NovelToon NovelToon
DENDAM KESUMAT

DENDAM KESUMAT

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Balas Dendam / Iblis / Identitas Tersembunyi / Dendam Kesumat
Popularitas:59.3k
Nilai: 5
Nama Author: Cublik

“Aku mohon! Tolong lepaskan!”
Seorang wanita muda tengah berbadan dua, memohon kepada para preman yang sedang menyiksa serta melecehkannya.

Dia begitu menyesal melewati jalanan sepi demi mengabari kehamilannya kepada sang suami.

Setelah puas menikmati hingga korban pingsan dengan kondisi mengenaskan, para pria biadab itu pergi meninggalkannya.

Beberapa jam kemudian, betapa terkejutnya mereka ketika kembali ke lokasi dan ingin melanjutkan lagi menikmati tubuh si korban, wanita itu hilang bak ditelan bumi.

Kemana perginya dia?
Benarkah ada yang menolong, lalu siapa sosoknya?
Sebenarnya siapa dan apa motif para preman tersebut...?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dendam : 01

“Tolong! Tolong!” Wanita itu menjerit sembari menahan sakit pada bagian perut, sekuat tenaga berusaha melepaskan diri dari para pria bejat yang sedang menggagahinya.

“Aku mohon! Tolong lepaskan aku!” rintihnya lirih dengan napas pendek-pendek, wajah memerah penuh keringat dan kotor.

Ha ha ha

“Bagaimana mungkin kami melepaskan mu, disaat lobang mu sangat sempit dan menggigit, Ah!” Pria memiliki bekas luka di alis dan pipi mencengkram erat kedua paha si wanita agar terbuka lebar, tanpa belas kasih ia terus menggerakkan badan dengan brutal.

“Cepatlah kau! Aku sudah tak tahan ingin merasai lagi!” titah si pemuda pincang seraya menghisap rokok, ia memainkan benda keramat nya yang kembali menegang.

“Ku mohon jangan lakukan lagi! Aku sedang mengandung!” pintanya dengan suara serak, wajah bersimbah air mata bercampur tanah, bukti dirinya sekuat tenaga mencoba meloloskan diri berakhir terkapar tidak berdaya setelah beberapa kali ditampar, ditendang, sampai rambutnya dipotong serampangan.

“Pantas saja rasamu begitu legit, ternyata kau tengah berbadan dua. Baiklah, akan ku buat cepat kali ini!” Ia menambah ritme sambil meremas kasar kedua buah dada.

Hentakan demi hentakan begitu terasa menyakitkan, si wanita muda itu meringis, menjerit, menangis, memohon dikasihani. Bukannya iba, pria berwajah cacat terus saja menggempur nya sampai cairan lengket tumpah-ruah membasahi liang di bawah sana.

“Akan aku adukan kalian pada suamiku!” tatapan lemahnya terlihat nyalang, meskipun badannya remuk redam, sudut bibir berdarah, dia tetap berusaha memberontak kendatipun tidak berarti apa-apa.

Ha ha ha

“Kau mau mengadukan kami kepada pria yang selalu bersembunyi dibalik punggung bapaknya, tak salah kah pilihanmu itu? Hardi bahkan begitu takut membantah apalagi melawan Juragan Bahri!” Ia tarik kuat pucuk dada si wanita, lalu beranjak dari badan yang bagian perut terdapat kerak putih bekas bukti persetubuhan.

“Abang! Tolong Witri!” Sawitri kembali berteriak, matanya menatap takut pada laki-laki yang tadi begitu kasar memperlakukannya, menyamakan dirinya layaknya binatang, tanpa perasaan menggunduli rambut dan memukul pipi kala dia melawan.

Laki-laki berambut gondrong, berkumis tebal, badan besar dan penampilan sangar itu meludahi pusakanya, ia melangkah pelan, tersenyum mengerikan saat melihat mangsanya berusaha melarikan diri.

“Jangan … hiks hiks … aku mohon kasihani diriku dan anak ku!” Sawitri menekan tumitnya pada tanah liat, berusaha mundur kebelakang, tidak dirasakannya perih kulit punggung dikarenakan tergores ranting dan dedaunan kering.

