Aku begitu mengharapkanmu setelah kau merusakku. Kau yang lari dari tanggungjawab hanya demi reputasimu! Kau juga yang telah menyiksaku dengan meninggalkan benih ini! Dan sekarang kau kembali setelah aku begitu benci? Lalu kenapa kau kembali setelah aku ingin membuka hati untuk orang lain? Kenapa kau kembali dengan caramu yang membuatku bimbang atas semua kehidupan yang aku alami selama ini? Aku harus bagaimana? Kenapa hati ini begitu berat untuk membencimu. Apakah aku mencintaimu atau mencintainya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sagita chn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23. Menciumnya!
"Boleh aku meminta nomormu?" Pinta Demian dengan lembut pada Zeline.
"Untuk apa?"
Lagi-lagi Demian tersenyum dengan sikap Zeline yang terus jutek padanya. Jelas-jelas ia menyukainya dulu.
"Jika kamu tidak keberatan saja Zeline. Aku juga tidak ingin memaksamu untuk mau berteman denganku. Jika mau mari kita bertukar nomor ponsel."
Karena sedikit tidak enak hati akhirnya Zeline pun menuruti kemauannya untuk bertukar nomor ponsel. Pada saat itu juga Aldigar sudah berdiri tegak disamping meja itu dengan tatapan tajamnya.
"Apa yang kamu lakukan disini?!" Tanya Aldigar menohok tanpa basa-basi.
"Tu-tuan Muda??? Kenapa Anda ada disini?" Tentu saja Zeline terkejut melihat kehadirannya itu.
"Aku sedang bertanya padamu. Bukan malah bertanya balik!" Sengit Aldigar langsung, sepertinya ia tak bisa mengontrol rasa kesalnya sendiri.
Menyebalkan sekali! Kenapa juga dia ada disini! Di mana-mana dia memang menyebalkan! Aku hanya tidak ingin bertemu dengannya hari ini kenapa aku malah bertemu dengannya juga?
"Tunggu, kau mengenal Zeline?" Tanya Demian ingin tahu. Ia sungguh heran dengan kehadiran lelaki ini tiba-tiba, pasalnya Zeline berbicara tidak sedang menunggu siapapun tadi.
"Bukan hanya mengenal, aku sangat deket dengannya! Apa sudah cukup menjawab pertanyaanmu?" Jawab Aldigar dengan begitu angkuhnya pada lelaki itu.
"Sekarang kamu ikut aku! Aku ingin berbicara denganmu," Aldigar langsung menggandeng tangan Zeline begitu saja. Ia terlihat memaksa Zeline untuk mengikutinya dan pergi meninggalkan lelaki itu.
"Tuan Muda? Mau kemana???"
Zeline pun langsung menyadari akan kehadiran Finn juga di cafe itu.
Ya ampun? Itu juga ada pak Finn? Apa mereka sedang meeting? Ahhhh sialan! Kenapa juga aku harus bertemu dengan mereka disini!
Demian masih tertegun melihat Aldigar yang terus menggandeng Zeline membawanya pergi dari cafe itu. Bahkan makanan Zeline pun belum sempat ia sentuh.
Siapa lelaki itu? Dia bilang dia begitu dekat dengan Zeline? Apa dia kekasihnya? Tapi kenapa Zeline memanggilnya Tuan muda? Mungkinkah dia bosnya? Atau bagaimana?
Aldigar sudah membawa Zeline keluar dari cafe itu.
"Lepasin! Anda mau membawaku kemana?" Ketus Zeline kesal, ia rasa Aldigar begitu memaksanya untuk mengikutinya.
"Mengantarmu pulang,"
"Aku tidak mau pulang. Apaan sih! Aku bawa mobil sendiri. Tak usah mengantarku pulang! Kenapa si Anda menggangguku!"
"Kau menyetir sendiri??? Mana mobilmu?" Aldigar terkejut. Ia sedang hamil tapi malah keluyuran, pikirnya.
"Kenapa Anda selalu bersikap semaunya! Tidak melihat kah tadi aku sedang apa? Hari ini saya libur kan Tuan? Untuk apa Anda menarikku seperti ini? Bisakan Anda membiarkanku merasa tenang sehari saja!"
"Zeline. Aku memang menyuruhmu untuk libur 2 hari. Bukan berarti kamu malah keluyuran seperti ini. Siapa lelaki itu? Kau kesini dengannya? Kau sedang hamil anakku, seharusnya kau jangan macam-macam!"
"Macam-macam Anda bilang! Sejak kapan? Sejak kapan Anda mengakui anak Ini? Ini anakku Tuan, bukan anak Anda!"
