapun karena kita udah setara."
Semua ambisinya berakar dari satu hal: Romeo. Pria yang pernah ia kagumi, namun tidak pernah meliriknya. Ia melamar menjadi personal asistennya, tetapi Romeo memilih membiarkan posisi itu kosong daripada menerimanya. Itu penghinaan yang tak pernah ia lupakan. Jadi ia bertekad ia harus berada di levelnya, bahkan melampauinya, sebelum bisa membuat Romeo bertekuk lutut.
Namun ketika ia masih menikmati kemenangannya, ponselnya bergetar. Sebuah pesan anonim masuk.
Sebuah foto.
Foto yang diambil dari celah jendela rumahnya. Foto dirinya… saat ia menghabisi Kev.
Aura terpaku. Napasnya tercekat.
"Sialan… siapa ini?!" desisnya, matanya liar memandang sekeliling ruangan, seakan ada yang mengawasinya. Padahal, seluruh staf rumah sudah ia pecat, semua kamera keamanan ia matikan. Tak seorang pun seharusnya tahu.
Pesan kedua menyusul.
"Kebenaran akan segera terungkap."
Jantung Aura berpacu cepat. Jemarinya gemetar saat ia membalas:
"Jangan!"
Balasan datang hampir seketika:
"Kirimkan saya uang yang banyak, maka rahasiamu aman."
Aura mendengus. "Pemeras murahan," gumamnya, mencoba menenangkan diri. Ia memutuskan mengabaikan pesan itu.
Tapi malam itu, sebuah unggahan meledak di media sosial. Sebuah akun anonim menyuarakan kecurigaan bahwa kasus Kev telah dimanipulasi.
Tagar #JusticeForKev dan #PrayForKev langsung merajai trending topik.
Postingan itu menohok publik: Jangan mudah bersimpati pada seseorang hanya karena tampak sebagai korban. Orang dengan gangguan jiwa pun bisa menciptakan cerita palsu. Tidak semua perempuan korban, tidak semua pria pelaku. Bisa saja justru kebalikannya.
Darah Aura seperti berhenti mengalir. Lututnya lemas, tangannya basah oleh keringat dingin. Tanpa pikir panjang, ia menghubungi akun tersebut.
"Lo kan yang bikin cuitan itu?"
Balasannya singkat: "Kalo iya, kenapa?"
Aura mengetik cepat, panik: "Mau berapa? Hapus sekarang!"
Jawaban datang: "250 juta."
Ia tertegun. Tapi demi menjaga citranya di mata publik, Aura segera mentransfer uang itu. Lega sejenak, ia mengira masalah selesai.
Ia tak tahu, justru setelah unggahan itu hilang, publik semakin curiga. Banyak yang menduga si pemilik akun kini dalam bahaya. Jejak digital unggahan itu disalin, diunggah ulang oleh ribuan orang, dan mulai membuka kembali pintu menuju kebenaran.
Aura menerima pesan terakhir dengan lokasi titik koordinat bertuliskan. "Datang kesini jika ingin rahasiamu tetap aman."
--✿✿✿--
Nadeo lagi main ke rumah Kenziro. Dia menggebrak meja kayu dihalaman belakang. Sementara Gea tengah mengambil makanan ke luar. "Anying itu cewek beneran bikin seluruh dunia heboh. Kok bisa dia lolos jadi karyawan lo sih?"
"Gue kira mah orang waras, Nad," jawanya yang tengah makan donat.
Sedangkan Lyodra tidak ada dirumah, dia masih dirumah orang tuanya.
"Gila sih ini yang bener gimana, kok gue jadi ragu ya?"
Nadeo menjatuhkan diri ke kursi taman, kaki disilang, ekspresi frustasi. "Ken, sumpah gue kayak pengen resign aja dari hidup kalo tiap hari liat dia. Nih, tiap gerak-geriknya viral. Dari pas senyum, sampe... lo tau lah video dia marahin orang kemarin? Udah kayak sinetron prime time!"
Kenziro hanya mendengus, menyeka remahan donat dari jarinya. "Lo kebanyakan buka medsos. Gue juga tau sih, tapi ya... apa mau dikata? Udah terlanjur gue tanda tangan kontrak kerja sama perusahaan dia."
"Kontrak apa? Kontrak mati?" sindir Nadeo sinis, lalu menatap Kenziro tajam. "Lu yakin dia nggak nyimpen bom waktu? Gue merinding sumpah tiap liat matanya."