Namun, pergerakannya terbatas, kedua lengannya diikat tali tak seberapa panjang yang ditautkan pada pohon kopi.

Si pria kedua langsung berlutut, menarik kaki sang korban, kemudian membalikkan badannya hingga menungging. Tanpa aba-aba langsung memasukkan benda tumpul tidak bertulang melalui jalur yang tidak lazim.

Argghh

“Sakit!” Sawitri memekik, menangis tanpa ada lagi air mata yang terjatuh. Jemarinya mencakar tanah hingga kukunya menghitam, urat di kening dan lehernya sampai menonjol dikarenakan menahan perih luar biasa.

“Berteriak lah! Ayo menjerit sekuat-kuatnya!” perintahnya sambil terus menunggangi, menjambak rambut sebagian panjang dan sisi satunya pendek.

Napasnya memburu, dia begitu menikmati penyatuan dengan cara tidak manusiawi. Sampai pelepasan didapat baru dilepaskan.

‘Sakit, ini teramat sakit!’ wanita yang tidak lagi memiliki tenaga itu ambruk, hatinya hancur lebur. Dapat dia rasakan sesuatu berbau amis mengalir membasahi paha.

Bila tahu seperti ini kejadiannya, tidak mau dia pergi seorang diri melewati jalan pintas demi menemui sang suami untuk mengabari kehamilannya.

“Biadab kalian!!” Akibat rasa amarah yang membuncah, ia memiliki tenaga lebih, membalik badan hingga terlentang, lalu menendang tepat di benda keramat si pria psikopat.

Bugh!

Brengsek! Dasar pelacur murahan!” Sambil menahan sakit, dirinya menjadi kalap. Lututnya menekan kuat area perut, sementara tangannya mencekik leher Sawitri.

“Uhk_ uhk. Le_pas!” Tangan lemahnya mencoba melepaskan cekikan menyakitkan itu yang nyaris membuatnya tidak bisa bernapas.

Semburat di wajah Sawitri sirna, matanya terbelalak, kakinya tidak lagi menendang angin, berakhir dirinya pingsan.

Ketika mendapati si wanita lemas, dia baru beranjak, menatap puas pada cairan merah pekat yang mengalir membasahi paha dan terjatuh di tanah liat.

“Kau apakan dia?!” Pria pincang tidak terima, dikarenakan dirinya belum puas merasai.

“Sudahlah! Lebih kita perkampungan, cari makan siang. Setelahnya kembali ke sini, lalu bersenang-senang,” si wajah codet mencoba menengahi, membuang puntung rokok, kemudian berdiri mendekati sosok yang tidak sadarkan diri.

“Akupun belum puas menikmati tubuhnya.” Kakinya menyusuri paha berkulit kuning langsat, bercampur noda tanah.

“Sepertinya dia benar-benar keguguran!” raut wajah pria pincang terlihat sedikit pucat, memperhatikan darah segar mengalir di sela-sela paha si wanita.

“Aku tak peduli. Yang terpenting dia masih bisa ditunggangi,” kekeh si pria muka codet dengan senyum bengis.

Mereka kembali memakai baju, lalu menaiki kendaraan roda dua, keluar dari area perkebunan kopi milik juragan kaya raya, ayah mertua Sawitri, wanita yang barusan saja di rudapaksa.

Sosok yang baru saja diperlakukan layaknya hewan di tempat penjagalan itu masih tetap bergeming layaknya benda mati dengan posisi telentang, dalam keadaan tak berbusana, kedua tangan terentang, hanya deru napas pelan sebagai tanda dia makhluk bernyawa.

.

.

Sore hari

“Pak, mengapa Sawitri belum pulang juga?” tanya wanita paruh baya dengan mimik cemas, netranya menatap pintu rumah kayu, berharap melihat sosok putrinya.

Jedder

Suara petir saling menyambar, di luar sana sedang hujan badai, langit pun menggelap.

“Ibuk dirumah saja ya, biar Bapak pergi mencari Sawitri.” Kasman, ayah dari Sawitri beranjak, bergegas mengambil mantel plastik, dan menyambar senter.

“Hati-hati, Pak!” ucapnya lirih, tubuh ringkih nya bergetar hebat, rasa cemas menghantam ulu hati.