Kalau sudah begini Aldigar kalah telak.
"Mana kunci mobilmu?"
"Untuk apa? Anda tidak berhak melarangku makan dan minum diluar hari ini kan? ini hari libur ku! Aku juga ingin bersenang-senang! Kenapa Anda selalu bersikap semaunya!"
"Baiklah, biar aku yang akan mengajakmu bersenang-senang sekarang. Ayo kita makan ditempat lain, jangan disini. Berikan kunci mobilmu," Ajak Aldigar yang memang sedikit memaksa.
"Kenapa si Anda memaksa? Aku tidak mau!"
Tampak Demian yang masih memperhatikan mereka dari serambi cafe itu, ia masih sangat penasaran dengan Aldigar. Tentu saja Aldigar melihat itu.
Ngapain sih itu orang ngeliatin sini terus! Beraninya dia keluar tanpa seizin ku! Apa lagi sampai bertemu dengan lelaki seperti itu? Tampanan juga aku!
Ia kau memang tampan Aldigar, tapi kau tak sebaik yang Zeline mau.
Aldigar tak punya pilihan lain selain membawanya masuk ke mobilnya saja.
"Cepat masuk!"
"Aku bawa mobil. Apaan sih!"
"Zeline!!! Jangan membuatku marah!" Sentak Aldigar dengan seriusnya. Baru kali ini juga Zeline melihat wajah kemarahan Aldigar yang begitu tajam menatapnya. Nyalinya pun menciut dan pasrah untuk duduk di mobil itu.
"Apa susahnya menurut!"
Braggkkk!
Bahkan Aldigar sudah menutup pintu mobil itu dengan kasar hingga membuat Zeline terkejut didalamnya.
Ia sekarang sudah masuk ke mobil itu juga dan segera membawanya pergi dari tempat itu.
"Kenapa kamu berani menyetir sendiri? Bukankah ini berbahaya jika kamu sedang hamil begini? Kalau kamu kenapa-kenapa bagimana?"
Zeline tidak menjawab apapun. Ia bahkan terus mengalihkan pandangannya dan memilih menatap ke arah jalanan.
Ia sungguh tidak ingin bersama Aldigar. Baru kali ini juga ia merasa begitu tertekan dan terkejut.
Astaga Aldigar tidak tahu betapa kagetnya Zeline saat ia menutup pintu mobil tadi dengan penuh amarah sampai membuatnya terkejut. Ia juga tidak tahu betapa laparnya Zeline sekarang hanya demi ingin makan enak diluar. Jika makan dirumah ia selalu merasa tidak enak dan terus mual. Ia merasa tidak tenang akan itu, terlebih kakak dan kakak iparnya sedang menginap dirumah.
Sementara Aldigar masih terus saja mengoceh sambil menyetir, entah kenapa ia merasa jengkel sekali melihat Zeline jalan dengan lelaki lain. Sementara ia sedang mengandung anaknya, jika dipikir-pikir bukankah ini menjengkelkan? Begitulah yang sedang Aldigar rasakan hingga membuatnya terus mengoceh sambil menyetir.
"Kau juga janjian dengan lelaki itu? Beginikah sikapmu saat hamil? Bagaimana aku mau percaya padamu kalau kamu seperti ini? Aku tidak menyangka jika kau akan seperti ini. Aku kira kau akan diam dirumah dan menjaga dirimu dengan baik serta istirahat. Makanya aku meliburkanmu. Bahkan kau berani menyetir sendiri demi lelaki itu?"
Zeline tidak menyahut apapun. Ia terus saja mengalihkan pandangannya kearah samping. Derai air mata sendari tadi sudah membasahi pipinya. Ia juga merasa sangat lapar namun bercampur kesal dengan kehadiran lelaki ini. Ia tidak bisa melakukan apapun selain menangis, entah kenapa ia memang ingin menangis dengan keadaan ini.
"Kenapa kau diam saja? Kau tidak menjawab ku?" Akhirnya Aldigar memilih menepikan mobilnya.
"Zeline?" Aldigar mencoba menyentuh wajah itu yang terus berpaling.
"Awasss!"
Aldigar tipikal orang yang tak sabaran. Melihatnya diam saja dan terus mengalihkan pandangan tadi membuatnya berusaha menyentuh wajah itu. Tentu saja Zeline semakin kesal dan marah padanya walau dengan deraian air matanya sekarang.
"Jangan menyentuhku! Hiks.. Hiks.." Tangisnya pun pecah, ia benar-benar ingin turun dari mobil itu sekarang.