Kenziro berhenti mengunyah, memandang kosong ke arah kolam kecil di halaman. "Jujur? Gue juga... ngerasa ada yang nggak beres. Tapi entah kenapa, ada bagian dari gue yang penasaran. Penasaran banget, Nad."
Nadeo mengangkat alis, setengah kaget. "Penasaran? Atau ketarik?"
Kenziro tidak menjawab. Tangannya hanya meremas bungkus donat yang sudah kosong. Hening sebentar, hanya suara dedaunan yang bergesekan tertiup angin.
"Lyodra tau nggak soal ini?" tanya Nadeo akhirnya.
"Belum. Dan jangan sampe dia tau... dulu."
Nadeo menghela napas panjang, lalu tertawa hambar. "Yah, selamat datang di klub orang bego, Ken."
Mereka terdiam lagi, hingga notifikasi ponsel Kenziro berbunyi. Sebuah pesan singkat masuk, tanpa nama pengirim: "Aku tau kamu lagi ngomongin aku."
Layar ponsel itu bergetar sekali, lalu mati sendiri.
Kenziro mengerutkan kening. "Gue keknya bakalan work from home lagi."
"Kenapa njir gue gak ada info loker terpercaya ini!"
"Jadi hacker duitnya lumayan dan resikonya gede," katanya.
"Liliput kemana? Masa ntar Gea sendiri," tanya Nadeo melirik sekitar.
Kenziro mendengus pelan, meletakkan donatnya di piring. "Dia nggak ke sini karena takut sama teror itu, Nad. Semenjak pindah ke rumah Merin, nggak ada lagi gangguan aneh-aneh. Rumah ini aja udah dicek berkali-kali sama pihak keamanan."
Nadeo mengangkat alis dengan senyum jahil. "Akal-akalan dia aja kali. Biar bisa betah di rumah ortunya. Enak tuh dimanja tiap hari, nggak usah ngurus suami."
Kenziro melirik tajam. "Nad, jangan ngawur. Dia nggak kayak gitu."
"Yaelah, bro, gue cuma bercanda." Nadeo terkekeh, tapi matanya tetap mengamati reaksi Kenziro. "Tapi lo nggak kangen? Udah berapa hari nggak ketemu?"
Kenziro terdiam sejenak, lalu mengalihkan pandangan ke halaman yang diterpa angin sore. "Kangen lah… tapi gue nggak mau maksa dia balik kalau dia belum siap."
Nadeo mendengus, kali ini lebih lembut. "Lo beneran sayang ya sama dia? Pantes lo bela mati-matian gini."
Kenziro hanya tersenyum tipis, tapi matanya berbicara lebih banyak daripada kata-katanya.
Mereka saling pandang sejenak, suasana agak hening sebelum Nadeo bersuara lagi.
"Gue sih gak kaget kalau Aura yang ngelakuin. Dari dulu vibes dia udah… ya gitu, aneh. Bisa ketawa tapi matanya kosong," katanya sambil menggulung lengan kemejanya.
Kenziro mendesah, menyandarkan punggung ke sofa. "Tapi kasihan juga sih kalau beneran. Berarti dia sakit. Bukan sekadar jahat."
Gea mendengus kecil. "Sakit atau enggak, tetep aja bahaya. Kalau dia nekat nyerang Lyodra lagi gimana? Masa kita diem aja?" sahutnya yang baru datang.
Nadeo menatap Gea sambil menyeringai setengah. "Jadi lo sekarang bela Lyodra banget nih?"
Gea melotot. "Eh ini serius, Nad. Gue gak main-main. Gua gak mau ada yang kejadian buruk lagi."
Kenziro mengusap wajahnya. "Gue cuma pengen masalah ini kelar. Kalau bener Aura, ya harus ada yang tangani. Tapi kalau bukan… kita malah tuduh orang sakit."
"Yaudah," Nadeo mengangkat bahu santai. "Kita tunggu aja. Cepet atau lambat pasti kebuka. Cuman... kalo bener Aura, fix gila sih, bisa nyusun teror sampai kayak gitu."
Gea menatap kosong ke meja. "Kadang orang yang keliatan paling hancur justru yang paling berbahaya, Na…"
Suasana mendadak sunyi lagi.
"Gue balik ya, gak enak cewenya sendiri," pamit Gea buru-buru pergi kayak dikejar maut.