Pak Kasman mengangguk, membuka pintu depan rumah panggung mereka, menuruni undakan tangga, seketika tubuhnya langsung terkena hujan.

.

.

“Sawitri! Witri! Engkau dimana Nak?” Langkah kakinya tetap tergesa-gesa, tidak menghiraukan kilat halilintar dan derasnya air hujan, jas hujan yang dikenakannya tidak mampu memberikan perlindungan, tubuh kurus itu terlihat bergetar kedinginan.

Sosok bergelar Ayah tersebut terus saja berjalan tanpa arah, mengetuk setiap rumah tetangga yang saling berjarak sekitar 15 meter, menanyakan apakah putrinya ada di sana, ia mendapati jawaban sama. Sawitri tidak ada di rumah mereka.

***

“Gara-gara hujan sialan, jadi tertunda menikmati tubuh istrinya Hardi! Harusnya sudah dua ronde burung ku berenang di gua nikmatnya itu!” Pemuda pincang terus menggerutu, menyeret kakinya agar lebih cepat melangkah.

Sementara kedua temannya terlihat santai, mereka berjalan menuju tempat di mana tadi mengeksekusi Sawitri. Istri dari anak pemilik perkebunan kopi terbesar di wilayah transmigrasi, juragan Bahri.

“Kalian enak betul telah berulang kali memompa dengan gaya berbeda-beda, sementara aku baru dua kali,” sungutnya sembari mengusak rambut berpotongan cepak.

“Baiklah, sekarang kami mengalah. Cepat sana kau tunggangi dia!” titah pria berwajah codet.

Akibat hujan deras yang mengguyur wilayah perkebunan transmigrasi, mereka terjebak di warung makan.

Wajah si pincang begitu berseri-seri, tangannya meremas bagian sensitif sambil membayangkan berbagai macam gaya. Begitu tiba dilokasi, ekspresinya berubah pias.

“Dia_ kemana dia?!”

.

.

Bersambung.

Setting tahun 1990-an.

1
AFPA
Lebih keren lastri..punya bekingan author 😁
AFPA
Ini authornya yg tega an
ilate di ketok
🥺
Y.S Meliana
duuuh hawatir ketauan deh
Imas Masitoh
alur cerita nya slalu bikin greget💕
Vivi Yulianti
sruuuuu
Retna Tri Tunjung
ih ngga sabar nunggu up nya kak..
Marlina Prasasty
ihh lagi hbt2nya kok bersambung😭
FiaNasa
akankah pembalasan Sawitri ini akan cepat terungkap berkat Ki jaya,,lalu bagaimana sisa² penjahat lainnya klau kijaya menemukan pelakunya ini adalah Lastri alias sawitri
ynt_
kk kok tumben upnya cuma 1 biasanya double
Muhammad Arifin
aduh...tambah penasaran 🤦🤦
ora
Mari lihat kesaktian Ki Jaya/Scream//Sweat//Proud/
ora
Juragan pun patutnya di buat diam selama-lamanya😤😤
ora
Mending habisi nyawanya sekalian nggak sih. Itu hidup tanpa lidah gimana. Nggak kebayang aku😭😭😭
Alik Puspita Wati
aduh deg degan lagi aku..ketahuan ngga yaa kalau yang melakukan itu semua sawitri 🤔
Hafifah Hafifah
apakah akan ketahuan dalangnya siapa?
Hafifah Hafifah
sadis amat ya
❤️⃟Wᵃf ༄SN⍟𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌🦈
wahh ada si dukun ya yg jd bekingan nya
wehhh emg ya klo punya pesugihan jelas pasti punya ya kann
Yuli a: iya... punya kekuasaan pasti punya backingan mbak... presiden aja punya...😂
total 1 replies
Irma
bakal ketahuan nggak sih moga2 nggak deh
vay73
❤❤❤
wow lawannya juga gk main main menguasai ilmu hitam ... kira kira ketahuan gk ya....
☠ᵏᵋᶜᶟ Қiᷠnꙷaͣŋͥ❁︎⃞⃟ʂ⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔
was was ketahuan deh ....pada lagi adu ilmu kwkwk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!