"Kau menangis?" Aldigar pun bingung melihatnya menangis. Pasalnya ia rasa ia tak berbuat kasar apapun padanya tadi.
"Bisa tidak jangan menggangguku! Kenapa Anda selalu bersikap semaunya! Aku sudah jauh-jauh dari rumah hanya ingin makan tenang di cafe itu! Aku juga tidak tahu jika ada lelaki itu disitu! Tapi kenapa Anda datang dan menggangguku! Aku hanya ingin makan! Kenapa Anda tidak mengerti! Hiks...Hiks" Jelas Zeline sesenggukan, sungguh ia terlihat sedih sekali hingga membuat Aldigar membisu.
Tangis Zeline memang semakin pecah, ia terlihat sangat kesal dan sedih. Bahkan tangan itu terlihat melingkar kuat di perutnya, entah seberapa laparnya ia sekarang akibat ulah lelaki ini. Sejak pagi pun ia belum sempat makan apapun akibat menahan mual di pagi hari karena ada kehadiran kakak dan kakak iparnya. Semenjak hamil memang ia tidak bisa makan pagi dengan nyaman. Ia selalu mual dan mual begitulah yang ia rasakan sekarang hingga membuatnya kesal sendiri. Ia sudah berusaha keras menyembunyikan semua itu dari keluarganya terutama sang ibu, tapi lagi-lagi lelaki ini telah menguji kesabarannya.
Apa yang kau lakukan Aldigar? Jadi dia tidak sedang bertemu dengan lelaki itu? Syukurlah, tapi kau malah membuatnya menangis?
"Maaf. Em--aku tak bermaksud membuatmu menangis. Kamu itu sedang hamil Zeline tentu saja aku mengkhawatirkanmu. Aku khawatir kamu kenapa-kenapa. Kamu lapar?"
"Malah bertanya!!!" Sentak Zeline.
Astaga! Dia membuatku kaget.
Aldigar tentu terkejut. Ia benar-benar terlewat emosi dan sedih sekarang. Bahkan rasanya Zeline ingin menjambak pria didepannya ini.
"Ihhh! Turunkan aku! Aku mau turun!" Lanjutnya lagi dengan penuh kekesalan.
"Iya iya, kamu tidak boleh turun. Baiklah maafkan aku. Ayo kita cari makan. Sebagai permintaan maafku, aku akan mentraktirmu makan enak hari ini bagaimana? Aku juga akan mengajakmu jalan-jalan."
"Aku tidak mau! Aku mau turun saja!" Pekik Zeline yang sudah memegang handle pintu mobil itu. Ia terus memaksa ingin turun.
"Buka saja kalau bisa?" Malah menantang Aldigar.
Tentu saja Zeline tak bisa membuka pintu itu karena sudah dikunci oleh Aldigar. Terpaksa ia harus menyerobot ke tempat duduk Aldigar demi membuka pintu mobil itu sekarang.
"Buka! Buka enggak!" Serobot Zeline yang terus berusaha. Ia bahkan hampir menindih tubuh Aldigar saking kesalnya, tapi ia tidak peduli.
"Enggak!" Aldigar tentu saja bersikeras untuk menghalanginya,namun tatapannya justru tak bisa teralihkan dari wajah Zeline yang begitu dekat padanya sekarang.
Jika dilihat-lihat Zeline makin hari memang semakin cantik, pikirnya. Walaupun terlihat jelas ia habis menangis.
"Buka!"
Cupp!
"Bu--" Zeline terpaku. Pasalnya Aldigar sudah mengecup bibirnya hangat untuk membuatnya berhenti.
Aldigar pun bingung dengan tingkahnya sendiri. Bisa-bisanya dia kepikiran untuk menciumnya saja dan menciumnya beneran.
Apa yang terjadi? Bahkan aku tak bisa menahan diriku tadi?
"Apa aku harus melakukan ini supaya membuatmu berhenti! Aku hanya ingin kau menurut saja Zeline! Jangan membuatku marah apalagi sampai membuatku melakukan hal lebih!" Tegas Aldigar yang seolah-olah tak memiliki rasa bersalah setelah menciumnya. Padahal ia hanya ingin menutupi kecanggungan yang telah terjadi saat ini.
"Ihhhh!" Kesal Zeline tidak bisa dijelaskan lagi setelah merasakan ciumannya.
"Apa kurang????"
"Berengsek!!!"
Haha.
Bahkan cacian Zeline terdengar indah di telinga Aldigar sekarang,mungkin karena ia berhasil menciumnya. Ini membuatnya tersenyum didalam hati. Apa ini kah Cinta?
lanjut thor gak sabar nih.. /Chuckle/